prelude

162 17 0
                                    

—weren't we supposed
to have a happy ending
together?

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

d e d i c a t i o n ;
this is dedicated to you

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

s t a t u s ;
on-going

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

p r o l o g ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

p r o l o g ;

PERJODOHAN.

Sangat-sangat klise sekali. Bona tidak tahu harus merespons bagaimana saat obrolan itu memenuhi meja makan. Ia hanya bisa diam mendengarkan sang ayah dan ibu mencoba menjelaskan sebaik mungkin. Tangannya yang memegang sendok Bona bawa masuk ke dalam mulut, menikmati makanan yang sudah sang ibu siapkan setelah sekian lama ia bisa pulang. Setelah semua jadwal sialan yang tidak pernah kosong, mengharuskannya bekerja bagai robot. Tanpa henti.

Menikah.

Ada saat-saatnya ia memikirkan hal tersebut. Namun, pikiran-pikiran buruk akan selalu mengakhiri. Ada banyak alasan yang seketika itu mematahkan keinginan yang tidak terlalu Bona highlight. Menikah memang mudah, tetapi tidak untuk kehidupan setelah menikah. Nyatanya, memiliki hubungan serius cukup melelahkan. Hubungan yang pernah ia jalin paling lama hanya bertahan selama 1 tahun, selebihnya sekadar hubungan singkat.

Berkomitmen dan bertanggung jawab akan suatu hubungan saja harus berdasarkan kesepakatan. Maka, Bona harus bertemu dengan seseorang yang akan menjadi pendampingnya nanti. Membicarakan kesepakatan pranikah dan bagaimana alur ke depan yang akan mereka bawa. Bona tidak bisa membiarkan masa depannya di genggam oleh seseorang yang tidak memiliki tujuan, meskipun seluruh hidupnya tetap miliknya, tetap tergantung akan pilihannya.

Dan Bona melihatnya. Pria yang duduk dekat jendela lebar memperlihatkan keadaan ibu kota malam hari bersama ponsel tersimpan di telinga kiri. Pria yang kedua orang tuanya perkenalkan sebagai sang calon. Kelopak matanya tertutup sesaat perkataan ayah dan ibu terputar, tentang bebet, bobot dan bibit. Ketukan pelan Bona berikan, mengalihkan atensi si pria yang segera mengakhiri telepon tersebut dan menyambutnya.

“Son Juyeon.”

“Kim Bona.”

Sudah. Percakapan mereka berakhir pada Juyeon yang memberikan kartu namanya dan Bona menyimpan kertas putih tersebut di atas ponsel, tanpa melirik. Masing-masing dwimanik mereka memandang ke arah lain, hingga Bona berjengit terkejut saat dinginnya sesuatu menyentuh lengan. Dilihat pria yang beberapa helai rambutnya jatuh menghiasi dahi berkerut memandangi pergelangan tangan.

“Kau terluka.”

Bona mengikuti arah pandang Juyeon. Ah, benar. Pergelangan tangan kirinya terluka sebab adegan yang ia ambil saat sore tadi sebelum kemari.

“Sudah dibersihkan?”

Bona mengangguk bersama netra cokelat itu memandang ke arahnya, lama. Seakan sedang menelisik apakah ia berbicara jujur. Dan Bona bisa melihat kedua sudut bibir itu tertarik, menciptakan lengkungan manis.

“Tunggu sebentar,” ujarnya, beranjak dari kursi berbicara dengan salah satu pelayan, lalu mengangguk. Semuanya tidak luput dari pandangan Bona. Begitupun akan apa yang pria itu lakukan sekarang. Bagaimana tangan dingin itu membersihkan kembali lukanya, mengobati, dan menutupnya menggunakan plester. Ah, serta ucapan ringan yang akan Bona lakukan setelah pulang nanti.

“Mau makan sekarang?”

Bona kembali mengangguk. Obrolan-obrolan ringan yang dimulai oleh si pria menghasilkan percakapan panjang selama mereka menikmati makanan yang sejujurnya ingin Bona muntahi. Ia muak akan makan makanan seperti ini. Namun, untuk menghormati Bona mencoba menikmati.

“Kim Bona,” panggilnya. Suara serak itu berucap lirih. “Lain kali, jika kau tidak menyukai sesuatu bilang tidak. Katakan dengan jelas bahwa kau tidak menyukainya. Jangan menahan yang berakhir kau akan kesulitan dan tersiksa sendirian. Lalu ...,” Juyeon menggantung ucapannya. Ia menatap dalam manik indah yang bisa membuat siapa saja tenggelam di sana.

“Kau bisa menolak perjodohan ini.”

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
prelude. End.
Me After You.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

c o p y r i g h t ;
all rights reserved © darkssocean
2022

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

p l a y l i s t ;

Bruno Mars / Versace on the Floor
Gsoul / Natural
Tulus / Hati-Hati di Jalan
Ed Sheeran / Photograph
Sam Smith / Stay With Me
Jimmy Brown / Reminiscing
BEN / 180 Degree
DANIEL / Hi Bye, Goodnight
slchld / I find peace in the rain
Kevin Hugo / A Letter to You
Stephen Sanchez / I Want You
keshi / i swear i'll never leave again
Paul Kim / Me After You

me after you, eunboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang