Aku terikat di lembah ini. Aliran kehidupan dan kematian sudah berhenti untukku.
Namun senja itu, saat aku melihatmu, daun bertunas, bunga bermekaran. Haruskah gugur kembali?
Seberapa besar kemurahan langit untuk mengampuni jiwa yang terkutuk?
*****
Di dasar jurang berkabut, tampak tubuh Lan Wangji terbujur di rerumputan dengan kepala cedera. Tidak jauh darinya satu mayat pria yang sudah setengah membusuk nampak dikelilingi burung-burung pemakan bangkai. Pedang Lan Wangji menancap di tanah sekitar tiga langkah dari si mayat.
Tetua Lan tercekat. Sinar matanya yang tajam memandang tubuh sang murid, menghambur ke arahnya.
Jubah putih yang dikenakan Wangji ternoda tanah dan air hujan. Rambut panjang yang selalu rapi itu kini kusut dan lengket. Meskipun kulit wajahnya sepucat kertas, ada aura kedamaian dalam ekspresinya.
"Wangji... " Tetua Lan mengerang tak percaya. Dengan sigap ia memeriksa denyut nadi pemuda itu. Tangannya terasa sangat dingin seolah beku.
Dia tidak siap dengan kemungkinan terburuk. Jemarinya gemetar kala menyentuh dan memeriksa nadi Lan Wangji.
Samar! Sangat lemah!
Darah berdesir cepat di sekujur tubuh tetua Lan, mencoba mengendalikan emosi yang bergelora antara harapan dan ketakutan.
Wangji sepertinya belum sepenuhnya mati. Dia ...
Sekali lagi, tetua Lan memeriksa denyut jantung dan tanda-tanda kehidupan lainnya. Dia tidak menemukan tanda yang nyata, namun ia merasakan hawa murni sang murid. Jika Lan Wangji sudah mati, paling tidak tubuhnya akan mengalami proses pembusukan. Tetapi itu tidak terjadi. Tubuhnya masih utuh, hanya dingin dan pucat pasi.
Apakah muridnya mengalami mati suri?
Sayup-sayup tetua Lan mendengar teriakan Lan Yuan dan yang lainnya. Terhempas kembali pada kenyataan bahwa ia terjebak di dasar jurang menjelang matahari terbenam, tetua Lan segera memutuskan untuk memberikan perintah pada murid-muridnya untuk turun dan mengangkat tubuh Lan Wangji. Bagaimanapun caranya, ia harus berhasil membawa tubuh sang murid keluar dari tempat ini.
*****
Hawa perbukitan yang teramat dingin serasa menusuk tulang saat Lan Wangji menggigil dengan wajah diselimuti kecemasan dan sedikit rasa takut. Suasana senja ini terasa menyeramkan, dan untuk pertama kalinya ia bergidik menatap kilau aneh di mata Wei Wuxian.
"Jadi aku telah mati di dasar jurang ??" ia terbata-bata, sementara kabut kesedihan menyelimuti wajahnya.
Desah angin yang gelisah seakan menjawab pertanyaan itu. Seketika netra gelapnya meredup seiring kedipan mata yang melambat. Setiap kali ia berkedip, beberapa ingatan pendek datang menyapa, menghancurluluhkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐨𝐟 𝐓𝐡𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 (𝐖𝐚𝐧𝐠𝐱𝐢𝐚𝐧)
Fanfiction(🏅𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐢𝐬𝐭 𝐄𝐝𝐢𝐬𝐢 𝐅𝐞𝐛𝐫𝐮𝐚𝐫𝐢 𝟐𝟎𝟐𝟒 @WattpadFanficID ) "Hati-hati dengan apa yang kau dengar!" Itu adalah pesan keras yang diterima Lan Wangji saat diutus oleh tetuanya untuk mengantar sebuah pusaka ke istana. Dia harus m...