Melodi

276 26 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karya_ by~Lidwinsetya~

~Jika cinta itu hadir seperti irama melodi, tentu aku akan selalu menunggu sampai denting itu berhenti berbunyi.
~Gazala Nisa Albagaz~

Typo bertebaran

Happy reading

~~~~~~~🍁🍁🍁🍁~~~~~~~

   Berjuang untuk mendapatkan cinta terkadang sungguh diluar nalar manusia, tak puas dengan satu hati, maka, akan pindah kelain hati. Begitu seterusnya sampai lelahnya hati karena tak mendapati apa yang di inginkan, lalu menggunakan jalan pintas memaksakan diri menerima orang  baru yang tak di cintai,  setelah target jatuh hati di buang sesuka hati.

    Banyak percintaan berujung kematian, ketika harga diri terinjak wanita hanya mampu terisak. Takut di tinggalkan karena merasa bergantung pada pasangan. Ironis bukan!

     Irama melodi mengalun merdu di ruang khusus itu, hari ini Gazala berjanji, menemani Adelia  ketika sang papi gadis itu ada pertemuan penting, dan tidak dapat di gantikan orang lain.

"Pengusaha emang gitu, ya, dokcan!" Ucap Bei.
    
      Sudah dapat dipastikan  setiap ada dokcan disitu ada bei.

"Gak semua, ada juga yang sibuknya dari rumah. Memantau pekerjaannya pun dari rumah. Mungkin, pak Andito, memang pengusaha kelas atas, jam terbangnya sudah tinggi, Bei."

"Hmmmmmm,  kalau dokcan nikah sama pak Andito, Bei gak bisa bayangin gimana tambah  tajirnya dokcan. Dengan banyaknya hadiah tas mewah dan dompet mengkilap gak buluk kek gitu tu, ituuu." Bei menggerakan dagu nya ke arah tas yang di letakkan di samping kursi tempatnya duduk.

Cletak.

"Wadaawww, dokcaaaaan"

"Diam, Bei, ini bukan pasar."

"Ante, Sus, cerewet banget sih. Suka banget ghibahin Papi ku terus. Nanti aku laporin sama Papi loh."

"Dasar anak Mermeid" ucapnya pelan namun masih dapat di dengar. Setelahnya Bei berucap lagi dengan penuh penekanan "Iya, lapor aja....." sambil menahan ucapan mengeratkan gigi-giginya.

"Ante dokter, mau kan jadi bundanya Adel? "

Gazala terpaku, wajah Adel tanpa dosa mengatakan hal itu seakan menginginkan dirinya menjadi ibu gadis kecil itu. Tapi, hatinya masih tak bisa menerima lelaki manapun dalam hidupnya. Terluka akan keadaan keluarganya sejak Gazala masih kecil. Membuat Gazala menjadi wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih pasangan hidup.

Seandainya Kamu 4 (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang