"jangan lupa seragam untuk ospek besok sama baju-baju di cek lagi di tas. Jangan sampai ada yang ketinggalan de..." Ucap ibu seraya menyapu ruang tamu.
"Iya bu." Kata ku yang sibuk membereskan pakaian.
"Kamu udah mantep belum ngambil jurusan hukum?" Tanya ibu
"Sejujurnya belum bu, tapi mau gimana lagi ini?"
"Kamu ini, harusnya kamu itu bersyukur bisa kuliah hukum. Jurusan yang banyak diminati orang, lulus bisa langsung kerja. Apalagi kalo kamu bisa jadi hakim/jaksa. Kan kebanyakan yang lulusan hukum bisa sukses tuh."
"........" Aku hanya terdiam. Ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat, apalagi besok aku akan bertemu wajah-wajah baru. Aku tidak mau merusak suasana yang harusnya bahagia ini.
"Segera bereskan barang-barangmu, kita berangkat 1 jam lagi. Ibu mau mandi dulu, bilang ke ayahmu untuk panaskan mobil." Kata ibu seraya beranjak membereskan peralatan sapu
"Iya bu." Aku segera pergi menemui ayahku di teras rumah. Ia sedang asyik menyiram bunga dan bermain dengan Hellen, kucing putihku.
"Yah, mana kunci mobil? Kata ibu sejam lagi kita berangkat."
"Oh iya de... Ini kunci nya, kamu udah siap? Barang-barang jangan ada yang ketinggalan ya." Kata ayah sambil menaruh siraman bunga dan meletakkan hellen di kandangnya.
"Udah semua yah." Jawab ku sembari memanaskan mobil.
Aku kembali terbayang akan gemerlapnya kehidupan kampus. Tak sabar ingin merasakan bagaimana rasanya kelas perkuliahan, asyiknya berdiskusi saat kawan sedang presentasi, mengerjakan tugas bersama, ikut kegiatan mahasiswa yang pulang sampai larut malam. Aku benar-benar penasaran seperti apa rasanya.
Aku mencoba untuk mencari tahu lebih luas lagi, seperti apa kampus ku dan kegiatan yang ada di dalamnya. Yang aku dengar cerita dari ayahku, dulu ia pernah ikut organisasi ekstra kampus yang pada zamannya berseberangan dengan rezim penguasa. Ayahku seorang yang berani dan aktif sempat ikut terlibat demonstrasi di dalam kampus. Pasalnya pada saat itu ada aturan yang melarang aparat untuk menginjakkan kaki di lingkungan kampus, tetapi karena bentrok hebat tak bisa dicegah akhirnya ayahku maju di garda terdepan. Syukur menurut cerita beliau tidak ada korban jiwa dan ia hanya terbentur senapan laras panjang di pelipisnya yang mengakibatkan luka.
"Kalau besok aku sudah aktif di kampus, aku ingin masuk BEM. Bahkan kalau bisa menjadi Presiden Mahasiswa disana. Tapi sebelum itu, organisasi apa ya yang harus aku ikuti?" Tanyaku pada diriku sendiri.
Hal ini membuatku lupa sejenak tentang ambisiku. Ya, ambisi untuk bisa kuliah di jurusan yang aku inginkan. Tentu saja hal itu tidak bisa aku lupakan, karena inilah saat-saat yang aku tunggu sejak kecil. Aku bahkan bertekad untuk tetap mengikuti SBMPTN lagi tahun depan.
Waktu terus berjalan matahari semakin tinggi. Jarak dari rumah ku ke kampus cukup jauh, ada sekitar 50KM dengan perjalanan normal 2 jam. Tapi karena kami naik mobil dan lewat tol, jarak tempuh perjalanan dapat dipangkas hingga hanya 1 jam saja.
"Semua sudah siap?" Tanya ayah sembari meneliti ruang mobil.
"Siap yah." Jawab ku dan ibu serentak.
"Okey, kita berangkat. Jangan lupa berdoa dulu."
Pukul 8 pagi kami berangkat menuju Kota Banda. Orangtua ku sudah berjanji tidak bisa menginap karena ada urusan kerja besok pagi. Jadi hanya mengantarku sampai di kost saja dan beristirahat sejenak disana. Kucingku Hellen, mungkin suatu saat aku akan membawanya:D

KAMU SEDANG MEMBACA
Petuah Ayah
Short StoryProses menemukan jati diri memang bukan hal yang mudah. Perjalanan seorang mahasiswa dengan lika liku kehidupan kampus yang dialaminya. Dia bukan orang yang hebat, bukan juga orang yang beruntung. Tapi dia menunjukkan bahwa dia juga berhak untuk mem...