11. Mas, kabar itu tidak benar kan?

1.4K 220 64
                                    

Radi dan Januar bersorak girang kala menyambut Pasya yang baru saja datang bersama Pak Fajar dan Bu Septi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radi dan Januar bersorak girang kala menyambut Pasya yang baru saja datang bersama Pak Fajar dan Bu Septi. Kemenangan Pasya sudah diumumkan oleh para guru, membuat para siswa sengaja berbaris untuk menyambut Pasya.

Pasya berusaha menampilkan senyum terbaik yang ia punya meski hatinya gundah luar biasa. Dari banyaknya siswa, Pasya tidak menemukan atensi kedua adiknya. Apakah Kia dan Kazi benar-benar kecewa hingga tidak mau melihat dirinya?

"Selamat ya Pasya! Terimakasih juga, berkat kamu, nama sekolah kita semakin terkenal." Kepala Sekolah mengucapkan langsung kepada Pasya di tengah lapangan.

Setelah penyambutan dan juga beberapa amanat dari Kepala Sekolah, siswa hendak di bubarkan, sebelum suara seseorang membuat satu lapangan hening seketika.

"Tunggu! Saya ingin memberitahu ke kalian semua, bahwa siswa itu, melakukan kecurangan!"

Yang berucap adalah guru TU sekolah mereka. Semua pasang mata menatap Pasya dan guru tersebut secara bergantian. Karena tidak ingin membuat kericuhan, Kepala Sekolah segera memerintahkan kepada Pak Fajar untuk membubarkan para murid dan membawa Pasya ke ruangannya.

Sekarang, di ruang Kepala Sekolah, Pasya, guru yang bersangkutan, Mika, Aidan, Pak Fajar dan Bu Septi di kumpulkan. Ketegangan terjadi di ruangan tersebut. Apalagi saat tatapan tegas Kepala Sekolah mengarah pada Pasya.

"Bu Dina, tolong jelaskan maksud dari semua ucapan Bu Dina barusan."

Bu Dina, yang merasa namanya di sebut langsung mendongak dan berkata. "Pasya melakukan kecurangan, Pak. Saya melihat sendiri Pasya pergi ke ruangan Pak Fajar untuk mengambil kunci jawaban."

"Bohong, Pak. Demi Allah, saya nggak pernah melakukan kecurangan apa pun." Pasya menyahut sembari menggelengkan kepala. Menatap Bu Dina yang juga menatap ke arahnya.

"Jangan mengelak lagi kamu, Pasya. Saya dan satu orang saksi melihat semuanya."

"Tenang, tenang. Semuanya tolong tenang." ucap Kepala Sekolah, lalu setelah itu menatap Pak Fajar. "Pak, tolong cek tas Pasya."

Tidak menunggu perintah kedua, Pak Fajar segera mengecek tas Pasya. Di dalam hati, Pak Fajar berdoa, semoga tuduhan Bu Dina tidak benar. Semoga kunci jawaban itu tidak ada di tas Pasya.

Akan tetapi, sesuatu yang kini Pak Fajar genggam, membuat laki-laki itu mematung. Pak Fajar berbalik badan lalu menatap Kepala Sekolah dengan ragu. "Ada Pak ...,"

"Pak, nggak, itu bukan saya. Demi Allah bukan saya. Saya pasti dijebak." Getar suara Pasya membuat Bu Septi menunduk dalam. Cukup kecewa pada Pasya.

"Mau mengelak apa lagi kamu? Bukti sudah jelas." Bu Dina masih memojokkan. "Dan, Pak, saya bisa memanggil saksi saat ini juga."

"Silahkan panggil dia."

Pintu ruangan terbuka dan seseorang muncul dari sana. Pasya mundur beberapa langkah, kaki nya lemas seketika saat melihat sosok yang baru saja masuk.

|✔| Catatan Pasya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang