Keheningan di tengah dunia berpenghuni memang sulit didapat. Jika kita tak bersuara, bukan berarti sekitaran akan turut sunyi dan ketika kita berdiam diri maka hanya akan mendatangkan kehampaan. Namun, lain halnya dengan keheningan saat ini karena di depan sana hanya akan mendatangkan malapetaka.
Wajah penuh kekhawatiran menjadi pemandangan pertama setelah beredar kabar jika salah satu objek penting pemerintah berhasil ditahan penjahat. Hal ini menegaskan dengan jelas bahwa asosiasi pahlawan tengah dihadapi situasi yang genting. Seluruh pahlawan berperingkat tinggi mulai bersatu untuk mencoba merebut kembali apa yang telah diambil, tetapi yang mereka lakukan belum cukup karena saat ini ada seseorang yang menikmati panggung drama.
Penghujung malam adalah waktu leluasa bagi mereka yang tidak memiliki kebebasan ketika berada di bawah matahari. Layaknya penghuni kegelapan, mereka tidak memiliki rasa takut karena mereka lah penyebab ketakutan itu sendiri.
Villain.
Sebutan bagi mereka yang beroposisi--lebih tepatnya berbanding terbalik atau bermusuhan dengan segala hal mengenai Hero.
Di Jepang, ada sebuah organisasi penjahat yang hingga kini belum bisa ditangani oleh Hero. League of villain namanya. Organisasi yang bergerak berdasarkan insting penjahat dan berakhir mengganggu kedamaian. Berbagai rencana telah mereka lakukan sejak pemimpin mereka tertahan dibalik sangkar besi bernamakan Tartarus. Kini anggota mereka menerka-nerka, entah apa yang akan dilakukan Shigaraki hingga mereka semua dikumpulkan dalam satu ruangan ketika waktu telah menunjuk pukul dini hari.
Saat suara pintu tua terbuka sembari menampilkan figur pria bersurai biru, pusat perhatian langsung tertuju padanya. Ralat, lebih tepatnya pada satu sosok yang berada dalam genggaman Shigaraki.
Mereka semua menatap seolah siap menguliti.
"Mengingat dia adalah tahanan kita, salah satu diantara kalian harus mengawasinya," ujar Shigaraki seraya menggaruk leher. Nada bicara yang terdengar malas pun sudah melekat padanya.
"Dabi."
"Perlakukan dia sesukamu."
Hujan deras bersamaan petir yang menyambar semakin menciptakan atmosfer penuh ketegangan, tetapi langsung dibuyarkan ketika Toga bersuara.
"Seharusnya kau membiarkan dia berada di bawah pengawasanku!"
"Aku pasti menjaganya dengan baik!"
Toga sudah mewakili isi hati mereka semua. Terlebih ekspresi Toga terlihat kesal setelah calon mainan yang sudah ia khayalkan akan menjadi makanan pisaunya malah tidak dapat ia miliki. Shigaraki sendiri tampak tidak mendengarkan, ia lebih memilih untuk menggaruk pipi.
Sementara itu tidak ada yang menyadari gelagat aneh seseorang. Sejak Shigaraki tiba, ia hanya terdiam tak bersuara. Kedua mata terkunci pada satu objek, menciptakan getaran aneh hingga bibir tergigit kuat seakan menyalurkan pelampiasan saat namanya terucap.
"Bahkan setelah sekian lama, kau selalu berhasil membuatku terpesona."
Dabi menyeringai dalam diam.
Bila seisi kota diguncangkan dengan berita maka berbanding terbalik dengan suasana hati Dabi saat ini. Jikalau diizinkan, Dabi ingin membakar seisi kota untuk mengekspresikan betapa senang dirinya. Seakan baru saja menenangkan hadiah lotre, Dabi tidak sadar jika ia sudah tersenyum lebar dalam waktu yang lama.
"(Name)-chan ...."
Panggilannya begitu lembut, tetapi terdengar sangat mengerikan di telinga. Sesaat setelah Shigaraki dan yang lainnya meninggalkan Dabi bersama perempuan itu, Dabi sudah tidak dapat menahan diri lagi. Ia langsung menghampiri perempuan itu lalu memeluk lehernya dari belakang seolah menyalurkan rasa rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted | Dabi X Reader
FanfictionDrama mereka berpusat pada ketidakberdayaan seseorang dalam menahan hasrat. Karena tidak seperti Eros yang terpikat dengan kecantikan Psyche, ia malah jatuh pada segala hal yang tidak masuk akal. ~Tentang dirinya, sang pengagum tergila. Dabi x Reade...