tidak menginginkan keturunan

60 5 0
                                    

Semalaman, Gerald tidak bisa tidur karena terus teringat jika dirinya menjadi yang pertama bagi istrinya. Selain itu, dirinya bahkan selalu mengatakan hal-hal yang menyakitkan pada wanita itu, dan yang paling mengganggunya adalah karena wanita itu tidak membalas kata-katanya sama sekali, hanya diam dan menerima apapun yang ia katakan. Layaknya seorang yang hidup tanpa memiliki perasaan.

****

Saras bangun disaat Gerald yang baru saja bisa tidur. Saras berjalan keluar kamar dengan langkah tertatih-tatih karena selangkangannya yang masih terasa ngilu.

Saat Saras ingin kembali ke kamarnya, Saras berhenti sejenak dan melihat suaminya yang tengah tidur pulas di sofa ruang tamu. Karena tidak ingin mengganggu tidur suaminya, Saras pun memutuskan untuk bergerak lebih perlahan.

Saras masuk ke dalam kamarnya dan segera membersihkan dirinya di kamar mandi. Bercak kemerahan di area dadanya masih terlihat jelas. Saras terus menggosoknya pelan dan berulang, berharap agar bercak itu tidak ada di sana lagi. Bukan Saras tidak menyukainya, tapi Saras merasa malu saat melihatnya. Disaat seseorang mati karena dirinya, dirinya malah menikmati saat-saat disentuh oleh orang lain yang sudah menjadi suaminya. Saras merasa jika dirinya telah berkhianat dan tidak pantas untuk bahagia lagi.

Setelah lelah menggosoknya dan tidak dapat menghilangkan bercak itu, Saras memutuskan untuk mengakhiri mandinya. Dirinya memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan berganti dengan pakaian santainya.

Saras memoles bibirnya dengan lipstik, setelahnya dirinya keluar dan bersiap untuk membuatkan sarapan untuk suaminya.

***

Dia jam berlalu, Gerald membuka matanya saat menghirup aroma harum dari sebuah masakan yang ia tahu adalah ulah istrinya.

Gerald mengusap matanya pelan, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Jam berapa istrinya bangun sampai-sampai masakan sudah tercium begitu enaknya.

Gerald meraih ponselnya yang ada di atas meja, menyalakan ponsel yang dari semalam ia matikan karena tidak berani menghubungi kekasihnya.

Seperti biasa, pesan beruntun masuk dari kekasih dan juga ayahnya. Ayahnya meminta dirinya datang ke perusahaan hari ini, dan itu membuat Gerald merasa berdebar tak karuan. Akhirnya apa yang ia tunggu-tunggu telah tiba, dirinya benar-benar akan belajar tentang perusahaan dan mengambil alih perusahaan itu nantinya.

Gerald membuka pesan dari kekasihnya dan mengirimkan pesan pada kekasihnya itu, memberitahu jika akhirnya dirinya berhasil masuk ke dalam perusahaan milik ayahnya, sekalipun dirinya hanyalah seorang anak haram.

Gerald bergegas bangun dari duduknya dan berjalan ke arah dapur, menatap ke arah istrinya yang masih sibuk dengan peralatan masaknya.

"Tidak perlu membuat banyak makanan, aku akan pergi ke perusahaan hari ini." Kata Gerald memberitahu.

Mendengar suara suaminya, Saras tentu saja segera mengecilkan api dan menoleh ke arah suaminya.

"Apakah ayah mertua sudah setuju?" Tanya Saras dengan raut wajah yang ikut turut bahagia.

"Hem, semua karena pernikahan ini." Jawab Gerald pelan.

Diam-diam Gerald masih mengamati wajah istrinya. Mencoba mencari penyesalan yang mungkin saja dimiliki oleh wanita itu setelah apa yang terjadi semalam, tapi sampai lelah Gerald tidak menemukannya.

"Aku ikut senang mendengarnya, aku harap semuanya lancar agar pengorbananmu tidak sia-sia." Ucap Saras dengan sangat tulus.

"Oh ya, aku akan mendinginkan makanannya, kamu bisa mandi lebih dulu." Kata Saras yang tentu saja dijawabi anggukan oleh Gerald.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saras Tissa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang