✘♚✘
Istirahat tiba. Seperti biasa murid-murid pergi ke kantin setelah KBM usai.
"Mi kantin yuk!" Ajak Bianna.
"Males."
"Ck! Lo mah apa-apa males mulu." gerutu Bianna.
"Gue ngantuk."
"Emang semalaman lo tidur jam berapa?" Tanya Kiara heran biasanya Miya akan tidur pukul 10 malam.
"Tiga." Kiara dan Bianna terkejut, kecuali Rissa karena gadis itu tau bahwa Miya kelelahan sehabis bergulat dengan para pembunuh bayaran.
Ngomong-ngomong tentang Rissa, gadis cantik itu juga anggota inti The Dragon. Karena itu Miya lebih dekat dengan Rissa ketimbang sahabat lainnya di sekolah.
Gadis yang bicara di taman belakang sekolah saat Miya baru masuk sekolah adalah Rissa, Rissa tau siapa sebenarnya Miya. Gadis misterius itu adalah sahabatnya.
"Biarin, miya kecapekan." ujar Rissa. Bianna dan Kiara bingung, kecapekan?
"Kecapean habis apa si Miya?"
Rissa melihat mereka berdua malam "Mutilasi orang." jawabnya asal. Bianna dan Kiara melotot.
"Heh! Kalo ngomong tuh di saring dulu napa Riss."
"Ho'oh, lo ngomong asal jeplak aja. Kalo si Miya beneran mutilasi orang gimana?" Tanya Kiara. Miya dan Rissa tersenyum smrik.
Miya menatap Kiara dingin, "Lo mau jadi korban gue?" Tanya Miya dingin. Kiara melotot lagi.
"Apaan sih! Jangan bikin gue takut napa sih!" Sewot Kiara.
"Iya si Miya nih, lo udah kek psikopat aja." lanjut Bianna.
Miya tersenyum smrik, gadis itu mengeluarkan sesuatu dari saku rok nya sejenis belati.
Gadis cantik itu mengarahkan belati itu kearah Kiara dan Bianna. Jelas kedua sahabat nya itu dibuat shock.
"Kebetulan tadi malem gue belum puas mutilasi nya, mau jadi korban gue?" Ucap Miya tajam. Kiara dan Bianna gemetaran.
Rissa menatap mereka jengah, penakut sekali kedua sahabatnya itu.
"Becanda, gak usah dengerin si Miya." sahut Rissa.
"T-tapi itu pisau nya?" Ucap Kiara gugup.
"Boongan." Balas Miya tanpa rasa bersalah.
"Yang bener aja dong!!" Teriak Bianna dan Kiara bersamaan.
"Gue udah takut setengah mampus ya tadi." Omel Bianna.
"Udahlah, gitu aja takut lo. Belum aja lo liat iblis itu beraksi." ucap Rissa membatin di akhir ucapannya.
Setelah berdebat tadi, Rissa dan kedua gadis penakut itu pergi ke kantin. Menyisakan Miya seorang diri di kelasnya. Miya menelungkupkan kepalanya ke sela-sela tangan.
Tak bertahan lama karena suara gebrakan meja berhasil mengejutkannya.
"Apa maksud lo?" Miya menatap Ryan bingung. Gadis itu menaikan satu alisnya.
"Lo yang neror Lora kan tadi malam?" Desis Ryan.
"Gak ngerti." ujar Miya. Ryan emosi terhadap jawaban singkat dari Miya.
"Gak usah pura-pura, lo semalem pergi ketemuan sama cowok kemarin buat neror Lora kan di rumahnya." sahut Zayn.
"Gak." bantah Miya.
"Gak usah bohong lo, kita liat ya Lo ketemuan sama cowok-cowok itu." Agam ikut menyahuti.
"Gue main."
"Alahh, alasan aja lo."
"Ada bukti?" Ryan langsung mengerahkan ponselnya di depan wajah Miya. Bisa di lihat di ponsel itu Lora mengirim pesan dan sebuah foto.
Foto itu adalah foto Lora yang di coret menggunakan tinta merah atau bisa di sebut darah dengan bertulisan 'Mati'. Ada bangkai tikus juga dalam keadaan mati.
"Udah jelas di situ ada tanda pengenalnya 'M'. 'M' itu Miya kan? Gak usah ngelak lagi lo." Tuduh Ryan emosi. Wajahnya sudah memerah dan guratan di lehernya terlihat jelas.
"Bukan gue." sanggah Miya lagi.
"Udah si!! Ngaku aja lo." Gertak Agam.
"Bukan gue." tekan Miya tajam.
"Terus tadi malam lo pergi ke mana? Kenapa lo pulang larut malam?" Tanya Glen datar.
"Di rumah Rissa." jawab Miya singkat.
Glen memicingkan matanya, "Bohong."
Miya menatap tajam Glen, "Atas dasar apa lo nuduh gue bohong?"
Glen diam. Miya tersenyum sinis pada Glen, "Lo gak tau apa-apa tentang gue Glen."
'Glen' bahkan sekarang adiknya tak memanggilnya dengan embel-embel 'abang' apa segitu buruknyakah dia? Pikir Glen.
"Terus maksud lo, bukan lo yang udah neror Lora?" Tanya Ryan. Miya mengangguk saja.
"Gak mungkin Lora bohong kan? Dia tuh gadis baik-baik bukan kek yang onoh." Ujar Zayn bermaksud menyindir Miya.
"Bodo, emang gue pikirin," Kata Miya masa bodoh.
"Selidiki bego! Punya otak gak lo? Ini yang katanya juara kedua pararel?" Ujarnya pada Ryan. Ryan mendelik tajam Miya.
"Kalo gak bisa mikir gak usah punya otak, gak guna." Ucap Miya pedas.
Kemudian Miya berlalu sambil mendorong bahu Ryan kasar, gadis itu berhenti sejenak di samping Galaxy yang tak mau ikut campur.
"Ajarin anggota geng sampah lo buat belajar mikir, kalo gak bisa juga artinya otak mereka ibarat hewan, gak punya pikiran." Ucapnya pada Galaxy.
Galaxy mengepalkan tangannya kuat, ia tak rela nama Phoenix Geng di katakan sampah oleh mulut sembarang orang. Miya berlalu melewati mereka dengan tersenyum menyeringai.
'Oh, jadi lo mau main-main sama gue? Lo jual gue beli.' Miya menyeringai dalam hati.
Sepeninggalannya Miya, Galaxy angkat bicara, "Selidikiin, gue gak mau nama Phoenix Geng jelek gegara ulah bodoh kalian yang asal menuduh orang sembarangan." Perintah Galaxy panjang lebar.
Mereka mengangguk, jika Galaxy sudah bicara panjang lebar itu tandanya ketua mereka sedang mode reong. Kata-katanya tak bisa di batah apa lagi di hiraukan.
"Orang yang kalian pikir baik belum tentu beneran baik." lanjut Galaxy kemudian meninggalkan mereka berempat yang masih mematung di tempat.
✘♚✘
ANNYEONG!!!
TBC?
Vote dan Komen dulu dong. Dadah~
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Revenge
Random⚠️Cerita ini pernah di Unpublish sebelumnya, satu tahun yang lalu karena Author sibuk, kemudian di Publish lagi dan alurnya di ubah di beberapa bab⚠️ [ dibaca sampe selesai terus di vote + komen. Jangan lupa Follow juga ya ] SINOPSIS! Ini bukan ceri...