Please please please, let me get what I want - The Smith
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di siang yang cerah ini, Iksan berjalan ke tempat rahasianya. Sejak kejadian kemarin, ia merasa menjadi lebih akrab dengan Michelle. Tak dipungkiri pelukannyalah yang membuatnya kini seperti terikat meski pun belum begitu mengenal Michelle.
Dengan menenteng sebuah gitar akustik, ia menyusuri lorong sempit yang terletak di samping gudang sekolah untuk menuju ke sana. Karena tempat yang Michelle namai Convo Hole itu terletak di sudut belakang gudang sekolah. Senyum Iksan terulas sekilas saat mendapati Michelle sudah duduk di sana.
"Gitar siapa?" tanya Michelle.
"Dari ruang seni," jawab Iksan duduk di sebelah Michelle, lalu membuka kaleng bir yang sudah ada di lantai sambil memangku gitarnya.
"Lo gak pernah abisin bir lo?" tanya Michelle saat Iksan menyesap birnya.
"Takut mabok," jawab Iksan terdengar klise.
Michelle terkekeh kemudian menghisap rokoknya yang tinggal separuh.
"Bukannya itu tujuan lo minum?" selidik Michelle.
"Lo pikir minum ini sekaleng bisa langsung mabok?" ucap Iksan balik bertanya.
"Emang gak bikin mabok?" tanya Michelle kini mengamati Iksan dan kaleng birnya.
"Kalo pikiran lo kosong, bisa aja mabok," jawab Iksan.
Michelle masih menatap Iksan dengan raut minta penjelasan lebih lanjut.
"Bir bikin hangat, dan ngantuk," lanjut Iksan.
Michelle hanya menipiskan bibirnya seperti tak begitu puas dengan jawaban Iksan. Ia tahu bir yang diminum Iksan itu rendah alkohol. Michelle hanya ingin dengar Iksan bercerita tentang di balik ia meminum bir itu. Meminumnya sendirian di tempat ini.
"You have any request?" tanya Iksan meletakkan kaleng birnya kemudian fokus pada gitar warna cokelat gelap yang ada di pangkuannya.
Michelle menggeleng sembari mematikan rokoknya. Ia membuka kukisnya sembari melirik Iksan yang mulai menyetel senar gitarnya.
"Nama lo siapa?" tanya Iksan menatap Michelle.
Michelle menyeringai merasa sedang diledek oleh Iksan.
"You hug someone without knowing her name?" sungut Michelle, bola matanya hampir keluar.