MOS hari ke-tiga.
"Kalian harus meminta tanda tangan seluruh pengurus OSIS dengan menulis nama lengkap dan jabatannya. Dan tanda tangan harus memakai pensil yang kalian bawa sendiri-" intruksi dari kak, entah siapa Ivana tidak terlalu sadar, karena ia sibuk mencari-cari pensil di dalam tas nya. Bahkan Ivana tak begitu memperhatikan ketika kakak kelasnya itu telah membubarkan peserta MOS agar segera melaksanakan tugas."yes! Ini saatnya gue melihat kak Anhar dari jarak dekat. Doain gue ya pong! Duh! Gue harus cepet nih keburu kak anhar dikelilingin banyak murid. BYE IPONG!"
'Oh My Ears! Telinga guee Achul!! Gausah tereak napaa?'
Ivana hanya memejamkan mata sambil memaki Acha dalam hati.**
Ivana gelisah sendiri di depan pintu aula, sedangkan teman-temannya sudah mulai berpencar mencari kakak OSIS. Diperiksanya lagi berulang kali tempat pensil bergambar Angry Bird tersebut."matilah gue.. mana si Achul udah langsung ngilang tadi. Gue minjem siapa dong?"
"Nih" suara Darwin dan sebuah pensil di depan matanya. Ivana mendongak menatap Darwin dari samping yang sok bermuka datar, tapi Ivana tak terlalu peduli, ia tetap menghargai maksud baik Darwin dan mengambil pensil yang Darwin sodorkan.
"Darwin makasih, sumpah! Yuk buruan waktu kita gak banyak, Win!" Darwin yang semula pasang muka sedatar mungkin jadi kaget ketika Ivana tiba-tiba menarik pergelangan tangannya sambil berlari meninggalkan gedung aula. Seulas senyum muncul dari kedua sudut bibir Darwin.
**
MOS sudah usai. Tamat pula penderitaannya yang sering berpanas-panas ria bersama teman-teman dikarenakan tugas MOS yang aneh-aneh ini-itu.
"Chul! Kita gak sekelas"
"hmm iya tauk. Yaudah penting kelas kita sebelahan kan? Eh ada Darwin, Pong! Sekelas sama lo. Eh Darwin! Sini lo! Gue titip sohib gue satu ini ya! Iket aja kalo bisa, jan sampe lepas!" satu toyoran buat Acha oleh Ivana,
"yee onta! lu kira gue kangkung diiket? Udah ah gue masuk duluan."
"Ish IPONG! Kok lo toyor pala gue?"
"Eh Vaa! Barengan dong." Teriak Darwin sambil berlari menyusul Ivana
"tauk ah, satunya judes satunya bucin eror." Acha melangkah pergi ke kelasnya
**
Ivana segera menempati satu bangku. Darwin kecewa Karena sudah tidak ada bangku kosong tersisa di dekat Ivana. Senyumnya terbit ketika menemukan bangku yang sederet dengan Ivana, baris kedua paling dekat dengan tembok. dengan begitu ia tetap bisa melihat Ivana dengan leluasa walau jarak mereka berdua dari ujung ke ujung.'Hah? Whats wrong with me?'
entahlah, Darwin hanya tersenyum simpul sambil sesekali menoleh ke kanan, curi-curi pandang kearah Ivana.
**
Ivana membuka tempat alat tulisnya, kotak pensil yang sedang trend jaman itu, berbentuk persegi panjang dengan tutup bermagnet, taukan? Milik Ivana bergambar Angry bird dominan warna biru. Niatnya hanya mengambil bolpoin, namun matanya terhenti pada sebatang pensil 2B warna biru gelap. Ivana tersenyum, entah apa sebabnya. Ia mengambil pensil tersebut, melihatnya sebentar, lalu memasukkannya lagi. Akan ia kembalikan ke Darwin nanti jika istirahat tiba. Ia kembali memerhatikan Mrs. Ida yang sedang menjelaskan tentang perkenalan, dan sepertinya ia ingin maju kedepan kelas untuk memraktikkannya. Ia berbisik memanggil teman yang duduk di sebrangnya, Nila,"Psst! Nil! Ntar maju sama gue ya! Oke?" ivana agak mencondongkan tubuhnya kedepan agar bisa terdengar oleh Nila.
"Sip." Nila mengacungkan jempolnya ke arah Ivana.
**
Mrs. Ida masih menjelaskan tentang introduc- entah, Darwin tak terlalu memerhatikan. Dirinya sedang asyik mengamati seorang gadis yang membuka kotak pensil dengan bentuk yang sama dengan miliknya- yang mungkin juga dimiliki teman-temannya yang lain-, lalu mengambil sebatang pensil yang Darwin kenali, kemudian gadis itu masukkan lagi ke dalam kotak pensil kemudian mengambil bolpoin lalu kembali fokus memerhatikan Mrs. Ida dengan tangan kiri yang ia gunakan untuk menopang dagunya.
Darwin mengalihkan pandangannya ke kotak pensil miliknya sendiri. Sepertinya ia punya ide. Kemudian ia kembali memandangi Ivana dengan agak memiringkan badan."Siapa yang mau maju ke depan kelas untuk memraktikkan?" Darwin tersentak mendengar pertanyaan Mrs. Ida yang terdengar lebih keras dari sebelumnya. Ia sedikit mendengar, 'siapa yang mau maju kedepan?' dan ia melihat Ivana mengangkat tangan.
Spontan tapi pasti. Darwin juga segera mengangkat tangan."Hmm, ada empat siswa yang mau maju kedepan ya. Kita bagi jadi dua tim ya. Yang pertama maju yang duduk di barisan pertama, kemudian setelah itu, tim kedua akan maju, yaitu yang berada di barisan kedua."
'Pas lah, gue maju sama Iva. Yess!' batin Darwin tersenyum senang.
'Mati aja sono! Tadi gue janjian ama sape, majunya ama sape' Ivana hanya bisa mengeluh dalam batin.
"Yaa. Give applause for Eka and Nila. And for the second team, now your turn!"
Disaat Darwin sudah tersenyum semanis mungkin, Ivana hanya bisa tersenyum kecut. Grogi dia tuh. Semua teman menatap kedepan, dimana ada Darwin yang sudah semangat berdiri di depan kelas dengan senyum manis andalannya.
Mau tak mau Ivana mengembuskan nafas yang sebelumnya ditarik dalam-dalam lalu berdiri dari duduknya dan maju kedepan kelas, dengan tatapan malas sambil memutar bola matanya, melihat Darwin yang sedari tadi cengar-cengir, entahlah.#wkwkwk ntahlah ini.. FYI ini tu pengalaman nyata, asli wkwk hope you like it 🤗🤗
YOU ARE READING
Rasa Teman-Tersayang
Teen Fictionisi hati yang nggak pernah tersampaikan karena kuasa si bungkam dan rasa menjadi semakin runyam. teman rasa sayang, entah sampai kapan akan begini