Chapter 3

482 98 29
                                    

“Sudah ku bilang, jangan mengikutiku" Kim Dokja sedikit berteriak pada orang di sampingnya.
 
“Aku tidak mengikutimu" jawabnya santai
 
“Lalu apa??” Kim Dokja merasa risih dengan pengganggu satu ini.
 
“Hanya kebetulan"
 
“Mana mungkin kebetulan kau juga menuju ke si--"
 
“Oppa!!” belum sempat melanjutkan kata katanya, suara gadis kecil terdengar di seberang jalan.
 
Yoo Joonghyuk menatap dengan tatapan mengejek. Kim Dokja berfikir bagaimana dia bisa bertemu dengan manusia semacam ini.
 
“Oppa!!, kau menjemputku??” Yoo Mia langsung memeluk kakaknya, setelah menyebrang.
 
“Ya, bagaimana sekolahmu?" Yoo Joonghyuk menunduk dan mengusap pipi tembam Yoo Mia dengan lembut, melihat itu, mendorong Kim Dokja untuk bertanya.
 
“Dia adikmu?” Pertanyaan Kim Dokja membuat atensi Yoo Mia tertuju padanya,
 
“Siapa orang jelek ini, oppa? Temanmu?” Oke, Kim Dokja tak perlu jawaban karena ia bisa melihat kemiripan dua orang di depannya ini.
 
Mereka berjalan berdampingan dengan Yoo Joonghyuk yang membawa tas milik adiknya yang sibuk memakan Sandwich yang ia buatkan.

Yoo Joonghyuk juga memberikan satu sandwich tanpa tomat pada orang disebelahnya.
 
“Aku dengar, kau menemui ibuku" Kim Dokja mengatakannya saat menerima Sandwich itu.
 
“.....”
 
“Jangan berfikir untuk mengelak” potongan besar Sandwich masuk kedalam mulutnya.
 
“.....”
 
“Mungkin" Yoo Joonghyuk menjawab singkat. Melihat Kim Dokja tidak menanggapi,  kini ia bertanya,
 
“Mengapa kau tidak tanya mengapa aku tau tentang ibumu"
 
Yoo Mia menyelesaikan sandwich miliknya, dan memutuskan untuk mendengarkan.
 
“Ah, itu tidak mengagetkan, aku yakin kau juga mengenalku dari berita itu" Kim Dokja membuang bungkus Sandwich itu ke dalam tong sampah.
 
Yoo joonghyuk hanya diam, tidak ingin membuat jawaban apapun.
 
“Kim Dokja" panggilan tiba tiba Yoo Joonghyuk membuat Yoo Mia ikut mengalihkan atensinya pada kakaknya.
 
“Ya?”
 
“Apa kau bahagia?” Pertanyaan ini membuat Kim Dokja terkejut, ia menghentikan langkahnya dan menatap mata Yoo Joonghyuk.
 
“.....”
 
“Kim Dokja, apa kau bahagia?” tak mendapati balasan, Yoo Joonghyuk mengulangi pertanyaannya kembali.
 
“......Tentu" Kim Dokja menundukkan wajahnya.

Yoo Joonghyuk yang melihatnya segera meraih bahu Kim Dokja dan mengguncangnya dengan kasar.
 
“Tatap aku, Kim Dokja" Kim Dokja tersentak, ia tak mengerti kenapa tiba tiba Yoo Joonghyuk menjadi seperti ini?
 
“Ada apa denganmu??” Tanyanya bingung
 
“Kim Dokja, jangan berbohong” Sosoknya yang marah, terpantul pada iris mata lawan bicaranya.
 
“Oppa" Yoo Mia menyadarkan Yoo Joonghyuk jika mereka saat ini berada di tepi jalan, dan orang orang mulai mengawasi mereka.
 
“Maaf” Perlahan Yoo Joonghyuk melepas genggaman pada bahu Kim Dokja.
 
Segera Yoo Joonghyuk menyambar tangan Yoo Mia dan pergi meninggalkan Kim Dokja dengan tatapan bingung.
 
Bukan tanpa alasan Yoo Joonghyuk tiba tiba bersikap seperti itu, sebenarnya lama kelamaan ia lupa kenangan saat di putaran sebelumnya, tak jarang ia lupa mengapa ia harus menemui Kim Dokja di putaran ini.

Ingatannya kacau, Yoo Joonghyuk takut jika kesempatan ini menjadi sia sia.
 
 
*
 
Yoo joonghyuk kini berada di depan pintu rumah Kim Dokja, berkali kali tangannya terangkat ingin mengetuk tapi berkali kali pula tangannya ia turunkan dengan canggung.
 
Yoo Joonghyuk tau, ia terlalu berlebihan tadi. Ia melirik ke arah bekal yang berisi masakannya untuk Kim Dokja.

Setelah menguatkan hati, Yoo Joonghyuk mengetuk pintu itu pelan
 
“....” tidak ada sautan, ia mencobanya lagi. Namun, tetap tidak ada sautan
 
“Kim Dokja" Yoo Joonghyuk mencoba memanggilnya tapi rumah itu terasa kosong.
 
“Kim Dokja, buka pintunya" Yoo Joonghyuk menebak mungkin Kim Dokja marah, atau tersinggung dengan sikapnya, dengan tak sopan ia mulai membuka pintu itu tanpa permisi.

Yoo Joonghyuk sudah mengingat password rumah saat pertama kali ia kesini.
 
Pintu terbuka, rumah itu tetap sama, kecil dan sedikit kumuh di beberapa tempat.

Yoo Joonghyuk meletakkan bekal itu ke meja makan dan mulai membersihkan baju yang berserakan di sofa.
 
Saat membuka kamar mandi dengan tujuan ingin mencuci semua pakaian ini, Yoo Joonghyuk terkejut, di sana.....
 

“KIM DOKJA!!” Yoo Joonghyuk mengangkat tubuh kurus yang penuh warna darah.

Wajahnya kehilangan rona, tangannya kini mulai mendingin.
 
“KIM DOKJA!! TIDAK, KIM DOKJA" ia panik, takut, dia benar benar takut, Yoo Joonghyuk melapisi tubuh dingin itu dengan jaket dan selimut apapun yang bisa ia gapai, dengan pucat ia menggendong Kim Dokja keluar kamar, ingin segera mengantarkannya ke Rumah sakit.
 
Jaraknya cukup jauh, ditambah salju mulai turun. Beberapa kali orang menawarkan bantuan, tapi Yoo Joonghyuk mengacuhkannya, pikirannya kalut, ia tak bisa berfikir jernih.
 
Kim Dokja lagi lagi terluka, apakah, apakah tak ada hal yang bisa ia lakukan??

Jika dengan mundur tak mengubah apapun, lalu mengapa ia diberi harapan seperti ini??

Pelukan Yoo Joonghyuk mengerat, mencoba memberikan seluruh kehangatannya untuk tubuh yang dingin itu.
 
Para perawat yang melihatnya langsung membantunya untuk membawa Kim Dokja ke ruang operasi.

Yoo Joonghyuk merosot saat melihat tubuh Kim Dokja tertelan ruang Operasi itu.

Kakinya yang berdarah karena ia berlari tanpa alas kaki di cuaca sedingin ini tak membuatnya mengalihkan pandangan.
 
Perawat yang melihat kondisi Yoo Joonghyuk menawarkan pengobatan, tapi Yoo Joonghyuk tidak merespon, telinganya berdenging, jantungnya terpompa cepat, matanya kabur, hanya sosok Kim Dokja yang terlihat di mana pun ia memandang.
 
Setelah beberapa saat barulah Yoo Joonghyuk bisa berfikir dengan tenang. Ia duduk di depan ruang Operasi, lukanya telah diobati.

Namun, hatinya tetap merasa tak karuan, sekilas sebelum ia melihat Kim Dokja diambil alih oleh para Dokter, Yoo Joonghyuk melihat bekas luka guratan di urat nadinya.
 
Apakah, karena kau tidak membaca novel itu? Apakah karena aku yang merubah takdir dengan meminta hal yang serakah? Dengan egoisnya aku merubah kisah yang ingin kau lihat.

Bagaimana, bagaimana jika kali ini pun aku gagal? Bisakah, bisakah aku mundur?? Apakah ada konstelasi yang bisa membantuku? Siapapun itu, apapun itu, aku akan membayarnya.

Tolong tolong biarkan aku melindunginya.
 
Yoo joonghyuk menatap langit langit rumah sakit dengan frustasi.
 
Berapa kali lagi, aku harus mengulangi hal seperti ini?
 
Aku ini apa?
 
Aku....
 
Aku sendirian....
 
“BODOH!!”  suara teriakan familiar itu membuyarkan lamunan Yoo Joonghyuk
 
“Mengapa kau sendirian???”
 
“Untuk apa aku datang kesini jika kau sendirian??” Benar, itu adalah suara Kim Dokja saat menyadarkanku di gedung theater dulu.
 
“Jangan menyerah pada putaran ini" suara Kim Dokja berputar di telingaku.
 
Namun, namun jika aku mundur sekali lagi, bukankah aku bisa menyelamatkanmu kali ini?
 
“Yoo Joonghyuk, bangun. Jangan berfikir hal hal akan membaik jika kamu mengulanginya beberapa kali lagi"
 
“Aku Yoo Joonghyuk, mantan regressor"
 
Pintu ruang operasi terbuka, dokter itu membawa kabar bagaimana keadaan Kim Dokja di dalam.
 
 
*

We Meet againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang