Chapter 1: ketemu

355 40 5
                                    

_Dibelakang gudang sekolah_
.

Buk! Buk! Buk!

"..ohokk.. tolong berhenti, aku mohon.. maafkan aku.." ringis seorang remaja berambut pirang yang sedang meringkuk kesakitan menerima tendangan berantai dari dua orang jangkung didepannya.

"salah Lo ANJING! maen masuk ke markas kita sembarangan!" ucap sosok tinggi bersurai merah dengan luka bakar di dahi kirinya.

"dasar cupu" timpal singkat temannya yg gondrong pirang.

"a-aku beneran minta maaf ka, ta-tadi aku ga senga- "

"Halah BACOT LU ANJING!! tadi lu sengaja kan mau ngambil foto kita nya*bu buat dikasih jadi bukti ke sensei? Ngaku aja lu bocah peang!!"

"nggak... Ka Kid aku- " tanpa basa-basi, orang yang disebut namanya itu langsung melayangkan tinju telak tepat di pipi kiri si pirang.

Bugg!!

Keras sekali pukulan itu mendarat hingga darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibir si pirang. Ia meringis kesakitan. (Ia tak bisa melawan. Tubuh mereka saja dua kali lebih besar dari tubuhnya sendiri. Dua orang kakel didepannya adalah anggota geng brandal sekolah yang sering bikin onar dan hobi tawuran).

"Oi oi.. kalem brodi. Kalo si cupu mati kita yang brabe" sela si gondrong pirang menghentikan aksi tonjok maut rekannya, Kid.

"Jijik gue denger nama gue disebut ama ni bocah sialan!" Kid yang masih dengan amarah, tidak melepaskan ancang-ancang ditangannya untuk melakukan aksi tonjok maut lagi.

"Udah, gue aja yang urus. Kalo sama Lo bakal mati ni bocah"
"Serah lu dah, Killer. Mau nyampe mati juga ni bocah ga peduli gue, cuih!!"
"Aseekk. Jatah gue ni sekarang"

Tangan kiri killer menjambak kasar rambut pirang remaja itu memaksanya untuk berdiri, sedangkan tangan kanannya terangkat membuat tinju sempurna bersiap untuk menghantam si pirang.

"Oi!!"

Tiba-tiba terdengar teriakan dari orang yang sangat mereka kenal. Dua remaja jangkung itu menoleh ke arah suara.

"Bos?" ucap Kid dan Killer bersamaan.

"Lagi pada ngapain kalean?" sidik seorang bersurai hijau cepak dan luka sayat di mata kiri plus tiga tindik menghiasi telinga kirinya. (dasar anak berandal emang)

Killer menunjukkan mangsa tinjunya kepada orang itu, tak peduli orang yang dia jambak itu masih meringis sambil mengeluarkan air mata.

"Ini bos, ni bocah tadi masuk ke markas kita, pas kita lagi nyab*u. Kalo dibiarin ntar dia lapor ke sensei pasti" jelas Kid.

"Haahh?!! Lu berani nantangin gue? Punya nyali juga lu" pria bersurai hijau itu mendekatkan wajahnya ke wajah Sanji, si pirang.

Sanji hanya menggigit bibir bawahnya, menahan nyeri sambil sesekali menitikkan air mata. Lalu menatap lamat sang ketua seakan berkata 'tolong, maafkan aku..'.

Degg!

Zoro tiba-tiba merasa ada desiran aneh, terutama di bagian dadanya. Ditatapnya balik wajah Sanji, ia sidik dari atas sampai bawah lalu mengangguk.

"Killer, lepas aja" titah Zoro.
"Loh tapi-"
"Iya bos, kenapa dilepas?" sambung Kid,
"Biar gue yang urus" jawabnya singkat.

Tak berani berkomentar, Killer langsung melepaskan cengkraman tangannya di rambut Sanji. Lalu pergi bersama Kid meninggalkan Sanji bersama sang bos, Zoro.

Tubuh Sanji runtuh. 'apa aku akan dihukum lagi?' batin Sanji.
Sambil terisak, ia berkata lirih "maaf ka.."

Zoro merasakan hal 'itu' lagi, tapi tak segera digubrisnya kali ini. Lalu ia berjongkok menyesuaikan jarak dengan lawan bicaranya.

"Lo bisa bediri ga?" tanya Zoro dengan nada sedikit sarkas.
Sanji menggeleng pelan.

Zoro mulai memperhatikan wajah Sanji lebih seksama. Surai pirang kekuningan yang lembut menutupi sebagian wajah, kulitnya putih mulus dan alis dengan ujung melingkar (?) 'pfft.. apaan alis kek obat nyamuk gitu' batin Zoro dengan ujung bibir 'sedikitt' terangkat. Dilihatnya lagi hidung bangir dan bibirnya yang merah, tunggu, merah??

Tanpa sadar Zoro mengulurkan tangannya. Menyentuh area bibir Sanji yang terluka, mengusapnya perlahan.
'Lembut' batin Zoro.

"Nngghhh...sakiit.." gumam Sanji memecahkan lamunan Zoro. Ia segera bangkit, lalu memalingkan wajahnya yang sedikit menghangat.

"Lu tunggu disini" ucap Zoro singkat, lalu pergi meninggalkan Sanji.

Tak berselang lama, Zoro datang dari gerbang belakang yang kebetulan memang tak jauh dari tempat Sanji.

"Berdiri!" ucap Zoro sambil mengulurkan tangannya. Sanji meraih tangan besar itu, 'kasar.. tapi nyaman' batin Sanji.

Mereka berjalan menuju gerbang belakang, terlihat motor KLX hitam strip hijau dengan angka 34 besar sudah terparkir disana.

"Kita.. kemana ka?" tanya Sanji ragu.
"Ke rumah gue" Sanji mengernyit bingung.

"Lo masih harus dihukum"







Semoga suka sama ceritanya y guys :v
Jan lupa vote n' komen💚💛

He's only Mine [ZoSan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang