Senyuman Penuh Kesedihan

142 3 0
                                    

*Hidup terus berjalan sekalipun kamu tidak ingin melanjutkannya*

Gerald Aditama, seorang laki-laki sukses yang namanya sering dibicarakan akhir-akhir ini. Laki-laki itu mendapatkan segalanya dari pernikahan yang ia lakukan.

Gerald adalah anak haram dari keluarga Pratama yang sudah tidak memiliki penerus. Hanya Gerald yang tersisa, seorang anak tanpa marga keluarga dan juga tidak pernah hidup mewah sebelumnya.

"Apakah anda ingin beristirahat?"

Pertanyaan dari salah satu orang kepercayaannya membuat Gerald menoleh dan menggelengkan kepalanya.

"Aku akan mengambil cuti hari ini, jadi pergilah untuk merayakan pesta bersama yang lainnya."

Ini adalah hari yang sangat penting bagi Gerald, hari ini bisnisnya sukses besar, dan cabang perusahaan baru pun baru saja ia resmikan hari ini. Tapi dirinya tidak bisa pergi untuk melakukan pesta bersama yang lainnya karena dirinya memiliki sesuatu yang harus ia lakukan.

Gerald meminta supir untuk turun dari mobilnya, hari ini Gerald ingin pergi sendirian dan tidak ingin diikuti oleh siapapun.

Sepanjang perjalanan, Gerald hanya diam, mendengarkan sebuah siaran radio yang menceritakan cerita yang sama setiap tahunnya dihari ini. Gerald tersenyum tipis saat mendengarnya, itu adalah cerita yang sangat lucu dan dirinya tidak pernah bosan dengan cerita itu.

Gerald menginjak gasnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, dirinya ingin segera tiba dan menikmati harinya.

Lautan yang terlihat sangat biru, tanpa seorang pengunjung menjadi tujuan Gerald hari itu.

"Aku datang," katanya dengan tersenyum riang.

Ombak yang baru saja menerpa kakinya membuat Gerald tertawa pelan. Dirinya segera membungkukkan badannya dan melipat celananya yang sudah basah karena ombak itu.

"Kamu menyambutku dengan baik." Ucap Gerald dengan suara pelan.

Gerald memutuskan untuk kembali ke pinggir dan mengambil sebuah botol wine di mobilnya. Setelah itu Gerald duduk dan meletakkan botol itu di sampingnya.

"Seperti yang kamu harapkan, aku melakukan yang terbaik dan menjadi seseorang yang dikenal oleh banyak orang."

"Aku kagum padamu, kamu melakukan yang terbaik. Selamat untukmu." Balasan dari seorang wanita di sampingnya membuat Gerald menoleh dan tersenyum tipis.

Wanita itu mengenakan gaun putih tipis yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

Gerald menumpukan dagunya diatas lututnya, matanya terus menatap ke arah wanita itu dengan mata yang berbinar. Bibirnya juga tersenyum lebar.

"Bagaimana kabarmu?" Gerald bertanya dengan suara pelan.

Wanita itu tidak menjawab, dia masih sibuk membuka botol wine dan menuangkannya di dalam gelas. Wanita itu selalu menuangkan minuman untuknya, bahkan disaat dirinya sedang kesal pun, hanya wanita itu yang paling sabar dalam menghadapinya.

"Kamu tidak ingin menjawab?" Gerald masih bertanya, dirinya tidak ingin menyerah.

"Kamu bisa melihatnya, aku baik-baik saja." Jawab wanita itu sembari memberikan gelas berisi wine untuknya.

"Bukankah kamu tidak suka jika aku terlalu banyak minum?"

Wanita itu hanya tersenyum saat mendapat pertanyaan itu. Gerald meletakkan gelasnya dan mengangkat kepalanya.

Pandangannya hanya tertuju pada wanita yang tengah sibuk menatap ke arah depan, bibirnya terus tersenyum seolah-olah dia tidak lelah untuk terus tersenyum seperti itu.

"Lelah bukan?" Wanita itu bertanya secara tiba-tiba.

Gerald yang mendengarnya tentu saja langsung berkaca-kaca, saat wanita itu menoleh ke arahnya Gerald menganggukkan kepalanya berkali-kali, memberitahu jika dirinya lelah dan ingin berhenti.

Wanita itu masih saja tersenyum dan menggenggam tangan Gerald dengan erat.

"Kamu sudah sampai di titik ini, jadi bertahanlah. Jika kamu lelah, kamu bisa istirahat tapi tidak untuk menyerah."

Sudah tiga tahun, Gerald terus mendengar kata-kata itu secara berulang-ulang. Dirinya tidak pernah bisa berhenti untuk menyerah karena kata-kata yang terucap dari bibir wanita itu. Wanita yang sangat berharga baginya.

"Seluruh dunia mengenalimu seperti yang kamu inginkan, jadi kamu harus bahagia dan bukan malah mengeluh seperti ini."

"Kamu sudah melakukan yang terbaik, dan hal itu akan terus berlangsung. Aku juga akan menjadi seseorang yang selalu menemani kamu di setiap langkah yang kamu ambil."

"Aku akan menyetujui apapun yang kamu sukai tanpa bertanya kenapa."

Air mata Gerald luruh saat mendengarnya. Semilir angin laut membuat napas Gerald sedikit sesak, air matanya masih terus turun namun isakannya ia tahan sebisa mungkin.

"Aku tidak menginginkan semua itu lagi,"

Gerald berucap dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata. Dirinya menatap wanita yang masih tersenyum itu dengan isakan yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

"Aku ingin berhenti, aku ingin menghentikan semuanya."

Gerald menangis tersedu-sedu saat itu, namun tangisannya tidak terdengar karena suara ombak yang sangat nyaring hari itu.

Entah berapa jam Gerald menangis hari itu, padahal itu adalah hari yang seharusnya dirinya bersenang-senang dan berpesta bersama dengan para bawahan dan juga orang kepercayaannya. Tapi yang ia lakukan hanyalah menangis di tepi pantai, sangat menyedihkan.

Waktu terus berlalu, dan Gerald memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya. Dirinya memejamkan matanya dan tertidur di dalam mobil karena lelah menangis.

Dirinya lelah dengan keadaan yang ia hadapi selama ini, tidak ada yang mengerti bagaimana lelahnya dirinya menghadapi hari-harinya. Meskipun bibirnya terus memperlihatkan senyuman, bahkan dirinya juga tidak pernah mengeluh lagi tentang hidupnya yang menurutnya sangat berat untuk ia jalani. Tapi nyatanya, dirinya dapat melakukan semuanya, mewujudkan semua hal yang ia inginkan sebelumnya.

Getaran ponselnya yang berdering berkali-kali ia abaikan. Gerald tidak ingin bicara ataupun bertemu siapapun hari ini. Bahkan setelah dirinya lelah untuk berada di sana, Gerald hanya akan pergi ke rumah dan tidur. Karena besok masih ada hari yang harus ia lewati seperti biasanya.

Gerald membuka matanya dan menoleh ke arah samping. Wanita itu masih ada di sampingnya, tersenyum indah dan tidak terlihat lelah sedikitpun.

"Saat aku tersenyum seperti itu, aku sangat lelah untuk melakukannya." Kata Gerald memberitahu sembari menunjuk bibirnya dan menunjukkan senyumannya.

"Aku berpikir kenapa kamu tidak pernah mengungkapkan segalanya? Yang kamu lakukan hanyalah tersenyum dan bersabar. Apakah kamu tidak lelah?"

Gerald masih bertanya sekalipun dirinya sudah tahu jawabannya. Wanita itu tidak akan pernah lelah untuk tersenyum pada semua orang. Dirinya sudah cukup lelah dengan air matanya, hingga akhirnya dia hanya bisa tersenyum seperti itu. Dirinyalah yang bodoh karena masih bertanya seperti itu.

Tissa, wanita cantik yang menemaninya saat ini bukanlah miliknya. Melainkan milik seseorang yang belum pernah ia temui sebelumnya. Laki-laki itu sangat beruntung karena memiliki wanita secantik dan juga sebaik itu. Sedangkan dirinya? Dirinya juga beruntung karena bisa menjadikan wanita itu sebagai pemiliknya.

Gerald menurunkan salah satu jendelanya, membiarkan angin laut masuk ke dalam mobilnya. Aroma air laut yang asin membuat wanita itu tersenyum lebar, dan Gerald pun ikut tersenyum saat melihatnya.

Tbc

Saras Tissa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang