Tangan Jennie tanpa malu-malu bergerak ke atas paha gadis itu, meraih dan meremas sedikit saat turun.
Lisa menggeliat di kursi mobil, membuatnya ingin Jennie parkir dimana saja dan melakukannya disana.
Tangannya mencapai keintiman Lisa dan membelai nya ringan dengan jari-jarinya.
"Eumh...Jennie...berhenti disini please~" katanya sambil terengah-engah.
Si rambut coklat tersenyum masih terus menyentuh area itu dan berkata, "Tidak, kita akan segera tiba, rileks oke?"
"Bagaimana aku bisa rileks jika kamu menyentuhku seperti itu?! Aku bahkan tidak tahu dimana kita berada." katanya. Sebenarnya dia telah kehilangan arah, dia terlalu bersemangat sehingga dia bahkan tidak bisa berkonsentrasi.
Jennie menyunggingkan senyum licik dan kemudian menarik tangannya, menarik nafas dan mengeluarkannya lewat mulut. Dia akan menjawab pertanyaan Lisa namun dia urungkan kembali.
Lima menit kemudian, Jennie memarkir mobilnya didepan rumahnya dan mereka turun. Lisa merasakan celana dalamnya basah dan mencoba menahan diri agar tidak melemparkan dirinya ke arah Jennie, yang baru saja menarik koper keluar dari bagian belakang mobil.
Saat Jennie hendak menutupnya, ponsel Lisa menyala dan bergetar disudut mobil, dia lupa bahwa dia telah meletakkannya disana bersama dengan kopernya.
Jennie mengambil ponsel dan menjawab.
"Ya?"
"Hallo baby, aku menelpon hanya untuk memastikan apa kamu bisa datang kerumahku besok? Kamu tahu kenapa...dan aku juga ingin memberitahu mu sesuatu yang penting."
Oh sial! Jika darah Jennie mendidih, itu tidak cukup. Dia sangat mengenali suara itu.
"Hallo, sayangnya aku babymu, tapi dia disini bersamaku." Dia melirik Lisa, "Apa kamu ingin berbicara dengannya?"
"Ya tentu."
"Nah! Persetan!" panggilan berakhir.
Kaki Lisa gemetar saat Jennie menoleh ke arah nya dan menyilangkn tangannya, meminta penjelasan.
Dia tidak mendengar apapun yang dikatakan seseorang di telepon tadi, tapi wajah Jennie mengatakan semuanya, Soyeon telah menelpon dan Jennie mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar.
"Apa kamu akan menjelaskan padaku atau kamu hanya akan berdiri disana?" Lisa mencoba yang terbaik untuk berbicara, mengatasi rasa gugup dan tenggorokannya yang kering.
"S-siapa yang menelpon Jen?" pertanyaan itu benar-benar bodoh.
Jennie perlahan berjalan ke Lisa dan melingkarkan lengannya dipinggang Lisa lalu menariknya bersamanya ke depan pintu mobil. Membuat punggung Lisa menempel pada pintu mobil dengan Jennie berada diantara dua kakinya.
"Tidak ingin melihat wajahku yang bodoh, sayang?" katanya dekat dengan wajahnya, "Lebih baik katakan padaku kenapa dia bilang kalau kamu bisa datang ke rumahnya besok...kau tahu kenapa?"
Lisa mengerti segalanya pada saat itu, dan dia menduga bahwa Jennie telah salah memahami segalanya.
"Jenn, tidak, kamu salah paham dengan kata katanya." jawabnya, sedikit tenang, "B-bisakah aku menjelaskannya?"
"Tidak, semuanya jelas." katanya, sebelum berbalik dan memasuki rumah.
Lisa buru-buru mengikutinya ke dalam dan menguncinya, tetapi tidak sebelum mengambil kopernya.
"Jennie, please."
Yang tertua sudah di lantai atas, dia pergi ke kamar mandi di kamarnya dan menguncinya. Lisa menunggu beberapa menit, dan pintu kamar mandi terbuka, Jennie hanya mengenakan kemeja tipis yang menutupi pahanya dan pita longgar di atas kepalanya. Itu menunjukkan bahwa dia sebelumnya telah mandi, dan dengan tidak berbicara dengan Lisa, semakin jelas bahwa dia marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Massages ✔
Teen FictionJennie menjalani hari yang panjang dan Lisa hanya ingin memijatnya. Jentop! Bagi yang gak suka jentop skip aja. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Cerita ini merupakan terjemahan atau versi bahasa Indonesia dari "Massages" yang ditulis oleh @nukimsomnia_ Cre...