[FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA CERITA INI!!]
Bagi seseorang yang susah ditebak dan gamau ribet macam Aksara, punya wanita idaman amatlah merepotkan. Namun siapa sangka, pertemuan tak mengenakkannya dengan seorang gadis maniak permen stroberi dan p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"El?" Senyumnya mengembang begitu Doni menemuinya di belakang sekolah. "Gimana hari ini? Ada kejadian buruk gak?"
"Engga."
Doni mengangguk paham. "Boleh peluk? I miss you so much," ungkapnya berbisik.
Tatapan sayu Doni yang penuh harap menyentak perasaannya. Aveline lantas melebarkan tangan bersedia. "Sini peluk." Tanpa pikir panjang Doni menurut. Menyamankan posisinya dan terpejam menghirup damai wangi caramel dari rambut Aveline. "Bentar aja ya? Takut ada yang liat."
Doni bergumam saja. Posisi itu bertahan beberapa menit sebelum Aveline mengurai duluan pelukan mereka. "Lo kemana semenjak didrop-out sampe kurusan gini?"
"I'm fine. Aku keluar rumah karena Ibu kecewa dan gamau liat aku lagi. Kamu gak perlu tau aku dimana, tapi kalo butuh sesuatu kabarin aku."
Aveline diam sejenak. Tercenung memindai penampilan sahabatnya nan berbeda daripada terakhir kali mereka bertemu.
"Gimana sama Aksa?"
Aveline tersenyum pahit. "Masih sama. Tapi yaudahlah, semua butuh proses."
"Kalo dia apa-apain kamu kasih tau aku." Menggenggam tangan sahabatnya. Kadang kala Doni muak mendapati Aveline menangis atas ulah Aksara, namun ia tak bisa menghentikan perasaan gadis itu.
"Nanti makan malem di apart gue aja. Sekarang lo balik dulu. Bahaya kalo ada yang liat," suruh Aveline sambil berjaga-jaga.
"Okey. Jaga diri, El."
***
"Buset! Twinsnya Junkyu Treasure ini mampir. Kagak disediain karpet merah, ta?" Sagala berkacak pinggang. Enggan memasuki WANJAY sebelum merayakan penyambutannya.
"Eh bekicot sawah! Udah jelek banyak mau lo," kesal Rakha lalu menggandeng paksa Sagala untuk duduk. "Mang, kayak biasa ya!"
"Neng?"
"Iya, Abah!" Gadis cantik berwajah agak kebarat-baratan itu muncul. "Kenapa, Bah?"
"Tolong dulu ya? Kaki Abah kram tiba-tiba." Mang Jaya meringis kecil seraya memijat kakinya. Tampak wajahnya berubah tak enak karena lagi-lagi harus merepotkan putri tunggalnya.
"Aih si Abah mah. Kan udah Maya bilang, kalo sakit gausah maksain buka warung. Istirahat aja, Bah." Membantu Mang Jaya duduk ke kursi agar lebih nyaman. "Biar Maya yang urus warung sampe bel masuk."
Sedangkan Sagala setia menonton adegan mengharukan antara anak dan bapak itu dengan bangga. Dia betul telah menempatkan Maya di palung hatinya.
Gadis jutek nan mandiri, tak neko-neko dan perhatian. Meskipun Maya kerapkali kasar memperlakukannya, tapi sebenarnya tidak selalu begitu. Pernah satu waktu Maya membelikan makanan untuk Sagala yang terbaring lemah di UKS, mengecek keadaannya di beberapa kesempatan. Pernah juga dia membantu Sagala yang dituduh menjahili seragam teman sekelas sampai mereka meminta maaf dan kebaikan-kebaikan lain.