Prolog

31 9 8
                                    

Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat membaca.

***

Bandung, 23 Januari 2020

Hembusan angin kencang menerpa kulit seorang gadis yang tengah duduk di kursi taman, membuat rambut panjangnya ber terbangan tak beraturan. Raut wajah gadis itu terlihat lemah dan tatapannya sangat kosong.

Dalam diam nya, ia menyimpan segala rasa sakit. Sakit yang amat begitu besar, yang mungkin akan merubah kehidupannya nanti.

Cerai.

Satu kata yang selalu menakuti nya kini telah terjadi. Ia sudah sangat pasrah dengan keputusan sang orang tua, tidak mau memperburuk keadaan lagi. Mungkin hanya dengan cara ini satu satunya solusi dari sebuah permasalahan yang mereka miliki.

Tapi jauh disisi logika gadis itu, ia tidak menginginkan ini benar-benar terjadi. Jika boleh meminta, dirinya ingin egois untuk terakhir kali ini saja. Setidaknya sampai dia bisa untuk menerima kenyataan yang bisa ia terima dengan lapang dada.

"Astagfirullah." ucapnya sembari mengusap wajah dengan kasar. 

Tiba tiba sesuatu yang dingin menempel pada pipinya. Ia terlonjak kaget, dan menghela nafas pelan.

"Butuh yang seger kan, Ser?" ujar seorang pemuda yang masih berseragam SMA. Tak lupa ekspresi nya dibuat seaneh mungkin.

"Kak Evan!! Kirain siapa ih. Bye the way, makasih ya minumannya." balas Seren  tersenyum lalu meneguk minuman itu sedikit.

Nama laki laki tersebut Radevan Aryassa Luthfiano, kakak kelas Seren yang super duper humble. Rumahnya tak terlalu jauh dari tempat tinggal Seren berada. Umurnya pun 2 tahun lebih tua daripada Seren.

Evan terkekeh sendiri melihat tingkah Seren. "Masih bisa senyum ya kamu ternyata."

"Ohh, jadi gaboleh senyum?" ucap Seren bercanda. Remaja laki laki itu lantas mengacak rambut Seren kasar. Ia tau bagaimana perasaan gadis yang ada didepannya ini.

"Ya ga juga lah. Malahan lebih bagus kayak gitu. Daripada cemberut, kayak kodok sawah." ejek nya sambil memeletkan lidah.

"Dih, dasar cowok aneh."  sahut Seren menggeplak punggung Evan dan dilanjut erangan kecil dari cowok itu.

***

Tampak dua orang remaja sedang berjalan menuju satu rumah ber cat abu. Tangan pemuda itu ia letakkan pada bahu sang gadis. "Gih sana masuk." ucap Evan.

"Eh, kakak gak mau mampir dulu?"  tanya Seren. Evan menggeleng pelan. "Nggak dulu deh, soalnya kakak mau langsung main kerumah Iqbal." jawab Evan.

"Oh okey. Hati hati ya, kak."

"Siap. Assalamualaikum, Seren."
"Wa'alaikumsalam, kak."

Pandangan Seren mengikuti arah gerak Evan yang perlahan semakin menjauh. Setelah dipastikan sudah tidak terlihat, gadis tersebut melangkahkan kaki kedalam pintu rumah yang sedikit terbuka.

"Ayah? Ibu kemana?" panggil Seren.

Ayah yang tengah terduduk di kursi pun mengangkat kepalanya. "Sini duduk, nak." ujarnya. Seren menuruti permintaan sang ayah. Ia mendudukkan diri di samping ayahnya berada.

"Kamu tau kan ayah sama ibu sudah-." ucapan Ayah terjeda. Seren memalingkan mukanya. Ia sadar, sekarang semuanya sudah berbeda.

"Bercerai." lanjut Seren meremas tangannya gemetar.

Hati Ayah mencelos. Ia tak kuat melihat putri satu-satunya itu bersedih. Tapi apa boleh buat, ia juga sudah lelah dengan sumber masalah ini. "Maafin keputusan Ayah ya, nak. Ayah gak bisa mempertahankan ibu mu lagi. Mungkin dari ini kita akan tinggal berdua aja, yaitu Ayah dan kamu."

Kepala Seren tertunduk, ia menangis. "Terus ibu pergi kemana, Yah? Kenapa Ibu ga pamitan dulu sama Seren?"

Tangan ayah bergerak memeluk Seren berusaha untuk menenangkan nya. "Ibu mu pergi kerumah Kakek di Surabaya."

"Jadi sekarang kita cuman berdua ya, Yah? Seren kira ini cuman mimpi dari ketakutan Seren sendiri, ternyata enggak. Maaf ya, Ayah. Seren pernah egois sama ayah untuk tetap pertahanin ibu. Sekarang semuanya ada di tangan Ayah. Seren cuman mau lihat Ayah bahagia dan senang selama ada Seren disini. Gaboleh sedih lagi, pahlawannya Seren."

Kini keduanya saling memeluk, menyalurkan kekuatan dan kehangatannya masing-masing.

Setidaknya, apabila sang ayah memilih keputusan ini dengan sungguh-sungguh maka Seren akan menerima, terlebih jika memang ini cara yang terbaik untuk menyelesaikan semuanya.

***
CHAFTER FINISHED

Confessions Of A Broken Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang