41. Arkeano ( Perpisahan selamanya )

5.5K 153 6
                                    

Gio memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya sudah terdapat seorang lelaki paruh baya yang sedang berkutat dengan berkas-berkas nya.

Lelaki yang ada di dalam ruangan itu segera berdiri dan menatap tajam ke arah Gio.

"Apa maksut kedatanganmu kesini, hah?!" ucapnya dengan rahang yang mengeras.

"Ternyata sikapmu masih sama seperti dulu, menghalalkan segala cara untuk menghancurkan seseorang karena kebencianmu." ucap Gio menatap datar ke arah Zean.

"Aku jadi kasihan pada kedua anakmu, kenapa mereka harus mempunyai Ayah seperti dirimu?!" lanjutnya.

"Kau tak perlu ikut campur!" desis Zean.

"Aku memang tak berniat melakukan ini. Tapi, karena ini ada hubungannya denganku, aku tak akan tinggal diam!"

Gio berjalan mendekat ke arah Zean lalu meletakan satu surat di atas meja.

"Apa ini?"

"Di dalamnya terdapat bukti bahwa kau adalah dalang dari penyebaran narkoba di beberapa wilayah dan juga negara Asia."

"Aku juga sudah menemukan bukti bahwa kau yang sudah membunuh Hera. Jadi, kau harus mempertanggung jawabkan semua kejahatanmu di jeruji besi." Gio menjelaskan panjang lebar, lelaki itu dapat menangkap raut wajah Zean yang terkejut.

"O—omong kosong apa ini?!"

"Sebaiknya kau menyerahkan diri pada polisi agar hukumanmu nanti bisa di ringankan."

"Keluarga dari Karisa juga menuntut kedua anakmu ke pengadilan, jadi sepertinya keluargamu akan mendekam di penjara." sejujurnya, Gio begitu perihatin dengan masalah yang menimpa sahabat lamanya itu. Tapi, Zean harus mempertanggung jawabkan semua kejahatannya kan.

***

Perlahan mata Arkeano mulai terbuka, lelaki itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk, tangannya terangkat untuk memegang kepalanya yang terbalut oleh perban.

Jadi, ia belum mati?

Mata Arkeano menyusuri setiap sudut ruangan yang hanya bercat putih dengan bau obat-obatan khas rumah sakit. Memang tidak salah lagi, ia masih hidup dan sekarang ada di rumah sakit.

Dengan tubuh yang masih terbilang lemah lelaki itu segera berjalan menuju jendela rumah sakit dengan bettatih.

Ini tidak mungkin, kan? Ini bukan seperti harapannya! Apa ia sudah tak bisa lagi melihat gadisnya? Apa gadisnya sudah tenang di alam sana?

Memikirkan hal itu membuat kepala Arkeano sakit!

"Aku benar-benar merindukanmu." gumam Arkeano menatap langit yang terlihat mendung.

"Kau sudah bangun?" Deix berjalan mendekati Arkeano, lelaki itu menepuk pundak Arkeano membuat sang empuh menoleh sekilas ke arahnya.

"Mungkin, ini memang sudah menjadi garis takdirmu. Biarkan dia hidup dengan tenang di alamnya yang sudah berbeda dengan kita." ujarnya seraya tersenyum tipis pada Arkeano.

"Tapi, aku masih sangat berat untuk melupakannya." gumam Arkeano menatap nanar ke arah lantai marmer. Lagi dan lagi air matanya jatuh dan membuat Arkeano terlihat lemah.

"Maka jangan lupakan dia."

"Meski Karisa tidak ada di sisimu. Tapi, buatlah dia selalu ada di hatimu." lanjut Deix seraya tersenyum tipis, mencoba menyemangati sepupunya itu.

***

Arkeano berjalan dengan perlahan ke arah gundukan tanah yang sudah tertancap nisan yang bertuliskan nama Karisa.

Lelaki itu berjongkok di samping gundukan tanah itu, lalu meletakan setangkai bunga mawar putih di atas gundukan tanah itu.

"Apa aku tak bisa memintamu untuk kembali?" gumam Arkeano di ikuti kekehan kecil, kenapa ia sekarang menjadi seperti orang gila?

"Mungkin memang tidak, jadi aku mohon untuk berbahagialah agar terpurukku ini tidak sia-sia, aku akan selalu mencintaimu Karisa, sampai kapanpun."

"Selama ini aku tidak pernah menunjukan sebesar apa rasa cintaku kan? Dan sekarang aku akan menunjukannya padamu."

"Aku akan membuktikan cintaku. Aku akan terus mencintaimu dan akan berhenti saat tiba waktunya untukku menyusulmu."

Gio dengan stelan jas hitam dan juga kaca matanya yang menambah kesan berwibawa itu berdiri di belakang Arkeano.

"Kita harus segera pergi."

Arkeano yang mendengar ucapan Gio menatap nanar ke arah gundukan tanah itu.

"Kau denger, Honey. Aku akan kembali ke tempat masa-masa indah kita ... di Jerman, aku akan meninggalkanmu."

"Tapi, kau tak perlu khawatir. Aku akan selalu datang mengunjungimu untuk mengurangi rasa rinduku, aku berjanji."

Pada akhirnya, Arkeano memang akan kehilangan Karisa, dan itu semua karena kebodohan dan keberengsekannya. Apakah ia masih pantas untuk mencintai gadis itu? 

SELESAI

***

Part ini bener-bener End nya ya guys, karena aku liat ada beberapa komen tentang kematian Arkeano and kayaknya emang kurang mentok kalau akhirnya selesai gitu aja.

UDAH BAY-BAY. AUTHOR PAMIT DULU YA.

sebelum itu JANGAN LUPA VOTENYA!!!!!

POSSESSIVE ARKEANO  ( END ) Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang