06

2 1 0
                                    

Akankah hilang? Kau yang diam tak bersuara, menatapku yang jauh dari jangkauanmu.

Siapakah aku? Apakah dirimu memiliki jawabannya?

Siapakah kamu? Kenapa kamu masuk ke dalam hidupku dan membuatnya menjadi lebih indah?

...





Aku tahu semua hubungan memang selalu manis diawal dan pahit diakhir. Biasanya memang seperti itukan?

Tapi aku tidak tahu akan terasa pahit secepat ini.

Aku merasa ada hal berbeda dari yang lalu. Aku merasa Leo berubah. Walau sedikit, tapi aku bisa merasakannya. Aku tidak tahu kenapa, tapi mungkin--itu karena aku.

'Apa aku memang bahagia dengan Leo?'

Apa pikiranku itu sampai padanya? Apa Leo berpikir seperti itu juga?

Apa aku benar-benar bahagia?

Aku memang merasa dicintai, tapi--apa aku bahagia?

Bukankah ujungnya, kita mengakhiri hubungan karena kita tidak bahagia dengan orang itu?
Dan juga, kita mempertahankan hubungan karena hanya dia yang membuat kita bahagia.

Tidak ada hal lain lagi, hubungan adalah soal kebahagiaan.

Aku akan memastikannya, dimana kebahagiaanku sebenarnya. Dia yang aku tinggalkan atau dia yang aku pertahankan.

"Hei, aku mau ngomong," ucapku padanya.

"Gua lagi sibuk, lain kali yah."

Kecewa? Iya, sedikit. Sibuk apa diliburan ini? Ah, pergi main sebelum tahun baru yah?

Ha... bahkan ini kali pertama aku berbincang dengannya setelah sekian lama.

Hanya satu yang bisa aku pastikan.

"Aku emang gamau kehilangan kamu."

Sama sekali. Tidak mau.

Aku merindukannya...

Sungguh.

Tapi, pantaskah? Aku... yang sudah menyakitinya. Dan juga aku yang dimiliki oleh orang lain. Pantaskah?

Aku benar-benar menyakiti Leo.

.

.

.

.

.

"Ayo selesain masalah kita. Jangan menghindar terus."

Jangan coba menyangkal. Karena dia benar-benar menghindariku. Maksudku--dia bisa mendengarkanku sebentar saja, walaupun dia sibuk sekalipun. Bukankah... itu yang dia lakukan dulu?

"Masalah apa? Emang kita punya masalah?"

Apa kubilang. Laki-laki pandai menyembunyikan perasaannya.

"Oh, gitu gaada."

"Kalo gaada, ngapain ngehindarin gue?" To the point saja, aku bukan tipe orang yang suka basa-basi.

"Gak tuh. Siapa juga yang ngehindarin lo?"

Aku melengos malas. Dia yang seperti ini benar-benar--

"Terus kenapa lu gak hubungin gue selama ini?"

Iya, sama sekali tidak pernah sama sekali. Setelah kejadian itu.

"Gua cuman gak mau ganggu temen gue sama pacarnya."

"Emang kenapa? Gapapa kali, gak ganggu juga."

"Gak enak aja. Kan lu udah punya pacar."

"Santai ajalah, kita kayak biasa lagi yah."

"Iyaa."

.

.

.

.

.

Apa benar seperti itu?

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang