renja

451 118 429
                                    

Bagi sebagian orang, menjadi anak tunggal terkadang membuat banyak orang iri, apalagi jika anak tunggal tersebut berasal dari keluarga yang kaya raya. Benar?

Namun bagi seorang Renjana yang merupakan perwujudan dari ciri-ciri yang telah disebutkan tadi, tidak ada yang pantas diirikan dari dirinya.

Oh, kecuali kekayaannya tentu saja.

Kebanyakan orang mungkin akan berkata;

"Uang adalah segalanya."

"Dengan uang kita bisa mendapat apapun."

Benar begitu? Jika benar kalian berfikiran begitu, maka kalian salah.

Nyatanya, menjadi bagian dari orang kaya belum tentu bahagia. Karna kebahagiaan tidak bisa dibeli oleh kekayaan, tapi kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan.

Jika kalian memandang para orang-orang berada hidupnya selalu bahagia, kalian harus membaca kisah Renjana.

"Ren, gw mau numpang nginep dirumah lo boleh?" celetuk seorang pria dengan wajah tampan yang disertai dengan mata sipit yang dapat menambah kadar ketampanannya itu.
Renjana yang diajak berbicara pun lantas menanggapi, "lo kayak sama siapa aja, Jev," balasnya sembari tersenyum getir.

Pria yang dipanggil 'Jev' atau yang memiliki nama panggilan Jevano itu ikut tersenyum getir, sudah kelewat hapal dengan temannya yang selalu menerimanya jika meminta menginap ini.

Kalian tau mengapa Renjana memperbolehkan Jevano menginap tanpa fikir panjang? Bukan, ini bukan karna seberapa dekat mereka, melainkan karna sebegitu kesepiannya Renjana.

Selama perjalanan hidupnya, Renjana hanya merasakan diberi perhatian dan kasih sayang penuh oleh kedua orang tuanya hanya ketika sedang ada acara keluarga tertentu. Perayaan natal contohnya.

Jika tak ada acara-acara seperti itu jangan harap Renjana akan mendapat kasih sayang penuh dari kedua orangtua nya, bertemu saja tidak pernah.

Mungkin pernah, beberapa kali dan itupun dengan waktu yang sangat amat terbatas.

Kedua orang tua Renjana selalu disibukan oleh pekerjaan mereka masing-masing, karna itulah Renjana selalu kesepian.

Dengan ayahnya yang berpropesi sebagai seorang pemilik perusahaan yang selalu mengharuskannya berpindah-pindah tempat dan sang ibu yang merupakan model terkenal itu Renjana selalu sendirian didalam rumahnya.

Bahkan rumah berbentuk bangunan yang diisi oleh pondasi kuat itu tidak pantas untuk disebut rumah, karna bangunan itu tidak mampu menjadi tempat pulangnya untuk semua hal.

Ingat ini, rumah tidak harus berbentuk bangunan.

"Lo tengkar lagi ya, Jev?" tanya Renjana yang kini sedang memasak mie instan.

Jevano yang berdiri tepat disamping Renjana pun menggelengkan kepalanya lesu, "stress dikit doang mana ngaruh."

Pria bermata sipit itu menyandarkan tubuh jangkungnya pada lemari es milik keluarga Renjana, yang nyatanya hanya dipakai oleh pria itu.

Hening untuk beberapa saat, mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Renjana yang memasak mie dan Jevano yang menonton Renjana memasak mie.

Sepertinya nikmat sekali menyantap mie instan disaat gemercik hujan turun seperti saat ini, apalagi jika ditemani berbagai deeptalk seperti yang selalu mereka bicarakan.

"Eh, gw mau juga dong!" celetuk Jevano ketika melihat temannya meniriskan mie yang sepertinya sudah matang itu.

Renjana yang sudah terlanjur menyelesaikan acara memasaknya itu berdecih pelan menanggapi temannya, "bikin sendiri lah, gw udah selesai juga."

Mendengar itu Jevano mendesah kecewa. Namun walaupun begitu si sipit tetap melakukan kegiatan yang diinginkannya, memasak mie.

Okey, mari kita tinggalkan si sipit tampan dengan kegiatan memasaknya itu.

Kini Renjana memilih untuk duduk diruang tv sembari memakan mie.

Pip

Dinyalakannya tv canggih didepannya ini. Remot yang ia pegang terus saja ia tekan guna untuk mencari sebuah saluran tv yang menarik menurutnya.

Sedang sibuk-sibuknya mencari sebuah tontonan yang menarik, tiba-tiba saja ibu jarinya berhenti menekan tombol ketika sebuah suara yang dikenalinya terdengar.

"Bagainana nih tanggapan mbak Gladis, apakah puas dengan pencapaian suami anda?" suara seorang pembawa acara terdengar dari televisi didepannya.

Seketika mata Renja terkunci, seluruh atensinya ia arahkan pada sosok wanita paruh baya yang tidak terlihat tua itu tersenyum kearahnya, dari televisi.

"Eee.. Saya mengaku bangga dengan pencapaian suami saya sendiri, saya harap kedepannya mas Tio bisa lebih sukses lagi dan bisa membuat keluarga kita semakin berjaya."

Pembawa acara tadi bertepuk tangan heboh mendengar jawaban dari wanita paruh yang tampak cantik dan menawan didepannya ini.

Tak lama sang pembawa kembali membuka suara yang kali ini mampu membuat napsu makan Renjana hilang seketika.

"Wah, keluarganya mbak Gladis nih sempurna banget ya. Duhh, jadi pengen jadi mas Renja deh... Punya mama model terkenal, papa pengusaha sukses- pasti hidupnya bahagia."

BRAK!

"ANJIR COK!" sebuah teriakan terkejut terdengar menggema dirumah kosong milik Renjana.

Itu adalah teriakan milik Jevano yang terkejut ketika mendengar suara debuman benda yang disebabkan oleh sang tuan rumah.

Renjana yang terlanjur emosi mendengar perkataan sang pembawa acara pada wanita paruh baya yang merupakan ibunya itu pun refleks melemparkan remot dalam genggamannya hingga membentur tembok dan hancur lebur.

"Lo kenapa sih anjir?!" tanya Jevano yang masih mematung ditempatnya dengan semangkuk mie digengamannya.

Renja diam, dia bahkan tidak lagi menyentuh mangkuk mie nya. Sudah terlanjur berantakan mood makannya.

Bukannya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh sahabatnya itu, Renjana malah bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar.

Hal itu tentu saja menimbulkan tanda tanya besar bagi yang melihatnya, "heh lo mana kemana?!" tanya Jevano sembari meletakkan mangkuk mie nya diatas meja.

Renjana tetap tidak menjawab dan itu tentu saja membuat Jevano menghela nafasnya pelan.

Tuk

Terdebgar suara pintu yang tertutup dari lantai atas, tidak ada emosi yang terasa disana. Jevano jadi semakin bingung dibuatnya.

Biasanya jika sedang emosi, pintu itu akan selalu hampir rusak dibuatnya. Namun sekarang tidak. Renjana kenapa??

"Ngomong-ngomong nih mbak, kan mungkin udah lama nih gak ketemu mas Renja.. Kangen gak sih mbak??"

Masih dilanda kebingungan, tiba-tiba saja telinga Jevan menangkap sebuah suara yang ternyata berasal dari acara televisi yang ditayangkan didepannya.

Disana terlihat ibu Renjana yang sedang menghadiri acara talkshow bersama beberapa tamu lainnya.

"Sebagai ibu pasti saya kangen, tapi kayaknya Renja enggak. Dia selalu sibuk main sama temennya kalo saya sama mas Tio pulang."

Oh, pantas saja Renjana pergi.

"Iyalah dia sibuk main sama kita, orang kita rumahnya."

00400

150823

00400Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang