Udara panas menyelimuti Kota Palembang hari ini. Tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Walau Palembang sedang panas tersiram matahari, tak melunturkan semangat ribuan calon mahasiswa baru Universitas Negeri Palembang (Umbang) untuk melakukan pendaftaran ulang dan tes kesehatan. Ya, ribuan calon mahasiswa yang terkesima menatap tulisan Umbang di pintu masuk, lengkap dengan lambang bunga bangkai berisikan ikan belidanya. Namun, mereka belum mengetahui Umbang yang sesungguhnya. Bahkan, Kakak Khairil pun tak sempat menceritakan ini kepada adiknya.
***
Umbang adalah kampus impian. Kampus ini menduduki peringkat 20 kampus terbaik nasional serta sudah terakreditasi internasional, katanya. Banyak orang tua berharap anaknya bisa berkuliah di sini, termasuk ayahku dulu. Apapun akan dilakukan agar anaknya berkuliah di sini. Dari berita yang beredar, ada orang tua mahasiswa yang sampai menjual tanah warisan untuk biaya kuliah selama 4 tahun. Ada pula yang diam-diam mencari kenalan dengan pimpinan kampus agar anaknya dipermudah masuk Umbang, tetapi itu hanya sebatas gosip yang belum terjawab kebenarannya.
Sayangnya, walau termasuk kampus terbaik dan standar internasional, Umbang masih memiliki berbagai sisi gelap dan kasus-kasus yang masih belum terungkap. Kalau ingin disebutkan, satu halaman A4 saja tidak cukup. Sebut saja, perlindungan perempuan yang masih kurang, fasilitas kampus yang apa adanya, kebebasan mahasiswa berkumpul, dan masih banyak lagi. Entah kenapa, kampus ini bisa meraih standar internasional. Mungkin, bule-bule yang menilai kampus ini hanya melihat nilai akademik mahasiswa saja yang sebenarnya juga dibuat-buat agar seolah-olah bagus.
Lulusan dari Umbang bisa dibilang bagus, tetapi itu dulu. Sekarang, alumni Umbang tidak sebagus dulu karena banyak lulusan yang diluluskan dengan terpaksa dan dengan nilai seadanya. Lagi-lagi, demi akreditasi. Akreditasi yang seharusnya benar-benar mencerminkan fakta, tetapi hanya untuk kebanggaan sendiri saja. Sebagai lulusan kampus ini, aku sering mendengar kabar teman kelasku yang gagal menjadi konsultan hukum karena mereka tak terlalu paham ilmu selama empat tahun kuliah. Lantas, inikah cerminan kampus yang katanya berstandar internasional?
Kalau ditanya hal yang paling bagus dari kampus ini, hanyalah semangat mahasiswanya. Semangat mahasiswa yang merata di banyak bidang. Dalam akademik, mayoritas mahasiswa memang bagus, tetapi ada pula yang biasa saja seperti cerita teman kelasku sebelumnya. Selain itu, ada pula mahasiwa kura-kura, kuliah rapat. Mahasiswa jenis ini punya semangat paling tinggi. BBM naik serupiah saja, pasti sudah panas hatinya. Dan kalian tahu contohnya? Ya, itu aku.
Saat aku di Umbang dulu, aku mendaftar banyak ormawa. Dari BEM, UKM, sampai ormawa bawah tanah, aku ikuti semua. Ada yang memang aku inginkan dan ada pula yang hasil ajakan teman. Sayangnya, ini membuat nilaiku sempat hancur di semester awal. Walau akhirnya, bisa aku perbaiki dengan cara keluar dari ormawa yang kurang penting.
Tahun ini, adikku lulus tes masuk di Umbang. Aku harap dia tidak seperti kakaknya yang merasa salah jurusan dulu. Semoga dia bisa berkelana di kampus dan lulus tepat waktu, tidak sepertiku. Aku rasa adikku tidak seperti diriku dulu. Walau didikan orang tua kami sama-sama keras, aku dan adikku berbeda. Dia lebih penurut dan hormat ke orang tua. Namun, saat SMA, adikku lebih menuruti kata hatinya sendiri karena merasa sudah dewasa, keputusan kuliah ini misalnya. Di lain sisi, aku bandel dan tidak suka diatur. Jurusan yang aku pilih memang pilihanku sendiri, tetapi ayahku tidak setuju. Ternyata, ayahku benar. Aku merasa salah jurusan, tetapi tetap kujalani saja daripada ayahku merasa benar. Entahlah, apakah adikku benar-benar tidak akan sepertiku di kampus atau tidak. Kita lihat saja nanti.
Di mobil travel ini, dia tampak gembira bersama temannya, aku lupa namanya. Aku ikut ke Palembang karena ingin mencari kosan untuk kami bertiga nanti. Mereka sudah dewasa, sudah seharusnya aku sempatkan melepas mereka, khususnya adikku. Di saat mereka ke Umbang, aku akan bertemu teman kuliahku dulu yang punya usaha kosan sekarang. Semoga saja bisa dapat harga murah.
Mobil travel itu menurunkan mereka. Sedangkan aku, meminta sang supir untuk ke arah Jakabaring, kosan kami nanti. Sebelum keluar gerbang Umbang, aku mendengar seruan yang tak asing di telingaku. Serua yang menggetarkan hati. Yang mengajak kembali ke masa lalu. Yang penuh kenangan sedih, gembira, dan amarah.
Seruan itu adalah
Hidup mahasiswa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
(Ke) Hidup (An) Mahasiswa!
RandomCerita ini berkisah tentang seorang mahasiswa baru bernama Khairil. Dia terpaksa berkuliah untuk mengangkat derajat keluarganya. Namun, di tengah perjalanan menuntut ilmu, dia dihadapkan dengan berbagai permasalahan dari berbagai arah. Bisakah dia m...