Surat? 02

1.2K 61 7
                                    


"VINO!"

"VINO TURUN KAMU!" Sekali lagi panggilan itu terucap.

Tap Tap Tap

Terdengar dengan cepat suara langkah kaki menuruni anak tangga. Ia yang di sebut namanya tadi dengan cepat menghampiri panggilan tersebut.

"I-iya Ayah ada apa?" Tanya nya takut ketika ia sudah berhadapan langsung dengan seseorang yang memanggilnya tadi. Ya dia adalah Ayahnya, Ayah kandungnya Jerry namanya.

"Apa ini!?" Tanya Jerry menyodorkan sebuah kertas putih berisikan tulisan panggilan yang berasal dari tempat sekolah Vino.

"Em i-itu __" Vino takut untuk menjawab pertanyaan dari sang ayah.

"Jawab yang bener Vino!" Ujar Jerry meninggikan nada bicaranya, ia tidak suka dengan jawabannya yang bertele-tele.

"Maaf Ayah..." Ucapnya tertunduk.

"Bukan maaf yang mau Ayah denger! Ayah butuh penjelasan kamu Vino!" Bentak sang Ayah melempar kertas itu pada wajah Vino.

Vino semakin menundukkan kepalanya, jantung nya berdetak kencang. Kenapa harus pagi-pagi sekali ayah nya ini menerima surat dari kepala sekolah.

"Ayah butuh penjelasan Vino! Angkat kepalanya! Tatap ayah! Jangan buat ayah marah Vino!" Lanjut Jerry memerintahkan sang putra untuk menatap wajahnya.

Dengan perlahan Vino mengangkat kepalanya tapi masih enggan untuk menatap sang ayah yang marah.

"Emm i-itu Vi-vino berantem dan gak sengaja buat dia lu-luka Yah, tapi itu di__" Ucap Vino terhenti karena dengan cepat tangan Jerry melayang di pipi putih milik Vino.

Plak!

Wajah Vino tertoleh ke samping, ia memegang pipinya yang perih, ah tidak bahkan ini tidak seberapa sakitnya.

"Berapa kali Ayah bilang! Berhenti buat masalah Alvino Marcellino! Kamu gak mikir apa!? Dalam satu bulan! Ayah selalu dapet surat dari sekolah karena kelakuan kamu! Punya otak gak kamu hah!? Malu Ayah punya anak kayak kamu! Selalu buat masalah!" Ujar Jerry dengan beberapa kali menyentuh kasar kepala sang putra dengan hari telunjuknya.

"Malu ya Yah?" Batinnya terseyum sendu.

"Hari ini gak ada sarapan atau pun uang saku! Nanti malam ke ruangan Ayah." Ucap Jerry dingin lalu beranjak pergi dari hadapan Vino.

Vino menghela napas, memang benar prediksi nya jika surat dari kepala sekolah itu mendarat cepat di tangan ayah nya. Nanti malam ia harus menemui Ayah nya di ruangan yang menakutkan. Sudahlah lebih baik ia mengambil tas nya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Baru beberapa langkah Vino menaikkan anak tangga, ia berpas-pasan dengan Kakak kembarnya. Lalu langkah Vino terhenti ketika Kakaknya Reno berbicara dengan santai nya.

"Ck, b*doh masih pagi udah buat keributan dasar." Ucap Reno lalu melanjutkan langkahnya.

Vino hanya melihat Reno dari ekor matanya keduanya tidak saling tatap.

"Masih pagi udah bacot!" Batin Vino kesal.

Vino melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Dengan segera Vino mengambil tas ranselnya ia sangkut kan di pundak kirinya, tak lama ia kembali menujuni anak tangga.

Tap Tap! Vino berjalan sedikit memperlambat langkahnya. Ia sengaja, karena di sana tepat pada ruang makan terdapat Ayah, Bunda, serta saudaranya yang lain sedang bersiap untuk sarapan.

"Cendra Jingga jangan lupa bekel nya dimakan ya? Bunda gak mau ya kalau bekel nya gak dimakan." Ujar sang Bunda Yunda pada kedua bungsunya.

"Siap Bunda!" Jawab kompak keduanya.

Kisah Vino  || ( Lee Jeno  ) End [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang