Bab 1. Pertunangan Sandiwara

1.1K 219 74
                                    

Aqilla tidak mampu menyembunyikan senyuman yang sejak bangun tidur tadi pagi terus terukir di bibir merahnya. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari yang dia tunggu-tunggu seumur hidupnya.

Sebagai seorang syarifah yang dididik menaati aturan kafa'ah (perjodohan yang sudah diatur oleh para sesepuh), dia sangat senang saat kedua orangtuanya menjatuhkan pilihan pada Bara sebagai calon suaminya. Perjodohan itu bahkan sudah ditentukan sejak Aqilla masih berusia tujuh belas tahun sedangkan Bara 22 tahun.

Sekarang, di saat dirinya sudah berusia dua puluh tahun dan Bara 25 tahun, pertunangan resmi pun akhirnya digelar secara sederhana namun indah dan romantis di taman belakang milik keluarga Alatas.

Halaman belakang yang biasanya ditanami berbagai jenis anggrek, tanaman hias dan beralaskan rumput jepang kini didekorasi serba putih. Kursi-kursi diselimuti kain putih berpita. Bunga-bunga mawar putih menghiasi setiap meja dan sudut-sudut taman sebagai pemanis. Lampu-lampu kelap-kelip digantung di atas dan dililitkan di batang-batang pohon sebagai penerang. Para tamu undangan pun memakai baju serba putih. Begitu pula calon mempelai. Bara memakai kemeja putih formal dipadukan celana bahan hitam. Aqilla memakai khimar dan gamis putih yang berpita di bagian punggung.

Didampingi kedua orangtua masing-masing, Bara dan Aqilla didudukkan di kursi beledu putih berlatar juntaian kain sutra putih yang ditempeli inisial nama mereka berdua, dan balon-balon warna monokrom tersebar di sekitar mereka. Dua sejoli berwajah rupawan itu kini tengah menjadi pusat perhatian semua sanak keluarga Alatas maupun Assegaf.

Suasana semakin marak kala Bara menyematkan cincin platinum putih di jari Aqilla. Begitu pula sebaliknya. Tersipu malu, Aqilla dipandu Umma menyematkan cincin serupa di jari calon suaminya.

"Ululululululu .... !"

Sorak sorai gembira, puji-pujian, dan sholawatan seketika menggema ke seantero taman belakang milik rumah keluarga Bara. Tersenyum malu, Aqilla menundukkan kepala menerima sorak sorai sanak saudaranya tersebut.

"Cieee ... Calon Nyonya Bara Alatas nih, ye ..." Salah seorang sepupu perempuan menggodanya, membuat pipi Aqilla semakin bersemu merah.

Bara Muhammad Alatas adalah pemuda yang sudah sejak lama digadang-gadang menjadi calon suaminya. Sejak saat itu pula, Aqilla selalu menjaga diri dan kehormatannya hanya untuk pemuda bertubuh tinggi ideal, berparas sangat tampan, dan berprofesi sebagai pebisnis unggulan dalam keluarganya.

Dengan fitur yang demikian sempurna, sudah pasti Bara menjadi rebutan para Ami dan Halati untuk dijodohkan dengan putri mereka. Beruntung, Aqilla yang dipilih sebagai calon istri Bara oleh para sesepuh Alatas. Itu artinya, Aqilla dianggap unggul dibanding para sepupu perempuan atau kandidat calon istri lainnya. Tentu saja Aqilla bangga.

Tidak hanya bangga, hatinya juga berbunga-bunga. Bara merupakan satu-satunya pemuda yang sudah sejak lama dia sukai. Meskipun sikapnya sering kali dingin dan terkesan tidak peduli pada perhatian yang diberikan perempuan-perempuan di sekitarnya, Bara adalah pemuda baik hati yang selalu menuruti perintah orang tua, taat beribadah, dan selalu menjaga salat lima waktu dengan sangat disiplin.

Itu sebabnya, tanpa ada keraguan sedikit pun Aqilla rela menjatuhkan hati pada pemuda idaman banyak perempuan itu. Sekarang, dengan adanya cincin platinum yang melingkar di jari manisnya, Aqilla semakin bangga, tidak lama lagi statusnya akan berubah menjadi istri seorang Bara Alatas. Betapa bahagia hatinya.

Akan tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama ketika pesta pertunangan sudah selesai, para tamu sudah pulang ke rumah masing-masing, dan para orangtua sedang bercengkerama santai di ruang keluarga. Aqilla yang sedang duduk di ayunan halaman belakang sambil memandangi cincin platinumnya, dikejutkan oleh kehadiran Bara.

Sincerely Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang