Last Chapter

566 108 33
                                    

Sosok Kim Dokja saat ini mengingatkannya pada Kim Dokja pada putaran sebelumnya.

Dengan wajah teduh, mata itu tertutup rapat, tak mengizinkan cahaya sedikitpun menyelinap.
 
Dokter mengatakan Kim Dokja mengalami depresi berat hingga ia melakukan hal itu.

Ini semua karena Kim Dokja tidak membaca kisah ku, Kim Dokja  yang sekarang tak memiliki hal yang membuatnya mengalihkan rasa sakitnya.
 
Yoo joonghyuk mendatangi rumah sakit itu setiap hari bahkan tanpa sadar ia seperti tinggal di sana.

Yoo Joonghyuk merawatnya setiap hari, di sini tak ada Lee Seolhwa atau Yoo sangah yang merawatnya, maupun Shin Yoosung atau Lee Gilyoung untuk sekedar menjenguknya.
 
Saat Yoo Joonghyuk mengiris apel entah untuk siapa, mata Kim Dokja perlahan terbuka, dengan panik ia segera memanggil dokter atau siapapun itu untuk memeriksanya.

Dokter datang yang memeriksanya, setelah itu mengajak berbicara berdua dengannya.
 
“Kondisi Kim Dokja-ssi secara fisik baik baik saja, tapi karena depresinya akan lebih baik jika ia mendapat pengobatan di bagian psikisnya" Yoo Joonghyuk mengangguk mengerti.
 
Yoo Joonghyuk membujuk Kim Dokja untuk mengambil pengobatan itu, dengan janji ia tak akan meninggalkan Kim Dokja sendirian.

Awalnya ia menolak, tapi Yoo Joonghyuk sangat keras kepala dan membujuk sedemikian rupa agar Kim Dokja setuju.
 
Pengobatan dilakukan, sesuai janjinya Yoo Joonghyuk mendampingi Kim Dokja selama itu. Merawatnya dan menuruti semua keinginannya.

Karena keinginannya yang kuat serta dukungan dari Yoo Joonghyuk, Kim Dokja pun berhasil melewati masa masa buruknya.
 
Hari ini Kim Dokja pulang dari rumah sakit, Yoo Joonghyuk menyiapkan bekal serta catatan kecil yang bertuliskan “Maaf" yang belum sempat ia berikan saat itu. Yoo Mia mengamati kakaknya yang terlihat bahagia di wajah kaku itu.

“Oppa, apa ahjussi itu baik baik saja?”
 

“Ya, dia baik baik saja" Yoo Joonghyuk mengusap pucuk kepala adiknya.
 

“Syukurlah, selama ahjussi itu sakit, Oppa terlihat gelisah dan kacau" suaranya terdengar kesal.
 

“Maaf, sekarang sudah baik baik saja" Yoo Joonghyuk mencubit pelan pipi adiknya. Lalu pamit untuk menjemput Kim Dokja.

*

 
“Joonghyuk-ah" Kim Dokja memanggil pria yang sedang sibuk membereskan barang bawaannya.
 
“Hm?” Yoo Joonghyuk menjawab tanpa menghentikan kegiatannya.
 
“Saat itu kamu bertanya, apakah aku bahagia" mendengar itu tubuh Yoo Joonghyuk menegang, ia selalu merasa bersalah karena mungkin itu adalah salah satu alasan Kim Dokja melakukan hal gila pada hari itu.
 

“Lupakan" jawabnya singkat.
 

“Jangan begitu, dengarkan dulu jawabanku"
 

“....”
 

Mengapa dia tiba tiba menjadi bersemangat?
 
“Aku, aku tak pernah bahagia” saat mengatakan ini Kim Dokja tak lagi menundukkan kepalanya seperti terakhir kali.

“Ayahku orang gila, ibuku pembunuh bahkan menjual cerita itu, aku dibully sejak aku sekolah, aku mengalami semua kesakitan itu sendiri, menurutmu apa aku bahagia?”

Kenangan kenangan buruk itu berputar, ingatannya yang selalu ingin ia pendam tapi tak peduli seberapa ia berusaha, kenangan itu akan selalu menghantuinya.
 

Yoo joonghyuk kini mengalihkan atensinya dan memilih duduk mendengarkan.
 

“Aku tak tau apa alasanmu tiba tiba menanyakan itu, kali ini... aku tak ingin berbohong"
 

Matanya menatap mata Yoo Joonghyuk dengan lekat. Melihat mata itu, membuat kenangan buruk Kim Dokja terhapus, tergantikan kenangannya saat pertama kali Pria di depannya menyapanya dan mengganggunya.

We Meet againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang