H a p p y R e a d i n g
Matahari sudah menampakkan senyumnya, awan tipis-tipis dan kabut sudah mulai menghilang. Terlihat seorang perempuan yang masih bergelung nyaman dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Silau cahaya mulai menyoroti lewat celah jendela kamar, gadis itu mulai terganggu. Perlahan matanya mengerjab terbuka, dia menatap kosong pada langit-langit kamar. Mata cewek itu memerah dan terlihat sembab, bibirnya pucat seolah kekurangan darah.
Pukul 06.05
Keysha menghela napas panjang, lantas ia bangun dari tidurnya. Tidak langsung berdiri, dia lebih memilih bersandar pada dinding ranjang terlebih dahulu.
Tangannya ia tempelkan di dahi. Dan hangat, itulah yang pertama Keysha rasakan. Akan tetapi, bagaimanapun juga, Keysha mesti berangkat sekolah. Dia bangkit, melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selang 20 menit, Keysha keluar dengan pakaian seragamnya. Gadis itu duduk didepan cermin kala merapikan rambutnya yang dibiarkan tergerai. Tak lupa pula ia mengoleskan sedikit bedak pada wajahnya dan juga mengoleskan sedikit lipbam pada bibirnya agar tidak terlihat pucat, lalu menyemprot parfum beraroma baccarat pada beberapa bagian tubuhnya terutama leher dan tangan.
Setelah selesai dia kemudian mengambil tas yang ada di meja belajar lalu memasukkan beberapa buku pelajaran. Dirasa semua sudah lengkap, Keysha pun keluar dari kamarnya. Dan mulai menuruni anak tangga menuju dapur untuk sarapan.
Langkah Keysha mesti terhenti ketika ia melihat ke arah meja makan, keluarganya -sedang asyik sarapan dengan disertai canda tawa.
Bolehkah Keysha merasa iri? Ia sangat iri ketika anggota keluarganya begitu ceria dengan kehadiran orang baru. Ya, papanya menikah lagi setahun yang lalu. Elena Andriana, adalah perempuan kedua yang sudah berhasil menaklukkan hati seorang pengusaha sukses Wirga Aditama Aktar.
Elena tidak sendiri, dia membawa perempuan yang dinobatkan sebagai putrinya, Linka Andriana.
Sejak Wirga menikah lagi, Keysha seolah merasa diasingkan. Semua bentuk perhatian Wirga ia berikan penuh terhadap Linka dan Elena. Keysha hanya diam, dengan rasa sesak yang ia terima.
Bahkan kakaknya sendiri pun Nathan Ganendra Aktar. Seolah ia juga tidak peduli lagi terhadap Keysha. Dia seolah tidak menganggap Keysha adiknya melainkan Linka lah yang dia anggap.
Baik, seperti biasa. Keysha hanya diam. Seolah mengatakan 'tidak apa-apa' walau jauh dari lubuk hatinya ia terluka.
Keysha mencoba tersenyum manis dihadapan mereka, "Pagi pa,"
Wirga melirik sebentar lalu mengangguk dan kembali fokus sarapan. Keysha menghela nafas berat.
"tidak apa-apa" batinnya.
Ketika Keysha hendak mengambil sebuah lauk, tangan Linka sudah lebih dulu mengambilnya. "Emm-- sorry sha, lauknya punya gue. Lo ambil lagi aja di dapur,"
"Mau mama ambilkan sha?" tawar Elena namun Wirga justru malah melarangnya.
"Kamu disini aja, biarkan Keysha ambil sendiri lauknya."
Lagi, Keysha hanya bisa tersenyum. "Gak papa ma, Keysha ambil sendiri aja."
Keysha berdiri sambil membawa piring, lalu ia melangkah menuju dapur untuk mengambil sebuah lauk. Akan tetapi Mpok Ria, pembantunya mengatakan bahwa lauk yang tersisa tinggal tahu dan tempe saja, semua daging dan sayuran sehat sudah habis dimakan mereka.
"Non gak papa makan sama tempe tahu aja? Soalnya sayur sama dagingnya habis," tutur Mpok Ria.
"Gak apa-apa mpok, yang penting Keysha bisa makan soalnya udah laper banget."
Mpok Ria merasa prihatin terhadap kondisi Keysha. Dia tahu Keysha tidak pernah dipedulikan lagi oleh papanya dan kakaknya, semenjak kedatangan Elena dan Linka. Sebisa mungkin dia peduli terhadap Keysha, karena biar bagaimanapun juga dia sudah lama bekerja disana dan sudah menganggap Keysha sebagai putrinya sendiri.
"Yasudah, non Keysha makan yang banyak ya? Bibi mau bersihin lantai dulu,"
Keysha mengangguk, "Iya bi."
Keysha tidak jadi makan bersama mereka, dia lebih memilih makan di meja dapur langsung. Dengan perasaan sesak, Keysha perlahan menghabiskan makanannya. Walaupun hanya tersaji tahu dan tempe saja.
Sementara di meja makan, Nathan berdiri lalu memakai sebuah jaket yang biasa ia pakai untuk berangkat sekolah.
"Mau berangkat Nath?" tanya Elena.
Nathan melirik ke arah Elena, lalu mengangguk. "Tapi makanan kamu belum habis Nath?"
"Nathan udah kenyang," ucapnya sambil menyambar tas yang ada di sofa tak jauh dari sana.
"Berangkat sama siapa?" tanya Wirga.
"Sendiri pa," sahutnya.
"Ajak Linka sekal--"
Ucapan Wirga terpotong kala Linka sudah lebih dulu menyambar, "Gak usah pa, Linka naik mobil sendiri aja."
"Lo duluan aja kak," lanjutnya.
Nathan mengangguk lalu kemudian melangkah pergi keluar meninggalkan rumah.
"Kalo gitu Linka juga izin pamit," ucapnya lalu diangguki Wirga dan Elena.
"Hati-hati,"
Keysha yang sedari tadi mengintip di balik mereka hanya terdiam. Wirga menyarankan agar Linka ikut dengan Nathan, sementara Keysha? Dia seolah lupa dengan anak bungsunya.
Mati-matian Keysha menahan air mata agar tak jatuh, "Gak papa Sha, bukanya udah biasa?" monolognya.
Keysha memejamkan matanya, menetralisir perasaan sesak yang ia rasakan saat ini. Mencoba untuk tetap tersenyum walau itu susah. Dengan langkah ragu, Keysha mendekat ke arah meja makan. Ia izin pamit sebelum pergi ke sekolah.
"Pa, ma." Panggil Keysha.
Mereka berdua menoleh, Elena tersenyum manis walau Keysha tahu senyuman itu tidak tulus. Sementara Wirga hanya menampilkan wajah datarnya saja.
"Keysha pamit pergi sekolah,"
"Kamu naik apa Sha?" tanya Elena.
"Mungkin angkot ma," jawab Keysha pelan.
"Yasudah hati-hati ya," Keysha hanya mengangguk lalu melangkah pergi keluar rumah.
Sesampainya ia diluar, bunyi klakson mobil mengagetkan Keysha. Lantas ia mendongak menatap mobil tersebut. Dahi Keysha mengerut. Berpikir siapa pagi-pagi yang sudah berada didepan rumahnya.
Orang itu keluar, dan lagi Keysha dibuat bingung ketika tahu siapa cowok itu. "Ngapain kesini?" tanya Keysha.
"Jemput lo," ujarnya singkat.
"Ish gue gak minta lo jemput gue,"
"Guenya mau, gimana dong?"
Keysha terdiam sejenak, kalau dipikir-pikir lebih baik ia ikut cowok itu daripada ia harus naik angkot. Hemat uang pikirnya.
"Udah ayo," ucap cowok itu dan diangguki Keysha.
Mereka berdua naik, lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah.
━━━━━━━━━━━━━━
To be continued
━━━━━━━━━━━━━━
KAMU SEDANG MEMBACA
Ꮶꫀᥡ᥉hᥲ
Teen Fiction"Semua orang punya lukanya masing-masing. Aku kamu - kita.. sedang bertahan hadapi itu sendiri" • • • • • °2022° °Cover by Pinterest° 📍 Follow sebelum membaca 📍Story by Ci Rahmawati