Kejutan Istimewa

13 1 0
                                    

Sesampai di rumah Rian, Khairil langsung memarkirkan sepeda motor bututnya. Obrolan pun dimulai dan berjalan panjang sampai mereka tak sadar sudah pukul 3 sore. Kini, tiba saatnya pengumuman SBMPTN bisa dibuka. Namun, sayang sekali. Mereka berdua kecewa.

Bukan kecewa dengan hasilnya, tetapi dengan situs webnya yang sangat lambat. Mereka pikir, mungkin banyak yang membuka di waktu yang bersamaan. Alhasil, keduanya pun terus mencoba menyegarkan situs itu. Namun, masih saja belum bisa terbuka.

Setengah jam berlalu. Akhirnya, mereka bisa membuka pengumuman SBMPTN. Khairil membuka melalui ponsel dan Rian melalui laptop. Dan sungguh terkejut mereka. Rian dinyatakan lulus SBMPTN. Namun, Khairil dinyatakan tidak lulus. Rasa kecewa pasti ada di lubuk hati Khairil. Rian pun mencoba memberi semangat kepada sahabatnya itu. Walau kecewa, Khairil tampak tak begitu menyesalinya. Dia berpikir, mungkin ini akibat berbohong kepada orang tua.

Khairil pun berpamitan pulang dan memberi ucapan selamat kepada Rian. Sesampainya di rumah, Khairil tampak menahan kesedihan. Namun, wajahnya segera berubah senyuman saat melewati orang tuanya di ruang keluarga.

Di kamar, Khairil merenung dan kembali memikirkan pekerjaan yang akan dia cari lagi. Tiba-tiba, sang Kakak datang menghampiri kamar Khairil.

"Ngapo kau? Cak sedih nian."
"Ehhh, dak apo. Lagi nak demam bae caknyo."
"Ahhh, nian? Bukan oleh cewek, kan?
"Yo, idaklah. Aku kan bujang cak Tan Malaka."
"Umur cak ini belum ado linjangan?"
"Yo, emang ngapo? Dak senang?"
"Eh, ngapo kau laju ngegas, nih. Aku kan nanyo santai. Lagian, aku ke sini cuma minta doa kau bae sebagai dulur aku."
"Doa apo dio?"
"Jadi cak ini, tigo hari lagi ado pengumuman CPNS. Nah, kau diam-diam bae dari Ubak–Mak. Aku dak bilang soalnyo. Nak ngasih kejutan. Kan dak lemak kalu lah ngomong terus gagal. Jadi malu."
"Ai, cacam. Impian Ubak nian itu. Moga lulus, Bang."
"Amin. Ingat, ye. Jangan ngomong ke Ubak–Mak."
"Siapppp, Bang!"

Tiga hari berlalu. Waktu yang singkat untuk Khairil menghilangkan kesedihan akibat tidak lulus SBMPTN. Selama itu, dia menyendiri dan tidak membuka ponsel sama sekali. Di hari inilah, dia merasa sudah harus bangkit untuk mencari pekerjaan. Tiba-tiba, puluhan notifikasi masuk ke ponselnya. Ada banyak pesan "P" dari Rian.

"Ril, kau harus cek lagi. Di Twitter, katonyo banyak yang dak lulus, ternyato pas dicek lagi lulus. Caknyo kareno webnyo error. Coba kau cek lagi."

Membaca pesan itu, Khairil bergegas membuka kembali situs pengumuman SBMPTN. Setelah memasukkan nomor peserta, Khairil langsung bersujud syukur. Ternyata, dia dinyatakan lulus di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Kegembiraan pun tak terelakkan. Namun, dia tak mau terburu-buru memberi tahu Ayah dan Ibunya.

Setelah makan siang, Khairil menghampiri ayahnya dan memberi tahu bahwa dia lulus di jurusan yang ia inginkan. Mendengar hal itu, Ayah Khairul langsung marah. Teriakannya membuat istrinya alias Ibu Khairil bergegas meninggalkan warung menuju ke dalam rumah. Hampir saja, Khairil ditampar, tetapi ibunya berhasil menahan amarah ayahnya.

"Aku kan lah bilang. Kau itu mending cari gawe bae. Dak usah kuliah-kuliah! Kau kan tahu, Ubakmu ini cuma honor. Gajiku kecik. Mano sanggup bayar kuliah kau! Makan bae saro. Kau belum tau beratnyo di kampus. Aku lah ngalami galonyo. Jingok kakakmu itu! Lah aku kasih sekolah tinggi, masih nganggur terus."

"Bak, cukup." Kakak Khairil memotong.
"Kau lah berani samo Ubak?"
"Bukan cak itu, Bak. Apo salahnyo dio kuliah? Kalu masalah biaya, aku siap nanggungnyo kareno aku lulus tes CPNS di kejaksaan. Gajiku pasti pacak bayari kuliahnyo."

Sontak, Ayah dan Ibu Khairil terkejut mendengar kabar gembira tersebut. Impian sang Ayah menjadi kenyataan melalu anak pertamanya. Kini, keluarga mereka mempunyai harapan untuk terpandang di mata masyarakat desa.

Setelah pertikaian panas tersebut, malam harinya, sang Ibunda ke kamar Khairil dan berkata bahwa ayahnya mengizinkan dirinya berkuliah asalkan sambil bekerja agar bisa membantu perekonomian keluarga. Menanggapi hal itu, Khairil mengangguk tanda setuju. Lusa, dia bersama Rian melakukan pendaftaran ulang bersama.

(Ke) Hidup (An) Mahasiswa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang