“Anak-anak sudah menyiapkan bahan presentasi idola nya?” Tanya bu Ambar guru bahasa indonesia di kelas Ivana.
“Sudah buu” jawab anak sekelas kompak. Kemudian masing-masing siswa maju satu-persatu untuk mempresentasikan idolanya.
**
“Sekian presentasi saya tentang idola saya yang bernama Meida Sefira”
“Terimakasih Della, silakan duduk. Dan selanjutnya adalah, Ivana Ayunda, silakan maju kedepan.”
Ivana menancapkan kabel proyektor ke laptopnya. Kemudian membuka file tugas presentasinya dari powerpoint, dan munculah slide pertama yang berupa cover. Lalu slide kedua menampilkan cuplikan sebuah lirik lagu, dan Ivana menyayikan sepenggal lirik tersebut diiringi music instrument dari laptopnya,
“Mungkin, inilah rasanya
Rasa suka pada dirinya
Sejak pertama, aku bertanya
Facebook mu apa, nomormu berapa”
Darwin makin melebarkan matanya, tak percaya bahwa Ivana tak hanya imut dan manis, tapi suaranya juga bagus.
“Temen-temen pasti pada tau kan, Iva mau presentasi tentang siapa?
Ya betul! Idola Iva adalah, Iqbal Coboy Junior. Nama lengkapnya adalah Iqbal Diafakhri Ramadhan-“ Ivana mulai mengganti ke slide berikutnya dan seterusnya hingga presentasi selesai.
**
Ini masih pagi, dan kelas Ivana masih kosong tidak ada guru pengajar atau bahkan guru pengganti. Kelas sangat ramai karena semua anak bermain dan bercanda di dalam. Super ramai hingga Ivana memutuskan untuk keluar kelas bersama Nila. Sebentar saja, pikirnya. Mereka ngobrol ringan sambil duduk di tralis pembatas koridor lantai dua. Mereka mengobrol pelan, biar aman dan tidak ketahuan keluar kelas saat jam pelajaran.
Clek!
Ivana dan Nila terkejut dan berbalik badan. Pintu kelas terbuka, memunculkan sosok Darwin. Nila hanya melengos dan Ivana mengalihkan pandangannya lagi. mereka kembali ke kegiatan semula. Mereka pikir Darwin akan pergi ke Kamar mandi atau mungkin ke kantin. Tapi ternyata Darwin duduk tepat disamping Ivana.
“Ish! Kok lo duduk sini sih? Gangguin orang lagi ngobrol aja lo!”
“Apaan sih Nil? Serah gue kek mau duduk dimana.”
“yaudah, Nil. Asal dia diem dan gak usil aja. Diem ya Win!”
“Iye iye.”
“Lo tau kan Va, novel yang tadi gue ceritain?? Masa dirobek covernya sama adek gue Va, huhu sedih banget gila.”
“ahelah Covernya doang lagi, Nil. Dalemnya masi bisa kebaca juga. Simpen ati-ati tuh biar gak dijangkau si Neo lagi, haha.”
“Iya tapi covernya tu gemes banget gue sam-“
“Mungkin, inilah rasanya
Rasa suka pada dirinya
Sejak pertama, aku bertanya
Facebook mu apa, nomormu berapa?”
Darwin memotong kalimat Nila dengan sepenggal lagu yang dia nyanyikan, membuat dua gadis yang disampingnya menatapnya sambil mengerutkan dahi, terutama Nila yang dongkol setengah mati karena Darwin membuat acara curhatnya terganggu. Darwin menyelesaikan bagian reff dari lagu Hanya kamu tersebut, kemudian menoleh ke arah Ivana yang duduk di samping kirinya,
“Iv Iva, facebook lo apa? No nomor lo berapa?” kini Ivana ikutan gugup dan speechless. Sedangkan nila tertawa terpingkal-pingkal.
“Woelah lagi kasmaran ternyata! Hahaha ciee ciee Ivana ditaksir Darwin hahaha.” Ivana dan Darwin semakin salah tingkah.
“brisik banget lo Nil!” Darwin bersungut sok marah ke Nila, kemudian kelihatan salah tingkah sambil berdiri lalu masuk kelas meninggalkan Ivana yang masih terdiam dan Nila yang mulai mengontrol tawanya.
“ciee ciee Ivana salting dong haha”
“Tau ah! Masuk gue.” Ivana segera berdiri dan masuk kelas. Nila pun mau tak mau ikut masuk ke kelas.
Ivana duduk di bangkunya sambil menetralkan detak jantungnya. Ia melihat buku tulis di atas mejanya sambil berpikir.
**
Darwin duduk di bangkunya sambil memukul-mukul dahinya.
“Kok gue malah kabur siihh?? Gimana mau jadi dapet nomornya haduuuhhh!”
“Win, lo kenapa pukul-pukul kepala dah?” Darwin menghentikan aksinya. Ia kaget tapi senang mendengar suara yang menegurnya barusan. Ia mendongakkan kepala.
“I iya, eh enggak ini, emm” Darwin bingung sendiri harus bagaimana saking grogi dan malunya karena peristiwa tadi. Tau-tau Ivana menyodorkan kertas kecil,
“Nih Win, nomor gue sama fb.” Darwin tercengang dan menerima kertas dari Ivana sambil cengir-cengir. Setelah itu Ivana langsung kembali ke tempat duduknya.
Yes!!
Darwin tersenyum sendiri mengenggam kertas pemberian Ivana._____________________________
Huftt... lama banget ga aplod. Selamat membaca bagi yg suka baca🙂
YOU ARE READING
Rasa Teman-Tersayang
Teen Fictionisi hati yang nggak pernah tersampaikan karena kuasa si bungkam dan rasa menjadi semakin runyam. teman rasa sayang, entah sampai kapan akan begini