Chapter 4

4.3K 138 19
                                    

"Makasih ya Bang, aku digendong segala ke atas," kata Rama.

"Nggak apa-apa sekalian buat latihan," kata Dewo dengan nafas tersenggal, tapi ia mencoba besikap tangguh di depan Rama,

"Wah aku nggak tau kalo ada tempat ini," kata Rama melihat sekeliling.

Rama mengira lantai tujuh tertutup untuk siswa karena masih dalam kondisi renovasi untuk rencana kebun rooftop, rencana dari KepSek sebelumnya, tapi terbengkalai karena pemotongan budget.

Tempat itu sudah disulap oleh Dewo jadi tempat latihannya, lengkap dengan beban-beban buatan sendiri dari semen.

"Ini semua abang yang ngebersihin dan ngerapihin sendiri?" tanya Rama lagi.

"Jangan disebarin kemana-mana ya," kata Dewo sambil mengatur nafasnya, "Kamu orang pertama yang Abang ajak kesini."

"Rama janji Bang," kata Rama, "BTW Pacar abang nggak tau?"

Dewo menggeleng.

Tempat rahasia kami berdua, pikir Rama dengan hati berbunga.

"Abang boleh jemuran ya sambil belajar?" tanya Dewo.

Rama mengangguk penuh semangat. YES!!! jeritnya dalam hati, dadanya seperti mau meledak karena rasa bahagia.

Mata Rama melotot tak berkedip ketika Dewo melucuti kemeja dan celana seragamnya dengan perlahan, gerakannya begitu gagah dan sensual. Kontol Rama pun ngaceng maksimal melihat mahluk indah di depannya telanjang, hanya menyisakan sempak putih untuk berjemur.

Di posisi Dewo yang memunggunginya, Rama bisa menikmati dua bongkah bulatan otot bokong yang terjiplak di kain sempak yang tipis.

Anjing! Nafsuin banget, pikir Rama. Liurnya menggenangi mulut.

Kedua tungkai kaki Dewo setebal dan sekokoh batang pohon beringin, yang dipahat dengan indah.

Ketika Dewo berbalik, kedua tangannya menutupi selangkangannya.

"Lho kok tangannya begitu?" tanya Rama.

Ngaceng ya?! pikir Rama.

"Kamu sih,..." jawab Dewo, wajahnya merona, "Udah Abang bilang jangan, kamu tetep bandel,"

Oh, ini gara-gara tadi pas digendong naik tangga, gue mainin pentilnya, pikir Rama, tidak tahan menahan seringainya.

Puting susu Dewo yang mengeras karena udara sejuk pagi terlihat begitu mengundang, air liur Rama langsung membanjiri mulutnya.

Sebenarnya Rama mulai curiga kalau puting Dewo sangat sensitif sejak belajar bareng kemarin malam dan saat berboncengan di motor tadi,

Jadi ternyata dari pentil bisa langsung nyambung ke kontolnya seperti itu ya, pikir Rama, lalu menggelengkan kepala untuk mengusir berbagai pikiran cabul yang menyerang otaknya.

"Sori ya Bang," kata Rama sambil tersenyum.

"Yaudah nggak apa-apa," kata Dewo, "Tapi kamu bantuin Abang olah raga bentar ya?"

"Gimana bantuinnya Bang?"

Dewo mengambil posisi push up.

"Abang butuh beban tambahan, kamu mau duduk di punggung Abang?"

Tanpa diminta dua kali, Rama langsung duduk di punggung Dewo.

Lalu Dewo mulai melakukan push up.

"Satu...Dua...Tiga..." Dewo menghitung setiap repetisinya.

Tubuh Rama naik turun seiring dengan irama push up Dewo, ia begitu terangsang sekaligus terpesona dengan kekuatan Dewo. Otot-otot Dewo yang hangat bergerak berangkaian, seperti hidup di bawahnya.

Janji Takkan Kemana-mana, Ya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang