Happy reading guys...
"Jika kalian lelah, kita akan beristirahat dulu di dalam mobil, bagaimana??".
Sowon bertanya pada yang lainnya apakah mereka ingin langsung melanjutkan perjalanan mereka atau memilih istirahat sejenak.
Tidak ada yang menjawab, semuanya tertunduk dengan tatapan kosong dan lamunan masing-masing.
Umji merogoh saku rok nya dan mendapati pisau kecil yang pernah Yuju berikan padanya.
Dia memandangi pisau lipat itu dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian menggenggam nya dengan erat dan memejamkan matanya.
"Kajja kita lanjutkan perjalanan kita".
Semua mata tertuju pada Umji yang dengan suara bergetar mengajak yang lainnya untuk segera melanjutkan perjalanan.
"Kau yakin yewonnie??". Tanya Sowon.
"Ne!! Kita harus segera keluar dari sini. Kita harus segera mewujudkan permintaan Yuju unnie".
Dia pun bergerak dan menghadap Eunha yang masih tidak ingin berbicara dan terlihat sangat memprihatikan.
"Eunha unnie, lihatlah aku". Umji menangkup kedua pipi Eunha dan meminta Eunha untuk menatap matanya.
Eunha pun beralih menatap Umji dan dengan satu kedipan, air matanya kembali meluncur bebas.
"Kau menyayangi Yuju unnie kan??".
Eunha mengangguk. Tentu saja dia sangat menyayangi sahabatnya itu.
"Kau mau kan mewujudkan permintaan dia untuk kita keluar dari sini dengan selamat??".
Eunha kembali mengangguk dengan air mata yang semakin deras keluar.
"Kajja, kita lanjutkan perjalanan kita ne??".
Umji memeluk Eunha dengan sangat lembut dan membiarkan Eunha menangis di pelukannya. Dia mendongkakan kepalanya keatas agar air matanya tidak jatuh. Rahangnya bergetar menandakan dia sedang menahan emosi di dalam dirinya.
Setelah itu, Umji pun melepas pelukannya pada Eunha dan menatap semuanya satu persatu kemudian menganggukan kepalanya.
Sowon pun perlahan membuka pintu ambulance nya dan bisa dilihat hujan masih saja deras, seolah menggambarkan keadaan yang sedang di alami kelima gadis yang masih berjuang untuk hidup mereka.
Perlahan mereka pun turun satu persatu dan hendak berlari masuk ke dalam kantor polisi, namun langkah mereka terhenti saat melihat motor yang dipakai Nayeon terparkir disana.
Mereka saling bertatapan satu sama lain, tapi karena hujan yang mengguyur memaksa mereka untuk segera masuk dan mengabaikan hal itu untuk sementara.
Berantakan, itulah kesan pertama yang mereka lihat saat memasuki kantor polisi tersebut. Darah berceceran dimana-mana dan bekas peluru seolah menghiasi dinding ruangan itu.
Sinb yang melihat kunci pintu kantor polisi tersebut tergantung langsung menguncinya untuk berjaga-jaga agar mayat hidup di luar tidak bisa masuk.
Dengan berbaris, mereka mulai menyusuri setiap jengkal dari ruangan itu. Lampu yang masih menyala memudahkan langkah mereka dan sampai disini tidak ada satu pun mayat hidup yang mereka temui disana.
Mereka perlahan berjalan menuju ruang belakang dengan Sowon yang memimpin sambil mengacungkan sekop nya.
Perlahan Sowon membuka sebuah pintu dan untungnya ruangan itu kosong, hanya diisi beberapa kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"Seharusnya kita tidak membawanya eonni. dia berbeda dengan kita. dia menjijikan!!!"_(Yewon)