5

61 11 4
                                    

Bangun dari kondisi kritis nya sama seperti bangkit menuju neraka bagi Nicholas.

Karena saat mata nya membuka hal pertama yang dia lihat adalah pria ber jas putih yang ia yakini adalah Dokter yang menangani nya. Juga Kei yang memalingkan wajah kecewa.

"Anda Sudah sadar?" Seru dokter dengan lembut.

"Bayi..." Seruh Nicholas lirih, dokter menatap Kei meminta izin, mereka saling berpandangan, tapi Kei justru Acuh.

" Maaf saya harus mengatakan ini tapi-" belum selesai ucapan dokter itu,  Kei menyela.

"Dia pergi karena kecerobohan mu." Sela Kei, lalu pria Jepang itu pergi meninggalkan ruangan.

"B-bayi ku... Dok, apa yang dia katakan itu tidak benar kan?" Nicholas berseru lemah. Sungguh hati nya hancur.

"Maaf, benturan yang menghantam perut anda sangat keras sehingga menimbulkan luka trauma yang cukup para di rahim anda, bayi anda tidak dapat kami selamatkan. Kemungkinan untuk memiliki anak lagi pun kecil dengan kondisi rahim anda yang sekarang." Dokter mau tak mau menjelaskan karena dia tidak punya pilihan, wali pasien malah pergi meninggalkan istrinya.

Tentunya hal itu membuat Nicholas terpukul, hatinya Hancur.

Baru dia sadar dia sudah di hadapkan dua kenyataan pahit, bayi nya meninggalkan dan Rahim nya terluka parah. Itu mengakibatkan cedera yang cukup parah di rahim nya.

Dan esoknya, seolah semua penderitaan nya belum cukup, badai kembali datang menghampiri.

Masi belum genap masa berkabung nya, satu ujian pedih kembali Tuhan limpahkan padanya, tanpa perasaan sang Suami mengirimi nya surat cerai.

"Nani kore?" Seru Nicholas dengan air mata berlinang.

"Kamu bisa lihat sendiri itu apa?" Kei dengan dingin berbalik hendak meninggalkan Nicholas.

"Tunggu! Anata... Apa maksudnya itu?" Nicholas menahan tangan kei, air mata nya  sudah deras jatuh di pelupuk mata.

"Aku tidak sudih satu atap dengan pembunuh anak ku. Secepatnya perceraian kita akan di urus." Seru Kei dengan nada datar, ia hempaskan tangan lemah Nicholas.

"Aku sudah hubungi keluarga mu. Keluarga ku juga tidak Sudi menerima mu lagi. Bagi mereka kau cuma pembunuh!" Kei menekan kan kata pembunuh seolah itu belati panas yang menancap di hati nya.

"Kita cerai. Aku tidak mau satu rumah dengan pembunuh anak ku! Mulai sekarang jangan pernah temui aku lagi! I hate you Nichole!"

"Kau membunuh anak yang sudah ku nanti-nantikan! Kau menyakiti hati ku! Kau menyakiti kedua orang tua ku yang mengharapkan keturunan dari mu! Kau membunuh anak ku!!! Kenapa bukan kau saja yang mati? Kenapa harus anak ku?!!!" Kei meledakan semua emosi nya.

Setelah itu Kek menghilang dari pintu, tak pernah mengunjungi nya lagi. Bagi orang Jepang anak adalah sesuatu yang berharga, maka keluarga Kei benar membencinya, bahkan beberapa kali anggota keluarga Kei repot-repot datang ke ruang rawat nya hanya untuk mencaci.

Di persidangan semua orang menghakimi seolah dia penjahat. Bahkan meski berusaha menghiburnya kedua orang tua Nicholas jelas tidak bisa menyembunyikan raut kecewa mereka, tapi bagaimana pun kasi orang tua sepanjang masa, mereka tetap memeluk Nicholas.

Mereka terluka jika anaknya terluka, ujungnya Nicholas harus menyembunyikan lukanya karena tidak tahan melihat kesedihan orang tuanya, dia tidak mau mereka terlalu lama terluka. Nicholas selalu berpura-pura baik-baik saja. Tapi di dalam luka itu bernama yang ia pendam menghancurkan nya satu persatu sampai titik terdalam.

Tapi bersyukurlah di detik-detik dia mau menyerah Tuhan kirimkan orang baik di sisinya.
.
.
.
Flash back end......
.
.
.

"Kak Chaewoon dan Kak Felix orang baik. Mereka anak kembar yang rukun, sebelum kak Felix menikah dan pindah ke Australia alasan pekerjaan. Mereka tinggal bersama di satu gedung apart yang sama kayak aku Kak Bin. Kak Felix sering buatin aku kue kue manis untuk naikin Mood, sedangkan kak Chaewoon adalah terapis ku. Mereka udah kayak kakak kandung buat aku." Seru Nicholas di akhir ceritanya.

"Eh..." Saat Nicholas menoleh dia sudah mendapati Hanbin yang berkaca-kaca.

"everything must be heavy, right Nichole...?" Serunya dengan senyum sendu seolah ikut merasakan kesedihan Nicholas.

"Iya... Lumayan berat. Tapi aku udah biasa." Nicholas tetap tersenyum sebisanya meski hatinya perih.

Hanbin tiba-tiba memeluknya dengan hati-hati agar Sunoo yang ada di gendongan Nicholas tidak kegencet.

"Hidup itu berat. Tapi jika kamu butuh sandaran, saya bisa menjadi sandaran dan tempat berbagi. Anggap saja saja kita keluarga dekat." Bisik Hanbin di tengah pelukan nya.

Saat itulah air mata Nicholas pecah. Sungguh jika ini mimpi Nicholas gak mau bangun. Bisa gak sih dia egois? Dia mau Hanbin dan Sunoo selama nya untuk nya.

Kadang kala, keseharian nya lebih terlihat seperti ibu rumah tangga selain sekedar ibu Sunoo buat ia merasa dia nyonya rumah itu. Istri Hanbin.

Tapi pikiran itu di tampiknya, ia melakukan ini secara tulus. Karena Hanbin juga dengan tulus menanggung biaya hidupnya selama mereka tinggal bersama. Lagipula se nyaman apapun Nicholas, dia tak bisa lupa... Sosok yang terbaring komah di rumah sakit adalah pemilik asli posisi yang ia hayal kan.

Dia tidak boleh bertindak kurang ajar, apalagi melihat seberapa cinta Hanbin pada sosok cantik ibu kandung Sunoo. Yang ia ketahui, namanya Kim Yerin, setelah berbulan-bulan menjadi tempat curhat Hanbin dia tahu banyak tentang wanita itu.

Tentang siapa Yerin dan awal pertemuan mereka. Tentang bagaimana wanita itu membimbingnya hingga bisa berdiri dengan kaki nya sendiri di negeri asing. Hingga kecelakaan yang melahirkan Sunoo dan rasa bersalah nya yang tak pernah usai meski mereka saling mencintai. Juga tentang dia yang runtin mengunjungi gadis pujaan nya itu setiap pulang kerja.

Semua itu cukup buat Nicholas sadar, dia tak lebih dari ibu susuan Sunoo di mata Hanbin. Karena ratu di hidup Hanbin hanya Yerin. Yerin yang utama. Meski sakit, semua kenyataan itu terpampang jelas menampar nya.

Untuk Kim Yerin, egois kah Nicholas jika ingin kamu pergi agar posisi mu bisa ia tempati selamanya?

.
.
.
.
.

TBC....

Tweede Kans (Spin Off Our Story')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang