1

1K 77 2
                                    


Mai Point of View Started●

.
.
.

Malam ini untuk pertama kalinya dalam minggu ini, gue kena tampar kakak gue. Lagi.

Kenapa?

Alasan dia marah memang logis.

Kakak gue marah karena gue pulang telat dan gue gak berniat ngasih dia penjelasan habis dari mana dan pergi sama siapa.

Capek. Kakak gue terlalu over, padahal gue bukan bocil, gue udah legal. Gue udah 18 tahun.

"Mai! Lo denger gak sih?!"

"Ck, udah lah kak. Lo udah ngoceh selama 30 menit, gue ngantuk."

"Lo mau jadi apa kalau malam malam suka keluyuran hah?! Gue itu kakak lo, udah tugas gue jagain lo supaya gak terjerumus hal yang gak bener."

"Bukan keluyuran, gue diem di rumahnya Alda."

"Alda lagi, Alda lagi. Dia cewek nakal! Lo jangan deket deket sama dia!"

Gue menatap malas kearah Shion, kakak gue yang gila itu. Dia menganggap Alda--sahabat gue sebagai cewek nakal? Cuman gara gara dia pernah melihat Alda merokok.

Gue jengah dengan aturan yang kakak gue buat.

Jangan berteman dengan orang orang negatif.

Jangan ikuti gaya hidup orang orang negatif.

Jangan berurusan dengan orang negatif.

Semua orang baik kadang bisa jadi orang negatif dari sudut pandang kakak gue. Dan tentu saja gue yang paling dirugikan.

Semua aktifitas gue terbatas, gue gak bisa bebas. Belum lagi gue jadi gak punya temen deket karena semua yang nyoba deketin gue udah takut duluan sama Shion. Untungnya Alda yang paling tahan banting sama makian kakak gue hingga kita berdua bisa awet sahabatan.

Karena bosan ngeliat wajah Shion yang memerah karena marah. Gue langsung pergi gitu aja, mengabaikan dia yang teriak teriak kayak monyet.

Gue lelah, gue cuman cuci muka seadanya lalu ganti baju dan memutuskan untuk tidur.

Sampai beberapa puluh menit berlalu gue dengar pintu terbuka dan suara nafas Shion mulai mengganggu.

Ya selalu... habis memarahi gue, dia selalu diam diam masuk ke sini buat duduk sebentar.

Gue pura pura tidur, gue udah bener bener males meladeni Shion.

Ternyata dia sedang mengompres pipi gue yang tadi dia pukul. Lalu mengoleskan krim khusus yang selalu dia simpan di kotak obat.

"Mai?"

Gue masih terpejam, masih pura pura tidur.

Shion mendekat lalu mencium dahi gue. Gue tau dia sedang memastikan, karena siapapun di dunia ini tahu bahwa gue benci skinship, meski pun bersama Shion. Gue akan langsung marah jika ada yang berani berani nyentuh.

Mungkin melihat gue yang gak bergerak sama sekali, Shion akhirnya percaya jika gue sudah tidur.

Baguslah, sana pergi dasar monyet. Gue udah muak kalau lo terus terusan disini. Bikin emosi.

"Mai... mama kan nitipin lo sama gue. Kita udah gak punya siapa siapa. Kalau lo kenapa kenapa, gue sama siapa nanti?"

Ah si monyet itu.

Inilah yang membuat gue yakin jika Shion itu gila. Dia bisa berubah drastis seperti ini. Tadi marah marah, sekarang melow seperti orang yang paling sedih sedunia.

The TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang