"Hati"
*Pikiran*"Hati : duhai hati, boleh aku bercerita sedikit?
*Pikiran : wahai hati, ada apa denganmu?
"Hati : aku akhir-akhir ini sering merasa gelisah.
*Pikiran : tenanglah hati, aku memikirkan apa yang kamu rasakan.
"Hati : tapi pikiran, coba mengertilah 😞
*pikiran : Aku mengerti, bertahan dari ketidakpastian atau pergi dengan luka'kan?
" Hati : Duhai pikiran, ayolah.. kenapa tidak dilepaskan?
aku lelah terus bertahan, aku lelah berpura-pura sabar, aku sangat ingin meronta... berpesan padamu untuk membiarkan bibir berteriak, aku tidak tega membiarkan mata terus meneteskan air nya.
*Pikiran : wahai hati, apa kamu lupa, telah banyak hal yang kita lewati bersamanya?
apa kamu lupa, tersenyum lepas tanpa beban dengannya?
apa kamu tidak ingat, tatapan matanya saat di depanmu?
aku mengerti hati, aku hanya memintamu bertahan sedikit lebih lama. aku juga sedang memikirkan semua cara agar semua kembali baik-baik saja. percayalah padaku wahai hati."Hati : aku paham maksudmu duhai pikiran, tapi terluka tanpa darah, hancur tanpa retak.
kamu tidak tau kan rasanya? pernah tanya mata kenapa ia tak punya air mata lagi?
duhai pikiran, sampai kapan kamu menahanku untuk bertahan seperti ini? tak apa biar aku saja yang lara.
jangan sampai masadepan terlibatkan. pertimbangkan itu.
harusnya kamu juga percaya denganku duhai pikiran, aku yang paling pertama merasakan luka jika harus kehilangan dia nantinya. tapi kupastikan, aku kuat... sakit itu tidak akan bertahan lama, tolonglah pikiran.
biarkan mulut berbicara tentang semua yang aku rasakan meski harus melepasnya, jika harus mata kembali menangis aku yakin kuat.
mengertilah duhai pikiran, cinta tidak selalu tentang apa yang kamu pikirkan, karena percumah'kan jika nyatanya meresahkan bukan menyamankan?
harusnya kamu yang paling tau tentang bahagiaku,
bagiku lebih baik lepaskan jika menyakitkan. Aku janji, luka karenanya tidak akan bertahan lama.
perjuangkanlah yang pantas diperjuangkan.
jangan sampai aku sangat hancur, kututup rasaku dan kuanggap semua orang sama dengannya.
*Pikiran : aku mengerti wahai hati, beri aku sedikit waktu, aku juga berjanji padamu jika waktu yang kujanjikan ini habis dan kamu masih resah, aku akan menyuruh bibir berucap sesuai isi rasamu.
tapi jika dia mau memperbaiki kesalahannya, itu giliranmu memberikan dia kesempatan dan maaf.
apa kamu merasakan haru, saat dia dulu menangis karena takut kehilangan ? kamu tidak lupa kan rasanya saat itu?
entah dimana menemukan seseorang yang mau menjatuhkan airmatanya?
karena aku berusaha memahamimu wahai hati, aku tidak mau penyesalan datang lalu terus terngiang suatu saat nanti, kamu juga tau dia adalah salah satu penyemangat untuk masasepanku."Hati : baiklah pikiran, tapi tentang memberi kesempatan dan memaafkan akan kupertimbangkan.
mungkin akan aku maafkan tapi untuk kesempatan?
apa layak peselingkuh di beri kesempatan?
siapa yang tau jika tangisannya waktu itu tidak tulus?
aku hanya ingin kamu tau, jika perasaan tidak sebercanda itu. sebab bukan hal yang mudah menempatkan perasaan.
jadi tolong mengertilah perasaanku duhai pikiran.
karena sejatinya cinta itu tidak saling menyakiti,
tapi saling meyakini
tidak saling melukai tapi saling menyukai
tidak saling bertengkar tapi saling mendengar
tidak saling mengacuhkan tapi saling memperjuangkan
tidak hanya saling mengharapkan tapi saling memberi kepastian
tidak hanya saling memerlukan tapi saling membutuhkan
entahlah duhai pikiran, aku kira kamu yang paling mengerti tentang perasaanku. tapi mungkin untuk saat ini kamu sama sekali tidak mengerti.
karena nyatanya kamu buta dengan janji bahagia yang mengatasnamakan cinta. sampai lupa jika bahagia itu ada
duhai pikiran, boleh aku bertanya?
kapan terakhir kali kamu senyum lepas bahagia bersamanya, apa kamu mengingatnya?*Pikiran : sudahlah hati, aku lelah berdebat denganmu. diantara kita tidak akan ada yang menang. sebab soal perasaan semua akan merasa benar.
"Hati : kamu salah memaknai duhai pikiran. ini bukan tentang menang atau kalah, benar atau salah. tapi ini tentang bahagia.
bagiku bahagia berarti tidak terluka.
jika terluka berarti tidak bahagia.
ini terlalu berat untukku, jika harus bersabar. aku pasti bersabar. tapi sapai kapan kesabaranku dianggap sabar?
*Pikiran : baiklah wahai hati, jika sampai besok belum ada kepastian darinya. akan aku selesaikan."Hati : baiklah, sekarang aku sedikit lega, aku hanya mengingatkanmu wahai pikiran. bahwa cinta yang bahagia itu ada, dan tidak sesakit ini.
jika menginginkan berakhir bahagia maka bahagialah dari saat ini sampai akhir itu tiba. dan bahkan jika akhir itu tiba, bahagia itu benar adanya.*Pikiran : terimakasih hati, telah menyadarkan dari cinta yang bodoh, cinta yang menyakitkan.
maaf telah membuatmu memendam luka seperti ini.
aku terlalu larut dalam janji bahagia yang pernah dia ucap"Hati : duhai pikiran, kebahagian yang sesungguhnya bukan tentang apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu bayangkan. tapi tentang apa yang aku rasakan, bukan egois... tapi hanya aku yang bisa memahami rasanya. bahkan kamu tidak taukan betapa sulitnya aku membungkam lara saat kamu menyuruh bibir tersenyum padahal rasaku sedang hancur.
aku lebih paham bahagia yang tidak bisa diucapkan
berhentilah memikirkan kebahagiaannya, karena dia juga bukan bagian dari bahagiamu'kan?
jika mengerti apa yang aku rasakan, kamu pasti paham apa yang aku inginkan.*Pikiran : lalu aku harus bagaimana?
"Hati : luka itu cara tuhan menjauhkan dari cinta yang salah, kamu pasti tau apa maksudku.
*Pikiran : baiklah, aku pasti meminta pada bibir untuk mengucap perpisahan.
akupun lupa, kapan terakhir kali tersenyum lepas dengannya.
yang aku ingat, dia sangat tersenyum bahagia ketika ada di pelukan orang lain."Hati : dan satu hal lagi duhai pikiran.
siapapun yang pergi tanpa alasan, jangan biarkan dia datang dengan apapun bentuk penjelasan.
apalagi perselingkuhan.
tinggalkaan saja siapapun yang memberi luka dalam bentuk apapun.
cinta itu saling memiliki, jika tidak maka itu bukan cinta. karena pasti ada yang terluka.
dan cinta tidak akan menyakiti apalagi tersakiti.
tinggalkan jika itu menyakitkan, jangan berjuang untuk ia yang tidak mau mempertahankan
tidak perlu menangis untuk orang yang bahkan tidak tau airmatamu jatuh.
*Pikiran : terimakasih hati, rasanya sekarang aku ingin terlelap.-- Catatan kecil --
Kamu tau, kenapa saat bermimpi mata terpejam?
Kamu tau, kenapa saat menangis mata terpejam?
Kamu tau, Kenapa saat berdo'a mata terpejam?
Karena sejatinya bahagia bukan yang terlihat oleh mata, melainkan yang dirasakan oleh hati.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata "Hati atau *Pikiran
Cerita Pendekini hanya gumaman antara hati dan pikiran dalam satu raga. entah ragaku atau ragamu, saat langit tak lagi terlihat, rintik hujan terdengar sayup dibalik jendela. cahaya tanpa petir menerangi langit mendung. suara angin meniup dedauan yang basah m...