Cerita Anak
Yuk Mengenal Serangga dan Menyayangi Makhluk Tuhan
Copyright © DD Publishing, 2022Penulis: Ria Hias, dkk.
Penyunting: Amanda Aini
ISBN: 978-623-447-029-1JAKET RAJUTAN NENEK
ALMASA DAFFAAku langsung bangkit dari tempat tidur saat ibu baru saja sekali menepuk pahaku. Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Pagi ini aku semangat sekali.
Hari ini, Ayah berjanji akan mengajakku ke rumah Nenek. Katanya, nenek punya hadiah spesial untukku.
Setelah mandi dan sarapan, aku langsung masuk ke dalam mobil.
"Ayo, Yah, Bu, kita berangkat!" teriakku dari dalam mobil. Ayah dan ibu terlihat sibuk memasukkan beberapa barang bawaan ke dalam bagasi mobil.
"Sepertinya ada yang lupa memakai kaos kaki," ujar Ibu sembari memberikan kotak kue kepadaku.
Oh iya hampir saja aku lupa. Rumah nenek berada di puncak gunung. Hawanya dingin sekali seperti di salju. Walaupun aku sendiri belum pernah ke tempat yang bersalju. Hehehe.
Aku hanya tersenyum kikuk saat ibu memberiku sepasang kaos kaki. Segera aku memakainya.
Tidak ada sesuatu yang menarik selama perjalanan sampai akhirnya mobil ayah memasuki halaman rumah nenek. Kami langsung disambut oleh Paman dan Bibi, juga Nenek yang selalu kurindukan.
"Mana hadiah Nenek untuk Hana?" tanyaku antusias dan langsung mendapat gelak tawa dari semua orang di rumah ini.
"Hana ... Hana …." Ibu menggelengkan kepalanya.
Nenek merogoh keranjang tempatnya menyimpan benang-benang rajut. Nenekku pintar sekali merajut. Nenek mengeluarkan dua buah topi rajut. Warna merah dan kuning. Ada rajutan bunga matahari di topi yang berwana kuning.
"Tadaa ... ini dia, topi rajut spesial untuk Hana," ujar nenek sambil mengibarkan kedua topi rajut di tangannya.
"Asyik!" seruku, langsung menyambar kedua topi itu dan memakainya satu persatu.
Keesokan harinya, aku diajak Bibi ke pasar sambil memakai topi rajutan nenek yang berwarna kuning. Tak lupa aku juga membawa serta yang berwarna merah. Di samping kios tempat bibi membeli sayur aku melihat ada ibu-ibu pengemis dan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Kelihatannya mereka kedinginan. Aku merasa kasihan.
Setelah lama berpikir, akhirnya kuberikan topi merahku kepada salah satu anaknya.
"Kok cuma satu? Kan adik kecilnya ada dua," tanya Bibi yang ternyata sedari tadi memperhatikanku.
Akhirnya kulepas topi di kepalaku dan memberikannya kepada anak pengemis itu.
"Terimakasih banyak, Kak," kata kedua adik kecil itu hampir bersamaan.
"Sama-sama," balasku singkat.
"Hana hebat!" Bibi mengacungkan jempol, "Nenek akan senang bila melihat Hana melakukan hal ini."
Sesampainya di rumah nenek, aku langsung menceritakan kejadian barusan.
"Hebat cucu Nenek," kata Nenek sambil mengacungkan jempol, "Karena Hana sudah melakukan hal yang sangat mulia, Nenek punya hadiah lain yang lebih besar."
Mataku berbinar, "Apa itu, Nek?" tanyaku tak sabar sambal terus memperhatikan tangan nenek yang merogoh keranjang tempat benang-benang rajutnya. Sampai akhirnya tangan nenek menarik sebuah pakaian rajut berwarna merah marun. Kalau tidak salah bentuknya seperti jaket. Ya, betul. Itu sebuah jaket.
"Ini dia hadiah Nenek untuk Hana yang sebenarnya," seru Nenek sembari mengibarkan jaket di tangannya. Aku bersorak senang.
"Asyiiik ... Terima kasih banyak, Nenek," seruku sambil memeluk tubuh nenek.
Sayang sekali, keesokan harinya, Ayah dan Ibu mengajakku kembali pulang ke kota. Selama perjalanan, tanganku tak henti-hentinya mengelus jaket rajutan nenek yang kukenakan ini. Aku suka sekali hadiah pemberian nenek tahun ini.
Kira-kira, apa hadiah berikutnya, ya?
Mal,
Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECES
De TodoKumpulan cerpen antologiku yang sudah diterbitkan di media cetak oleh DD Publisher bersama komunitas TEMBIKAR (Tempatnya Bikin Karya).