1. Ayahnya Jaya

6 0 0
                                    

Jaya menerawang ke arah bumantara malam. Bintang yang bersinar paling terang di sana mengingatkan Jaya akan betapa hangat sosok ayahnya dulu.

7 years ago

"Jaya, Dewa, ayah pulang!"

"Ayah!" seru Dewa, kakak sulung Jaya.

"Anak ayah, sudah makan?"

"Belum, Dewa nungguin ayah pulang,"

"Mas, bersih-bersih dulu. Aku masak sup ikan kesukaan Jaya sama mas Mahesa," ucap Saras, ibu Jaya dan Dewa.

Mahesa melangkahkan kaki tegapnya menuju kamar dan berganti pakaian. Ia mencari putra bungsunya, Jaya Cakrawala Hanggara.

"Jaya, sedang apa?"

"Lihat bintang! Bintang yang itu terang sekali, Jaya ingin bintang itu!"

"Bintangnya Jaya sudah ada di rumah ini, ada Kak Dewa, bunda, dan ayah,"

"Yang paling bersinar bintang ayah! Ayahnya Jaya paling hebat!"

"Jaya jadi bulannya ayah ya, biar kita sama-sama terus,"

"No! Jaya mau jadi bagian sinar bintangnya ayah, biar ayah bersinar terus, jadi ayah paling hebat satu dunia!"

Mahesa Nataprawira, ayahnya Jaya yang dulunya ayah paling hebat satu dunia.

Flashback end

"Katanya ayah bintang bersinarnya Jaya, kenapa sekarang malah jadi bintang penyiksaan buat Jaya?" gumamnya lirih meminta keadilan pada yang Maha Kuasa.

Udara dingin yang berembus dari luar balkon membuat Jaya menggigil. Namun, rasa dingin itu terkalahkan oleh potongan memori masa lalunya yang hangat.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Membuang waktu? Belajar Jaya," Mahesa menarik paksa tangan Jaya agar masuk ke kamar.

Mata Mahesa seolah dibutakan oleh hawa nafsu, bahkan orang mana pun yang saat ini berada di hadapan Jaya akan langsung mengerti bahwa ia tengah sakit. Mukanya pucat pasi, dengan kantung mata yang menghitam.

Kepala Jaya seolah dihantam oleh beton, suhu tubuhnya tinggi dan rasanya ia tak mampu untuk belajar.

"Ayah, Jaya sakit, kepala Jaya sakit,"

"Kamu itu laki-laki! Jangan lemah! Kamu boleh mengeluh sepuasmu! Jika sudah berada di peringkat pertama!"

"Bagaimana jika Jaya mati sebelum dapat peringkat pertama?"

"Kamu laki-laki banyak drama sekali! Sudah diam! Jangan merengek lagi! Belajar," perintah Mahesa mutlak.

Dengan berat hati Jaya memaksakan dirinya untuk belajar, belajar, dan belajar. Kepalanya semakin pening, dunia seolah berputar. Darah mulai bercucuran dari hidungnya, sebelum jatuh ke dalam alam bawah sadarnya, Jaya menuliskan sebuah kata di lembaran buku bagian belakang.

 Darah mulai bercucuran dari hidungnya, sebelum jatuh ke dalam alam bawah sadarnya, Jaya menuliskan sebuah kata di lembaran buku bagian belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BintangWhere stories live. Discover now