Chapter 2

72 8 1
                                    

Hai hai.. maaf ya kelamaan nunggunya. Langsung aja yuk!

HAPPY READING

Suara dentuman musik disko terdengar cukup keras memekakan telinga disertai aroma alkohol menguar mengganggu indra penciuman.

Terlihat sepasang kekasih sedang bermesraan di salah satu sudut club saling menyalurkan rasa cinta yang menggebu. Tanpa mereka sadari seorang perempuan berjalan mendekati mereka sehingga membuat aktivitas mereka terhenti. Nampaknya lelaki itu terkejut dan meminta perempuan yang sedang bersamanya untuk pergi dan menunggunya di tempat lain.

"Dio!" Sapa Marsya.

"Marsya?!" Orang bernama Dio itu terkejut, dan sialnya dia seperti sedang tertangkap basah. Kenapa dia harus bertemu dengannya, Amanda adalah teman dekat Abel. Apa Abel juga ada disini? Bagaimana jika nanti Marsya menceritakan tentang pertemuan mereka kepada Abel? Ditambah lagi saat ini dirinya tertangkap basah sedang bermesraan dengan perempuan lain di club. Dia berusaha melihat sekitar mencari keberadaan Abel. Nihil, orang yang dicarinya tidak ada disini. Syukurlah dia aman kali ini. Tapi jika Abel sampai tahu kejadian ini, rencana yang sudah dia jalankan selama ini akan gagal. Impiannya untuk menjadi direktur perusahaan akan terbuang sia-sia. Dan juga dendam yang selama ini terpendam pun tidak akan pernah terbalaskan.
"Lo kenapa disini?" Tanya Marsya menyelidik.

"G-gue tadi ada acara reuni sama teman SMA," jawabnya terbata.

"Lo kesini sama siapa?" Tanya Dio balik sembari menutupi rasa gugupnya.

Dia memperhatikan sekeliling seperti sedang mencari seseorang.
"Tadi gue sama Abel, katanya dia tadi mau ke toilet. Tapi ini udah setengah jam orangnya belum juga nongol." Jelas Marsya.

Dio membulatkan matanya. Pernyataan Marsya sukses membuat adrenalinnya berpacu. Sekarang dia merasa khawatir. Apa mungkin yang dia takutkan akan terjadi? Tanpa mereka ketahui bahwa sebenarnya Abel sudah melihat Dio ketika tadi ia hendak pamit ke toilet. Tapi Abel sengaja tidak menegurnya. Dia merasa kecewa karena telah dihianati oleh Dio. Dengan langkah gontai dan setengah sadar dia berlari keluar meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan pada temannya.

Ditengah gelapnya malam dan jalanan yang sudah lumayan sepi dia terus berjalan sambil menangis. Sampai dia merasakan lemas hingga tak kuat lagi menahan tubuhnya dan akhirnya terjatuh. Mungkin dia mengira bahwa malam ini adalah akhir dari hidupnya, akan tetapi dugaannya salah.

Dia merasakan ada seseorang yang menangkap tubuhnya, akan tetapi pandangannya pun menggelap sebelum dia mengetahui siapa orang itu.
_______________________________

Eeungggghh...

Abel menggeliat lalu terbangun, dia merasakan tubuhnya lemas dan sedikit pusing. Mungkin ini efek semalam dia terlalu banyak minum-minum. Tetapi ada yang aneh, dia terkejut mendapati dirinya terbangun di tempat yang asing.

Ini bukan kamarnya, lalu ini kamar siapa. Dia meneliti ruangan itu. Memperhatikan setiap detailnya. Ruangan yang memiliki desain minimalis dengan didominasi warna abu-abu di setiap sudutnya. Tak lupa dengan aksesoris bola yang terpajang rapi di meja dan rak menambah kesan perfeksionis untuk orang itu. Mungkin ini adalah kamar orang yang semalam menolongnya.

"Hah?!"
Dia terkejut untuk kedua kalinya. Dia merasa malu karena semalam dia menangis dan berteriak seperti orang gila. Setelah itu dia menarik kembali selimut yang tadi dia kenakan untuk menutupi wajahnya lalu mencari keberadaan orang yang telah menolongnya. Abel menuruni ranjang dan mulai berjalan menyusuri ruangan itu.

Pandangannya terhenti pada seseorang yang tengah tertidur di atas sofa. Orang itu tertidur dengan sangat nyenyak.

Apakah dia yang membawaku kesini? Apa dia melihat betapa kacaunya aku saat mabuk?
Ya Tuhan... saat ini yang Abel inginkan hanyalah menghilang dari tempat ini. Dia tak tau bagaimana menghadapi lelaki itu saat nanti bangun. Dia merasa sangat malu. Apa sebaiknya dia kabur saja, tidak bisa seperti itu. Dia harus berterimakasih kepadanya karena laki-laki itu sudah menolong dan membawa dirinya kesini. Kalau tidak ada laki-laki itu mungkin dia akan menjadi santapan laki laki hidung belang di luar sana.

Abel bingung harus bagaimana. Netranya tak sengaja menangkap pena dan buku diatas meja. Dia tak kehabisan akal.

"Thanks, God." Ucap Abel sambil menangkupkan kedua tangannya.

________________________________

Pukul 08.00

Marsel terbangun. Dia merasakan badannya lelah sekali setelah kemarin latihan tanpa henti. Disaat asik meregangkan ototnya, Marsel tersadar jika semalam dia membawa perempuan ke apartemennya. Kemudian dia bergegas menuju kamarnya untuk melihat perempuan itu. Namun dia tak mendapati perempuan itu disana. Yang dia lihat hanya tempat tidur yang sudah tertata rapi dan bersih.

Kemana perempuan itu pergi? Saat hendak meninggalkan kamar,  matanya melihat secarik kertas tertempel di meja nakas dan mengambilnya.

"Maaf pergi tanpa pamit. Dan aku ingin mengucapkan terima kasih atas bantuanmu."

"Ternyata dari dia."

Singkat dan jelas. Marsel menghela nafas, meletakan kembali surat itu di nakas. Baiklah lupakan masalah ini sejenak, saatnya kembali melanjutkan aktivitas.

Mengambil handuk dan bergegas untuk mandi karena setelahnya dia akan lanjut latihan lagi.

Tak mau ambil pusing tentang perempuan itu. Dia hanya berharap semoga Abel selalu hidup bahagia dan tidak kesepian.

________________________________

Hari ini merupakan jadwal Marsel untuk latihan bersama rekan-rekan dari Tim Sepak Bola Persebaya. Setelah beberapa bulan yang lalu dia bergabung dengan Tim Sepak Bola Nasional Indonesia guna mengikuti ajang piala AFF 2022. Sekarang dia telah kembali ke tim asalnya yaitu Persebaya FC.



NEXT!

Maaf kalau terdapat banyak salah kata dan kalimat ya.

Jangan lupa comment dan vote ya! Thank you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nice to Meet You, Marselino!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang