naka

252 54 19
                                    

"Naka, dimana sih kamu?!"

Pria bernama panggilan Nakala yang kini tenga duduk dengan seragam sekolah yang berantakan itu berdecak sebal.

"Main, Ma~ Udah berapa kali Naka bilang," balas pria itu dengan malas.

Saat ini –sesuai prediksi Haekal saat pulang sekolah tadi– pria dengan surai coklat tua itu benar-benar tidak langsung pulang menuju rumahnya, melainkan menyempatkan singgah dirumah Renjana.

Entah kenapa ia selalu saja malas jika langsung pulang ke rumah, lebih baik memilih singgah di rumah temannya.

"Apa gak bisa pulang dulu sebentar? Kamu belum minum obat..."

Nakala berdecak dengan sebal mendengar perkataan sang ibu dari sambungan telfon diponselnya, "aku gak sakit, Ma, ngapain harus minum obat."

"Selalu aja begitu, kenapa sih? Kalo gak mau dibilang sakit makannya yang nur-"

Pip

Belum selesai sang ibu berbicara, Nakala sudah lebih dulu menutup panggilan tersebut.

Pria itu langsung menaruh ponselnya kedalam saku celananya tanpa banyak berbicara.

Sedangkan itu Renjana yang berada di sebelahnya lantas menghela nafasnya pelan dan berusaha memahami kondisi tamu di rumahnya.

Nakala memang sering merasa sensitif jika ada seseorang yang membahas tentang penyakitnya, ya dia memang sakit.

Namun memang, pria itu selalu saja menyembunyikan rasa sakitnya karna ia sangat benci jika ada seseorang yang memandangnya lemah.

Hening, tidak ada yang membuka obrolan dalam beberapa saat, dan itu membuat seakan bangunan megah yang disebut rumah tersebut terkesan dingin.

Malas berada dalam keadaan dingin di rumahnya, Renjana pun berusaha mencari topik agar suasan dingin yang menyelimuti rumahnya itu mencair.

"Temen lo tolongin sana," celetuk Renja sembari sedikit menyenggol pundak Nakala.

Naka yang awalnya tenga fokus melamun pun menoleh sekilas kearah Renja dengan kedua halis yang mengkerut, tanda ia tidak mengerti.

Sedangkan itu, Renjana yang sudah mengerti pun segera memperjelas kalimatnya, "kata gw, Jevan bakal dimarahin abis-abisan sih sama bokapnya. Ke rumah dia mau gak?" jelasnya.

Hening sejenak. Nakala tampak memikirkan sesuatu untuk beberapa saat sebelum akhirnya pemuda tampan itu ditarik keluar oleh sang pemilik rumah.

"Bilang aja mau kelompok, trus kita bawa kesini! Gw gak yakin kalo dia gak bonyok sekarang," kata Renja dengan kalimat yang dipelankan dibagian akhir.

***

Tok Tok Tok

"Permisi!"

Suara ketukan pintu yang selalu disusul oleh suara panggilan yang diberikan Renjana kepada sang pemiliki rumah kembali terdengar untuk yang ke sekian kalinya.

Entah kemana perginya para penghuni rumah megah tersebut hingga membuat Renja dan Naka lelah menunggu.

Terhitung sudah lima belas menit lebih mereka berdiri sembari sesekali mengetuk dan memanggil sang pemiliki rumah. Namun tidak ada satupun yang menyahut dari dalam.

Tok Tok Tok

"Jevan?! Permisi!!!"

Lagi, tidak ada sahutan dari dalam rumah tersebut. Seakan-akan para pemiliknya menghilang ditelan bumi.

00400Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang