Tigapuluh Satu

258 33 6
                                    

Taekook

GS

Happy Reading

.

.

.

Hoseok terkejut begitu mendapati sang ayah baru saja keluar dari tempat Taehyung di rawat sekembalinya ia dari ruangan dokter Jung. Mempercepat langkah ia bergegas mendekati sang ayah dengan picingan mata yang menyala tajam. Tangannya terkepal kuat manakala kembali mendengar isakan Jungkook meski tersengar samar.

"Apa yang ayah lakukan disini?" 

matanya memicing tajam, Jeon tua dapat melihat bagaimana campuran emosi yang berbinar kuat dimata sulungnya. Pria paruh baya itu tersenyum angkuh, menepuk pundak sang putra pelan. 

"Lihat siapa yang ada disini terlebih dahulu? halo putra tampan ayah"

"Katakan! kenapa ayah bisa berada di sini?!"

"Hoyy, turunkan nada bicaramu itu nak" 

masih dengan nada angkuhnya, pria itu memandang sang anak. Meski dipenuhi egoisme tinggi, namun jika ditelisik lebih mendalam ada sepercik kesedihan di sana. 

"Ayah baru bertemu dengan adikmu, pintar sekali dia bersembunyi selama ini" Tatapan itu berubah menjadi sedikit tajam menghantarkan ketegangan di antara keduanya. 

"Dan kau, pintar sekali menyembunyikan keberadaanya"

Tidak...

"Ayah, ku mohon untuk lepaskan adikku, dia sudah bahagia dengan pilihannya"

"Bahagia katamu? tinggal di rumah sempit yang tidak lebih besar dari kamarnya dulu, makan seadanya, mencuci dan mengerjakan semuanya sendiri? kau bilang dia bahagia?!"

 Sehun meradang, ingatannya memutar kembali laporan yang diterimanya mengenai sang putri hampir membuatnya ingin membunuh pemuda yang terkapar lemah itu. 

Marah, sebagai seorang ayah yang membesarkan Jungkook penuh dengan kemudahan, ia begitu sakit hati kala melihat bagaimana kehidupan sang anak saat ini. Jungkook kecilnya, tidak boleh hidup seperti ini, anak itu hanya sedang dibutakan cinta sesat sehingga bertingkah bodoh seperti ini.

Sehun sangat yakin, ketika Jungkook kembali merasakan hidupnya seperti dulu, anak itu akan langsung melupakan pemuda miskin itu. Semua kelakuan bodoh anaknya itu semata-mata hanya rasa penasaran, maka sebelum semua terlambat ia harus segera memisahkan kedua anak itu.

"Ayah it--"

"Dengar Jeon Hoseok" 

Sehun memandang lekat putranya, penuh ketegasan.

 "Adikmu hanya sedang tersesat. Ayah perlu mengembalikannya pada realita yang ada." Ia menghela nafas panjang. 

"Dengar nak, aku membesarkan kalian dengan limpahan kasih sayang, kau pikir aku bisa melihat jika putri ku bahkan harus kelelahan mengurus semua hanya karena ambisi bodohnya?"

"ITU BUKAN AMBISI!" 

Hoseok terengah. Menatap sang ayah dengan putus asa, takut. Dia tahu kuasa ayahnya masihlah besar dibandingkan dirinya.

 "Ayah.. ku mohon, jangan lagi. Tolong biarkan adikku kali ini. Aku akan menggantikan porsinya jika itu ingin ayah, tapi tolong.. biarkan adikku bahagia bersama pilihannya"

Tuan Jeon tidak menjawab, pria tua itu hanya tersenyum kecil, meremat pelan pundak sang putra sekali kemudian berlalu begitu saja. menyisakan Hoseok yang perlahan ambruk, berdiri dengan tumpuan lutut kala kakinya tidak lagi bisa diajak kerjasama. Melemas, karna rematan pelan itu bisa berarti segalanya.

HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang