3:

15 3 0
                                    


Bu Lulu minum es
Vote dulu dong maniesz

Happy reading...


-

"Raefal, aku pulang bareng kamu ya? Udah mau magrib, pasti gak akan ada angkot, bus, apalagi ojek. Handphone aku juga lowbat."

Karna persiapan untuk acara dadakan besok, jadi murid-murid kelas XII terpaksa mendekorasi hari ini juga, dan menyiapkan barang-barang yang akan ditampilkan besok.

"Sorry, gue balik bareng Keyla."

"Kalo gitu Keyla aja yang bareng gue, biar lo bisa anter Quisha pulang."

"Kok lo ngatur sih, suka-suka gue dong."

"Oke, gue yang bakal anter Quisha, tapi jangan salahin gue kalo nanti hati lo itu bakalan panas."

Raefal mengangkat kedua bahu nya acuh, ia mengabaikan Yova dan Quisha. Setelah kedua nya menghilang dari pandangan, alias sudah pulang. Baru lah Raefal dan Keyla pulang.

Saat sampai di kediaman Pradipta, Raefal tak melihat tanda-tanda adanya Yova, seperti sudah pulang. "Kamu mau mampir dulu gak?" tanya Keyla.

Raefal tersadar dari lamunan nya. "Enggak deh, gue langsung balik aja."

"Yaudah hati-hati ya..."

Setelah Raefal pergi, Keyla menutup gerbang rumah. Dengan gaya angkuh nya ia berjalan dan berpura-pura bahwa tidak melihat Quisha. Quisha tertawa garing dari atas balkon kamarnya.

"Gue tau kalo jalan hidup gue memang selalu sial," ucapnya di sela-sela tawanya.

"Mama! Keyla di anter Raefal!" pekik gadis itu di dalam ruang keluarga.

Nira yang baru saja selesai berdandan, sontak terkejut lalu bergegas keluar kamar. "Apa? Ada apa? Kenapa teriak-teriak kaya monyet, ini bukan hutan Keyla," omel Nira.

"Hati Keyla lagi berbunga-bunga Ma... Besok Keyla bakal nyanyi sama Raefal di sekolah dan di saksiin seluruh murid."

Nira mengusap puncak kepala anaknya dengan lembut. "Jadi ceritanya anak Mama lagi jatuh cinta nih..."

"Udah ah Ma, Mama ngeledek mulu, Keyla mau mandi udah lengket nih badan."

Saat di tangga, Keyla ber pas-pasan dengan Quisha. "Liat aja, gue bakal rebut Raefal dari lo bitch," bisik Keyla.

Quisha tampak acuh seolah-olah tak ada yang berbicara, ia terus menuruni anak tangga lalu pergi kedapur untuk membantu Bi Ira memasak makan malam.

"Bibi masak apa? Biar Quisha bantuin."

"Non duduk aja liat Bibi masak, nanti kalau sudah selesai Bibi sisakan khusus Non yang paling enak."

Bi Ira, art yang sudah belasan tahun bekerja di keluarga Pradipta. Bi Ira juga tau apa yang di rasakan Quisha selama ini, bahkan tentang jarang di kasih makan pun tau.

Quisha melamun. "Bibi, kenapa Bibi gak kayak Mama sama Papa? Bibi baik banget sama Quisha."

Bi Ira terkekeh. "Bibi tau Non, Non itu sifat nya kayak mana. Dulu, Non itu baik banget dan selalu menurut sama Mama Papa, Non."

"Kalo sekarang gimana, Bi? Quisha bandel ya suka ngebantah ucapan Mama Papa, Quisha juga sering keluar malem trus pulang tengah malem."

"Bibi tau Non itu keluar pasti nyariin udara segar kalo enggak ya nyari apa yang Non cari," kekeh nya lagi.

"Tapi mereka selalu anggep Quisha itu jalang."

"Tidak usah membantah, kamu memang seorang pelacur! Semuanya sudah terbukti, kamu hanya membuat malu keluarga Pradipta!" entah sejak kapan Andra datang.

Quisha bahkan tak merubah posisi nya, tetap pada tangan yang menahan dagu sambil menatap lurus. "Mau sampe berbuih pun Quisha gak akan di kasih kesempatan buat jelasin semua nya. Papa sama Mama itu cuma percaya sama Keyla!" bentak nya di akhir kata.

"Jaga ucapan mu Quisha! Papa sama Mama udah percaya sama kamu, tapi kamu sendiri yang menghancurkan kepercayaan itu!"

Quisha berdiri menatap miris sang Papa. "Kenapa Pa? Anak Papa itu bukan cuma Keyla, Quisha cuma mau diperlakukan adik kaya Keyla. Setiap kali Quisha melakukan kesalahan kecil, Papa sama Mama selalu hukum Quisha layaknya Quisha itu binatang! Quisha sakit Pa..."

"Itu kesalahan kamu sendiri jadi jangan salahkan Papa!" bentak Andra tak mau kalah.

"Iya Quisha tau, tapi kenapa kalau Keyla yang melakukan nya, Keyla selalu di...-"

"Cukup Quisha! Setelah kamu mencoreng nama baik keluarga ini, sekarang kamu menjadi anak yang durhaka! Jangan lupakan kalau kamu adalah pembunuh."

Quisha tertawa atas lontaran pembunuh dengan tajam. "Quisha memang pembunuh, itu kan yang kalian mau?! Kalian mau Quisha mengakui kalo diri Quisha itu pembunuh?! Mungkin kalo ada juara keluarga tertega menyiksa anak, keluarga Pradipta ini akan menduduki peringkat satu."

"Kita mendidik, buka menyiksa! Otak mu itu memang bodoh hanya bisa perpikir negatif, bahkan Papa sama Mama sangat malu mengakui kamu itu anak kita Quisha!"

"Inget Pa, Quisha ini keturunan siapa? Berdebat sama Papa gak akan ada habis nya, lebih baik Quisha pergi nyari angin, rumah ini cuma penuh luka buat Quisha. Rumah yang seharusnya tempat berpulang, kini bagi Quisha rumah adalah neraka."

Quisha berlalu melewati Andra begitu saja. "Tidak sopan, sifat dan perilaku mu saja bisa di samakan dengan hewan!" desis Andra.

Bi Ira hanya diam menunduk. Setelah Andra pergi dari dapur baru Bi Ira bisa bernafas lega dan melanjutkan masak nya. "Semoga Non Quisha gak kenapa-kenapa," ucapnya.

Dengan kaos hitam dan celana jeans Quisha tetap pergi. Biasanya kalau tak tau arah ia akan pergi ke markas Darkcruel yang diketuai oleh Raefal. Tapi untuk sekarang tidak dulu.

"Atau gue ke rumah si Rio aja ya," pikirnya sambil terus berjalan.

Tin!

Citt!

Seorang laki-laki dengan motor ninja nya, mengerem mendadak karna Quisha yang berjalan di tengah jalan.

"Lo buta? Lo mau mati atau gimana, hah?!" bentak laki-laki itu.

"R-raefal, maaf aku bener-bener ga liat."

"Lo ngapain magrib-magrib gini jalan sendirian? Mau nyari om-om lo?"

Quisha menggeleng tak setuju. "Gapapa, cuma nyari angin doang kok."

"Alah alasan basi, karna magrib sepi jadi lo lebih leluasa buat dapetin nya, gatel amat sih lo jadi cewek. Perasaan baru tadi dah gatel ke sahabat gue sendiri."

"Fal... Please aku lagi gak mau debat."

Raefal menyerngit. "Atau selama ini lo jalang lagi? Trus lo gak perawan."

Emosi Quisha sudah di ubun-ubun, andai Raefal tau semua nya.

Plak!

"Jaga mulut kamu Raefal, aku gak pernah ngelakuin hal kayak gitu."

"Ck, mana ada maling ngaku."

"Kalo kamu ketemu aku cuma buat ngehina aku, lebih baik kita ga ketemu Fal," sungguh gadis itu menahan sesak yang luar biasa di dada nya.

Raefal mencengkram erat dagu Quisha. "Asal lo tau ya, gue gak suka lo deket-deket sama Yova ataupun cowok lain."

Quisha melepaskan cengkraman tersebut walaupun sakit. "Aku juga gak suka Fal liat kamu deket sama saudara kandung aku sendiri."

"Gue sama Keyla cuma temen tenang aja kali."

Senyum. Quisha tersenyum dengan air mata yang terus mengalir. "Fal, boleh aku ikut kamu ke markas?"

Raefal tertawa lalu menaiki motor nya kembali dan memasang helm nya. "Ogah gue ngebonceng cewek murahan kaya lo," dengan wajah yang meremehkan Raefal berlalu begitu saja.

"Ck, gue kenapa sih lemah baget."

FALUISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang