Berderai, Pasal 2: Luka & Air Mata.

468 73 0
                                    

Seusai menyiapkan makan malam, Asahi menuju kamar Yoshi untuk membangunkannya. Terlihat Yoshi yang tengah tertidur dengan memeluk foto Mamo, sang ibu. Asahi tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, Yoshi dan Junkyu sama-sama kehilangan sosok yang begitu berarti dalam hidup mereka.

"Yoshi, sudah saatnya makan malam. Ayo kita makan malam terlebih dahulu," ucap Asahi lembut dan Yoshi pun mulai membuka matanya.

"Hum, iya, kak. Apa ayah ikut makan bersama kita?" tanya Yoshi dan Asahi menggelengkan kepalanya.

"Tuan Junkyu sedang tidak di rumah. Sepertinya Ayah Junkyu-nya Yoshi harus menyelesaikan beberapa pekerjaan. Apa Yoshi tidak mau makan berdua dengan kakak?" sedih Asahi.

"Bukan begitu, Kak Asa. Yoshi cuma pengen tau keberadaan ayah saja. Kalau begitu, ayo kita makan malam, kak! Yoshi sudah lapar!" semangat Yoshi menggenggam tangan Asahi dan kini mereka menuju ruang makan.

Yoshi sudah duduk di ruang makan dan menikmati masakan Asahi, begitu juga pula dengan Asahi yang menemani Yoshi. Tanpa ada percakapan, mereka fokus dengan makanan di hadapan masing-masing. Namun Asahi menangkap raut aneh Yoshi, wajah putra dari sang majikan begitu pias dengan tatapan sendu yang sangat kentara.

"Yoshi, apa masakan kakak tidak enak? Apa yang membuat Yoshi murung begini, hm?" tanya Asahi pelan.

"Masakan Kak Asa selalu enak, hanya saja rumah ini sepi sekali. Yoshi jadi rindu ibu," lirih Yoshi yang masih didengar oleh Asahi.

"Bagaimana kalau besok kita bertemu ibu? Apa Yoshi mau?" ajak Asahi namun dibalas gelengan pelan oleh Yoshi.

"Nanti ayah marah, kak. Yoshi engga mau, sakit," cicit Yoshi sedih.

"Yoshi tidak perlu khawatir, serahkan saja semuanya pada kakak," ucap Asahi membanggakan diri yang membuat Yoshi terkekeh.

"Baik, kak! Terima kasih banyak, Kak Asa!" peluk Yoshi dan dibalas balik pelukan oleh Asahi.

"Sama-sama, Yoshi."

Selesai makan malam dan berbersih diri sebelum tidur, Yoshi berbaring di ranjang kamarnya. Asahi selalu memastikan Yoshi sudah berselimut dengan lampu tidur berbentuk bulan yang menyala di sudut ruangan.

"Selamat malam, anak manis," pamit Asahi setelah memastikan Yoshi sudah siap untuk tidur malam.

"Selamat malam juga, kakak manis."

☾.

Junkyu tiba di rumah pukul sepuluh malam. Asahi yang memang masih terjaga segera menghampiri sang tuan. Wajah lelah dan mata sayu Junkyu terlihat jelas dimatanya.

"Apakah Yoshi sudah tertidur, Asa?" tanya Junkyu memasuki rumah.

"Sudah, Tuan."

"Saya akan ke kamar, segeralah beristirahat."

"Baik, Tuan."

Setelah Junkyu pergi, Asahi segera mengunci dan menutup semua pintu rumah. Ia sudah tau kebiasaan Junkyu setelah memarahi Yoshi. Tuannya itu akan bertandang ke makam sang nyonya dan menghabiskan waktu untuk menenangkan diri hingga malam.

Sebelum Junkyu menuju kamarnya, ia menyempatkan diri untuk mengunjungi kamar sang anak. Terlihat tulisan seperti ceker ayam yang bertuliskan 'Kim Yoshi' yang menggantung di pintu kamar Yoshi. Junkyu tersenyum, teringat kembali masa kecil Yoshi yang begitu aktif dan ceria.

Junkyu memasuki kamar Yoshi dan duduk di pinggir ranjang. Ia mengusap surai Yoshi dan mengecupnya berulang kali sembari mengucapkan kalimat maaf.

"Maafkan ayah, Yoshi... Maafkan ayah... Ayah tidak ingin kamu terluka dan pergi meninggalkan ayah seperti ibu yang meninggalkan kita... Ayah tau jika yang ayah lakukan salah dan membuatmu lebih banyak menanggung luka... Ayah hanya bisa meminta maaf kepadamu walaupun harus menunggu kamu tertidur...

Kamu boleh membenci ayah, Yoshi. Ayah memang sosok ayah yang buruk dan tidak bisa dijadikan panutan. Walaupun perlakuan ayah begitu jahat kepada Yoshi, ayah tetap menyayangi Yoshi dari dulu hingga nanti. Beristirahatlah kesayangan ayah."

Junkyu mengobrol dengan Yoshi tanpa melepaskan genggaman tangannya dengan sang anak. Setelahnya ia mengecup dahi Yoshi dan kembali ke kamarnya.

"Yoshi tidak membenci ayah... Yoshi tidak membenci Ayah Junkyu... Yoshi sayang ayah... Yoshi sayang Ayah Junkyu..." gumam Yoshi sembari meneteskan air matanya.

Yoshi mendengar semua perkataan Junkyu. Nyatanya ia belum tertidur dan masih terjaga untuk mendengarkan permintaan maaf sang ayah.

Setibanya di kamar, Junkyu menumpahkan semua air matanya dengan mendekap foto sang istri. Di bawah temaram lampu kamarnya, ia kembali menangis sejadi-jadinya.

"Maafkan aku, Mamo... Aku benar-benar ayah yang buruk yang tidak bisa menjaga Yoshi... Aku benar-benar suami yang buruk yang tidak bisa menjagamu... Aku benar-benar kepala keluarga yang buruk yang tidak bisa menjaga keluarga kita menjadi utuh kembali... Ku mohon, maafkan aku..."

Asahi yang diam-diam mengintip dapat melihat dan mendengar semuanya. Sang tuan dengan sang putra sama-sama terluka karena ditinggalkan oleh sosok yang begitu dicintainya.

"Semua begitu berubah semenjak Nyonya Mamo pergi. Semoga Tuan Junkyu menemukan kembali sosok pendamping seperti Nyonya Mamo dan Yoshi yang kembali merasakan kasih sayang seorang ibu. Semoga kebahagiaan datang untuk keluarga Tuan Junkyu."

bersambung.

cerita ini emang beneran bikin tanpa persiapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cerita ini emang beneran bikin tanpa persiapan. dapet idenya siang, ngetiknya sore, published nya malem. jadi dimohon untuk tidak berharap sama cerita ini ya, aku takut kalau nanti alurnya engga sesuai sama keinginan kalian.

aduh kayaknya setiap chapter jadi banyak deh, sebisa mungkin aku bikin <1k words. semoga engga bosen deh. engga sengaja bikin peran asahi di sini jadi penting, aku ngerasa dia kayak tau semuanya.

terima kasih banyak udah ngasih dukungan baiknya, jangan lupa kritik dan sarannya ^^

berderai, junshiho ft. hwanshi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang