Bab 1

2 0 0
                                    

“Kamu baik-baik saja, Ra?” tanya Eca sambil menepuk pundakku.

Aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Lalu kembali kutatap panggung itu.
Panggung yang telah memberikanku banyak kenangan.

Aku ingat waktu pertama kali kamu menyatakan mencintaiku. Di atas panggung itu. Diiringi lagu dari Sheila On Seven “Pemuja Rahasia”.

Waktu itu aku sama sekali tidak tahu, bahwa selama ini kamu menaruh hati padaku.
Yang ada dalam pikiranku, kamu menganggapku sebagai teman biasa. Sebagi partner mendakimu, sebagai orang pertama yang selalu mendengar keluh kesahmu, dan sebagi teman yang tak pernah absen menoton konsermu.

Rega, usahamu berhasil membuat takjub seluruh orang yang datang menyaksikanmu pada waktu itu. Aku pun dibuat kaget oleh kejutanmu. Saat kamu tiba-tiba berhenti bernyanyi kemudian berpuisi tentang senja. Senja kesukaanku.

Rega, aku tersentuh dengan puisi yang kamu bawakan. Begitu indah. Menyentuh hati siapapun yang hadir di konsermu sore itu.

Belum berhenti kekagumanku mendengar kamu membawakan puisi tentang senja, kejutanmu berlanjut dengan mengungkapkan isi hatimu.

Aku masih ingat, waktu itu aku sedang membawa kamera Canon di tangan kananku dan membawa buku novel di tangan kiriku.

Setiap konsermu aku tak pernah absen mengabadikan
momen lucu saat kamu sedang bernyanyi dan menjauhi kerumunan setelah mendapat foto lucumu. Yaah meski aku menonton kosermu, aku tetap bisa membaca novel yang kubawa.

Tapi saat kamu selesai membawakan puisi tentang senja dan mulai menyebut namaku, aku
kaget.

“Dreamers (sebutan untuk fans band Dream) taukah kalian apa yang lebih indah dari puisi tentang senjaku ini?” sontak penonton yang hadir menjawab “apa itu?”

"Dia, cewek yang memakai baju hijau matcha tangan kirinya menggengam novel, dan tanggan kanannya menggengam kamera. Namanya Dira. NADHIRA” katamu.

Novel yang aku bawa jatuh seketika. Bisa-bisanya kamu becanda di waktu yang tidak tepat.

Belum sempat aku kabur dari tempatku berdiri, lampu sorot menyinariku. Dan pandangan seluruh penonton beralih ke arahku. Memintaku untuk naik keatas panggung.

Dengan langkah gemetar dan penuh rasa malu, aku melangkahkan kaki naik ke atas panggung. Senyummu begitu indah. Baru pertama ini aku melihat kamu tersenyum seperti
itu. Senyum bahagia.

“Ra, aku tahu ini membuatmu terkejut. Tapi ketahuilah, aku sudah memperhitungkannya.
Aku sudah memastikan bahwa hatiku memilihmu. Kamu, Nadhira.”katamu.

Sontak penoton berteriak histeris “Terima! Terima! Terima!”
“A-akuuuu.....” aku masih gemetar mau menjawab apa.

“Kamu itu puisi-puisiku, mimpi-mimpiku, dan kamu sahabat terbaik dalam hidupku.”

“A-akuuuu.....” aku masih sulit menjawab pernyataanmu.

“Terima! Terima! Terima!” sorak penonton.

“Ra, maukah kamu menjadi kekasihku?”

“Waaaaaaah........Terima! Terima! Terima!” sorak penonton lebih histeris.

Air mataku menitik untuk kesekian kalinya. Antara ini nyata atau tidak. Rega menyatakan perasaannya. Di atas panggung ini. Di bawah senja sore ini.

Dengan haru aku menjawab untuk menerimanya. Memberikan kesempatan kepada Rega untuk membangun cinta kita. Aku memang sudah lama mengagumi Rega. Lebih dari sahabat.

Dan sore ini, aku resmi menjadi kekasihnya.

Tiba-tiba dari belakang, ada yang mengantarkan seikat bunga untukku. Bunga mawar merah darimu. Penonton berteriak histeris. Aku hanya tak mampu untuk menghentikan senyumku.

Sambil malu-malu kuterima bunga mawar darimu.

“Kamu suka? Aku ada lagu buatmu.”
Rega langsung bernyanyi lagu dari Adera “Lebih Indah”

Dan kau hadir

Merubah segalanya

Menjadi lebih indah

Kau bawa cintaku

Setinggi angkasa

Membuatku merasa sempurna

Dan membuatku utuh

'Tuk menjalani hidup

Berdua denganmu selama-lamanya

Kaulah yang terbaik untukku

________________next_______________

By : @dnr.ai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang