Bagian 2

86 10 5
                                    

Bagian 2 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- m e  a f t e r  y o u -

            SEMENTARA mata fokus menatap layar komputer, tangannya membolak-balik berkas penuh coretan. Pena berbagai warna bergulir berantakan di atas meja yang Juyeon pakai untuk mengganti, menambahkan, atau menghapus menggunakan strategi yang menurutnya lebih efektif. Pria itu memfokuskan diri untuk memeriksa proposal FDI* dan mempelajarinya. Mengabaikan beberapa orang yang masuk setelah ia izinkan untuk memberikan beberapa dokumen diperlukan.

            Waktu berlalu tampak mengabur dalam ingatan. Semua bergerak tanpa suara serta pemberitahuan, membuatnya sedikit berjengit terkejut sesaat lampu dalam ruangan menyala disambut oleh sosok lain yang berdiri dekat saklar.

            “Kau tidak lupa bahwa kita memiliki jadwal pemeriksaan hari ini, bukan?” ketusnya, menciptakan tarikan kecil di sudut kiri bibir Juyeon.

            The stunning woman is here.

            “Am I?” Juyeon melepas kacamata yang menemaninya sejak kaki melangkah memasuki gedung kantor. Pria itu merilekskan tubuh yang terasa kaku sebab hampir seharian duduk dalam posisi tetap. Arah pandangnya mengikuti segala pergerakan Bona, termasuk hal terkecil, seperti menyelipkan rambut ke belakang telinga untuk melepas anting yang terpasang di sana.

           Ada begitu banyak yang ingin Juyeon obrolkan setelah seminggu penuh mereka tidak bertemu. Namun, melihat Bona yang menjatuhkan punggungnya pada sandaran sofa dan perlahan menutup mata membuat Juyeon menahan suaranya untuk keluar. Pria itu memutuskan untuk mengamati si wanita yang sekarang menutupi sebagian wajah menggunakan kedua tangan, lalu memandang langit-langit dengan pandangan kosong.

           “Are you okay?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Juyeon. Menciptakan tarikan halus dari wajah Bona yang melihat ke arahnya.

           Katanya, “Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak ikut campur akan permasalahan masing-masing?”

           Juyeon memutar kedua bola mata malas. Meraih pena yang digunakannya tadi seraya menjawab, “I’m just trying to be kind to you.” Mencoret kasar tulisannya sendiri di kertas yang sedang ia pelajari. Dan tawa Bona menghadirkan decakan dari arahnya. Juyeon tidak menyukai bila dirinya dijatuhkan seperti sekarang.

           Derap langkah yang mendekat membuatnya mendongak menatap Bona yang sudah berdiri di samping kanan tubuh, menatap dengan senyuman manis. Pertanyaan mengenai apa yang Bona inginkan terjawab ketika Bona memutar kursinya untuk menghadap ke arah di mana si wanita berada. Secara tiba-tiba, tanpa pernah Juyeon sangka sebelumnya, Kim Bona memeluknya begitu saja. Menjatuhkan seluruh beban tubuhnya bersama hela napas berat.

           “I have a bad day,” ceritanya. “Mau dengar?”

           Maka, tangan yang tadi menggantung sebab keterkejutan kini beralih memeluk pinggang ramping dan mengusap belakang kepala si wanita. “Sure. Ada cerita apa hari ini?” tanyanya. Membiarkan Bona tetap memeluknya dalam posisi tidak nyaman seraya mendengarkan cerita si wanita mengenai kekesalannya yang ditumpahkan diikuti hentakan-hentakan yang membuat Juyeon harus menggigit bibir bawah beberapa kali untuk menutupi senyum serta tawanya.

            Kim Bona terlalu menggemaskan. Terlalu ekspresif.

           Lalu, setelah Bona menarik tubuh menjauh seraya menyisir rambutnya ke belakang, walau wajah kesal pun decakan terus keluar dari bibir, Juyeon berujar, “Sudah makan?”

me after you, eunboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang