I'm Malfoy, Jay Malfoy

594 67 8
                                    

"Aku tidak akan ke Hogwarts, Mum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku tidak akan ke Hogwarts, Mum. Sampai kapanpun."

Bill Weasley melipat Daily prophet yang sedang dibacanya. Putranya, July, begitu kesal setelah menerima amplop surat dari perkamen yang tertuju untuknya. Hogwarts acceptance letter. Konyol sekali. Untuk apa dia datang ke Hogwarts saat dirinya sudah dua tahun menikmati hari-harinya di Beauxbatons?

Meski pada tahun pertama July merasa sedikit terintimidasi oleh para perempuan karena hanya ada sebagian kecil murid laki-laki, akhirnya dia senang juga berteman dengan mereka. Malah dia pikir perempuan lebih menyenangkan, mereka tidak jahil dan tidak kasar. Well, memang sebagian dari mereka ada yang sombong dan sok cantik, seperti si bodoh Millefeuille dan kawan-kawan misalnya.

Semua berawal dari hari libur pertamanya saat July sedang membalas rindu dengan kedua orang tuanya, lalu Mrs. Weasley datang dengan sepucuk surat berisi nama Julius Delacour-Weasley dan cap Hogwarts. Tak ada satupun dari ketiganya tak terkejut dengan amplop berat dan tebal itu.

Masalahnya surat itu terlambat dua tahun. Tak pernah dan tak mungkin Hogwarts terlambat mengirim surat untuk calon murid, entah apa yang terjadi pada sekolah sihir terbaik yang sering diagung-agungkan itu pasca perang bertahun-tahun lalu. Bill dan Fleur sudah memutuskan untuk memasukkan July ke Beauxbatons sebab tak kunjung menerima surat dari Hogwarts. Keduanya tak masalah, sih, kalau putranya bersekolah di sekolah sihir manapun. Bill sendiri bersekolah di Hogwarts, dan Fleur bersekolah di Beauxbatons. Ketiga kakaknya; Victoire, Dominique, dan Louis, bersekolah di Hogwarts.

"Louis, Rose, James, Albus, dan yang lainnya jugaㅡsepupu dan saudaramu semua di Hogwarts. Akan lebih menyenangkan kalau satu sekolah dengan mereka, iya kan?"

"Tapi Hogwarts jelek," July memandang ayahnya sebab perkataan ibunya tadi sama sekali membantu kebingungan di kepalanya. "Louis bilang, Hogwarts punya banyak hantu jelek." lanjutnya setengah merengek.

Jika saja July belum mengenal seperti apa Beauxbatons, mungkin dia akan lebih memilih untuk pergi ke Hogwarts. Ini preferensi masing-masingㅡdan July lebih suka Beauxbatons yang cerah dan penuh bunga di sana-sini ketimbang Hogwarts yang mirip kastel berhantu (memang berhantu). Beauxbatons terkenal dengan keindahan yang dimilikinya, siswa dan siswi di sana seringkali mengeluh saat pergi kunjungan ke sekolah lain sebab sudah terbiasa dimanja.

"July, kau tidak pulang selama dua tahun sejak tahun pertamamu di Beauxbatons, begitupun kami tidak bisa pindah ke Pyrenees. Beauxbatons terlalu jauh dari sini, kau bisa pulang setiap liburan kalau kau pindah ke Hogwarts." July mendadak bisu ketika mendengar perkataan ayahnya. Diam-diam dia setuju. "Nah, bagaimana?"

Dan tak ada jawaban keluar dari mulut July setelah itu, tanda bahwa ia setuju untuk pergi ke Hogwarts setelah semester baru dimulai pada September nanti.

-

"Tembus dindingnya. Kau tak boleh takut dan ragu. Ayo, cepat."

One-eighth Veela, 젱양Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang