chapter 2: mulai

264 34 10
                                    

Sorii bgt readers.. aku baru up lagii😣
Sebenernya minggu kemaren udh mau di up, tp file tulisannya kehapus semua😭 efek masih amatir, dahlah T_T
landjoett~


"Berdiri!" ucap Zoro sambil mengulurkan tangannya. Sanji meraih tangan besar itu, 'kasar.. tapi nyaman' batin Sanji.

Mereka berjalan menuju gerbang belakang, terlihat motor KLX hitam strip hijau dengan angka 34 besar sudah terparkir disana.

"Kita.. kemana ka?" tanya Sanji ragu.
"Ke rumah gue" Sanji mengernyit bingung.

"Lo masih harus dihukum"



_Dirumah Zoro_
.
.

cklek!

"Baang.. gue pulang!"
'ini rumahnya Zoro senpai?' batin Sanji.
"Eh lu napa bengong? Sini cepetan masuk!"
"Ah, Eh iya ka"

Blam! Cklek!

"L-loh kok dikunci ka?" tanya Sanji polos.
"Ntar ada pencuri masuk gimana? Atau lo mau jagain disini? Ha?!"
"Emm, enggak ka" balas Sanji merasa bersalah.
" Udah lu jan banyak tanya, ikut aja udah"
Sanji hanya mengangguk pelan. Lalu tangannya ditarik oleh tangan besar Zoro, "Ikut sini" dengan pasrah Sanji mengekor di belakang orang bersurai hijau itu.
.
.

"Baaang!!! Woy lu dimana sih?!!"
"Apaan dah tereak² gue dari tadi disini juga!"

Terlihat sosok tinggi berambut putih panjang dengan siluet hijau dan biru di ujungnya, memakai apron putih yang didalamnya hanya mengenakan celana g-string tanpa atasan kaos atau apapun(?), datang menghampiri mereka berdua.

'perempuan?' batin Sanji

"Ini kakak cewe gue. Namanya Yamato, makanya gue panggil abang" jelas Zoro singkat

"H-halo.. saya- Sanji.."
"Lagian dia juga gak kayak cew-"
"Heh lu biadab ye ama gue! Ga bakal gue kasih jatah makan seminggu lu baru tau rasa!"

Sanji yang masih termangu, bengong, loading mencerna semua informasi yang tidak normal di depannya itu.
'Perempuan? Montok? Yamato? Abang? Gapake atasan? Hah, gimana - gimana??' pikiran Sanji semakin berbelit. Sedangkan dua kakak beradik itu malah terus adu mulut tak mempedulikan kehadirannya.

a few moments letter..

"Dahlah, gakkan selese ngomong sama lu" ketus Zoro sambil menggaet tangan kurus Sanji lalu berbalik meninggalkan Yamato.

"Yaudah, terus tadi lu manggil gue nape? Cuman mau nunjukin 'mainan' baru lu doang?" pertanyaannya hanya dibalas acungan jempol sang otoutou menyebalkan (baca: kesayangan) nya.

Zoro berbalik lagi, ingat ada satu lagi hal yang penting, "bang! gw laper anterin makanan yakk!!"

"Dasar gorila ijo!!" melihat Yamato akan melemparkan centong besi kearahnya, Zoro dengan cepat berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Sanji mengikuti dari belakang sambil terpapah-papah mengejar langkah cepat pria kekar di depan.

...-[]-...

_dah dikamar yee_

"Lu tunggu disini, gw mau mandi dulu" perintahnya diangguki Sanji gugup.

Bruushh..
Shraash..

Suara siraman air yang brutal terdengar hingga seluruh ruangan kamar itu. Menemani keheningan pikiran Sanji yang sudah tak sanggup berpikir 'mau dihukum apa aku nanti' atau 'apa aku akan jadi santapan anjing?'

Sanji sudah tidak peduli. Pasalnya dia dibawa oleh 'Sang Bos Ketua Geng Brandal Elit' sekolahnya. Yang mana mempunyai lebih dari tiga ratus orang bawahan, dan disegani oleh sekolah² tetangga.

Tak heran, Zoro adalah anak dari salah satu petinggi mafia, si Mata Elang Dracule Mihawk, dan kakeknya pemimpin tertinggi Yakuza, 'Sang Binatang Buas Kaido'.

Sanji tidak punya kekuatan fisik maupun materi untuk jadi tamengnya.

Sanji dari keluarga sederhana dan seorang piatu. ayahnya pun tidak peduli dengan kehidupannya, terkadang Sanji harus bekerja sambilan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mengikuti alur dan menurut pada Zoro adalah pilihan terakhir.

....

Kini mata Sanji menyapu seluruh bagian ruangan persegi yang menurutnya tidak terlalu besar tapi tidak juga kecil. Mengisi kekosongan dan mengalihkan rasa nyeri yang tersisa di tubuhnya.

Kamar itu terlihat lumayan rapi, mungkin Yamato yang membantu membereskan, walau masih ada beberapa baju yang menggantung acak di beberapa tempat.

Namun ada satu yang menarik perhatiannya, tiga katana khas Jepang terpajang di salah satu dinding kamar itu. Terlihat indah dan mengkilat.

Sanji merasa deja' Vu, mengingat dulu dia mempunyai hero yang pernah menyelamatkannya dari kejaran anjing liar, hero itu juga membawa katana tiruan yang terbuat dari kayu dengan ikat kepala yang menutupi sebagian rambutnya.

...

"Heh, bengong aja lu" tegur Zoro membuyarkan lamunan Sanji. Zoro yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk kecil yang melilit di pinggangnya. Membuat dada kekar berotot, perut eight pack dan luka jahitan itu ter-ekspos sangat jelas serta handuk yang sedikit menggembung.

"A-ah.. iya, enggak-" ucap Sanji tergagap dengan pipi dan telinga yang bersemu merah, karna baru pertama kali ia melihat pria segagah itu, ditambah lagi pria itu hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian 'itu'nya saja.

Detak jantung Sanji berpacu lebih cepat saat Zoro mulai mendekatinya, perlahan, selangkah demi selangkah.

Degupan itu semakin kencang, hingga napasnya berhenti beberapa saat ketika Zoro sudah berada di hadapannya.

Zoro yang melihat pemandangan itu tersenyum miring, merasa dirinya sudah melakukan awalan yang sempurna.

.....

'oke, saatnya hukuman pertama'












Hii readers!! Semoga masih suka sama ceritanya yahh <3
Berhubung watashi masih amatir, baru pertama kali nulis, jadi up nya bakalan lambat.
Arigatou gozaimasu yang udh baca, vote n' komen 💚💛

He's only Mine [ZoSan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang