Sebagai anak yang diharapkan sebagai alat balas dendam ayahnya, Dabi selalu diperlakukan keras sejak dini. Latihan tak mengenal waktu, tidak mendapat kasih sayang yang seharusnya, jauh dari lingkungan pertemanan, dan lelah dengan segalanya. Namun, Dabi sangat mengerti. Selelah apapun bentuk perlakuan ayahnya, ia masih ingin menjadi yang terbaik di mata pahlawan nomor dua itu.
Segala usaha Dabi lakukan. Bahkan hingga mencapai batasan dari tubuhnya.
Namun, di samping itu ada satu hal dari hidupnya yang membuat Dabi senang.
Yaitu pertemuannya dengan (Name).
Keduanya berteman sejak Dabi dihampiri seorang anak perempuan kala Dabi menangis di pinggir sungai. Anak perempuan itu sangat manis di mata Dabi. Sangat baik, hingga Dabi merasa bahwa menjadi perhatian ayahnya bukanlah prioritas utamanya lagi.
Ia hanya ingin perhatian perempuan itu.
Sayangnya, rasa itu lama-kelamaan berubah menjadi obsesi.
Hal ini muncul ketika kemampuan unik (Name) diketahui olehnya. Setiap saat Dabi mendapatkan luka fisik dari latihan bersama ayahnya, (Name) akan selalu merelakan darahnya untuk mengobati Dabi.
Hingga rasa itu meledak saat Dabi mengetahui bahwa pihak pemerintah mencoba menjadikan (Name) sebagai eksperimen mereka.
Ia yang selalu berpikir bahwa hanya dirinya lah yang berhak memiliki (Name) di sisinya lantas berpikir, jika ia yang belum bisa melindungi (Name) dari mereka maka perempuan itu layak ia bunuh agar orang lain tidak dapat memilikinya.
Katakan saja ia gila karena memang benar adanya.
Dabi yang selalu ditekan oleh ayahnya serta rasa tidak ingin kehilangan (Name) membuat sumbu pemikirannya memendek dan berakhir dengan (Name) yang menjauh darinya.
Akan tetapi, saat ini Dabi mengerti. Satu-satunya hal yang membuat dunia indah di matanya adalah kehadiran (Name). Ia yang tersesat dalam jalan balas dendam dapat berpaling dari sana karena untuk melindungi (Name).
Ia tidak akan membiarkan (Name) lepas darinya, selain jika perempuan itu sendiri yang meminta.
Badai salju semakin deras kala waktu telah mencapai penghujung malam. Uap dingin yang keluar dari adanya proses pernapasan menandakan betapa dinginnya suhu saat ini. Pelukan hangat dari Dabi seharusnya belum cukup untuk (Name) yang hanya berlapiskan dress putih tipis. Namun, perempuan itu malah tak henti-hentinya tersenyum seolah kehangatan selalu berada bersamanya.
Perempuan itu terlampau bahagia atas kembalinya Dabi yang ia kenal.
"Kita harus pindah dari sini karena mereka akan segera menemukan kita."
(Name) mengangguk paham. Jikalau Dabi mengajaknya hingga ke ujung dunia pun, akan ia lakukan.
Keduanya berjalan dalam kegelapan malam yang disinari rembulan. Sesekali bersembunyi di balik pohon untuk mengecek adanya orang yang mengikuti.
"Sepertinya kita akan aman di sini," ujar Dabi sembari membawa (Name) mendekat ke arahnya.
Mereka tengah berada di sebuah lorong yang minim pencahayaan.
Hingga sebuah suara benda yang melaju dengan cepat terdengar oleh Dabi.
"Akh!"
"Sial!"
Dabi segera berlari membawa perempuannya menjauh dari sana. Untung saja kedua orang ini tidak bersuara terlalu keras hingga tidak terdengar oleh Toga yang sengaja melemparkan pisau ke sembarang arah.
Keduanya berhenti kala Dabi menemukan tempat aman untuk mengecek luka (Name). Matanya terbelalak saat melihat sebuah pisau menembus telapak tangan (Name) kala perempuan itu mencoba melindungi wajahnya yang menjadi sasaran utama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted | Dabi X Reader
FanfictionDrama mereka berpusat pada ketidakberdayaan seseorang dalam menahan hasrat. Karena tidak seperti Eros yang terpikat dengan kecantikan Psyche, ia malah jatuh pada segala hal yang tidak masuk akal. ~Tentang dirinya, sang pengagum tergila. Dabi x Reade...