Part 1

14 0 0
                                    

18 Oktober 2022, hari dimana Zura melayang alias terpesona dengan ketampanan Panca.

"Tenang Ra, nanti dia lewat sini, soalnya tangga timur kan di tutup." Ujar Manda ketika tidak sengaja melihat Zura sedang menatap ke luar pintu kelas. Alias melihat ke arah kelas Panca yang berada di seberang kelasnya.

"Emang iya? Nanti kalo gak lewat sini gimana?" Jawabnya.

"Iya elah liatin aja makanya."

Zura mengehela napas meratapi nasibnya yang sangat tidak jelas ketika menyukai seseorang. Terlalu berlebihan? Jelas.

Ketika Zura sedang menulis tugas Bahasa Inggris, bel istirahat berbunyi. Dengan cepat Zura menggeser kursinya agar bisa melihat Panca keluar kelas.

"Mulai deh mulai." Celetuk Eca.

Zura hanya cengengesan dan menepuk-nepuk Eca ketika dirinya melihat Panca keluar dari kelas bersama temannya yang bernama Iyan.

"Eh mau paparazi sumpah." Heboh Zura.

Jihan yang melihat Zura seperti kerasukan cacing pun memutar matanya dan menggeleng pelan.

Zura masih setia melihat ke arah luar pintu, "Eh dia gak lewat sini kali ya?"

"Lewat Ra, kan tangga sebelah di tutup."

Zura bangkit dari bangkunya dan mengambil ponselnya yang langsung membuka kamera, siap untuk menjepret wajah tampan Panca menggunakan ponselnya.

Ketika Zura tiba di depan pintu, Panca sedang berjalan bersama temannya. Zura yang melihat Panca pun segera berpura-pura memegang ponselnya sejajar dengan tubuhnya agar Panca tidak menyadari bahwa dirinya sedang di rekam diam-diam oleh Zura.

Zura tidak melihat ponselnya nya, melainkan melihat Panca yang berjalan melewati kelasnya. Ketika Zura sedang asik memandang wajah tampan Panca, tiba-tiba cowok itu meliriknya yang membuat Zura segera memalingkan wajahnya dan masuk ke dalam kelas ketika Panca sudah tidak ada di hadapannya.

Ketika masuk kelas, jantung Zura berdegup kencang. Dirinya melihat kaca jendela yang dengan jelas terlihat Panca masih berjalan menuju tangga.

"Udah?" Tanya Eca.

Zura tertawa dan mengangguk semangat, "Udah. Cakep banget anjrit gila omaigattt."

"Istighfar Ra." Celetuk Manda.

Zura tidak menghiraukan celetukkan Manda. Ia membuka ponselnya dan memutar video hasil rekamannya.

"Eh lo semua harus liat! Ini cakep banget sumpah!" Ujarnya histeris.

"Mana mana."

Zura menyodorkan ponselnya ke arah Luna.

"Omaigat Ra." Tanggap Eca.

Zura tersenyum lalu berkata, "Cakep banget kan Lun? Anjrit gak bisa nih gue begini."

"Mau liat." Ujar Manda yang sedang mengerjakan tugasnya. Tanpa basa-basi, Zura menyodorkan ponselnya ke arah Manda.

"Ya ampun Ra kok dapet aja sih."

"Ya dapet lah orang gue di depan pintu tadi." Zura rada ngegas karena suka gregetan sama Manda yang lemot.

Udah jelas-jelas dia berdiri di depan pintu kayak patung Pancoran supaya dapet foto Panca. Dan dengan polosnya Jihan bertanya seperti itu? Ah sudahlah.

Berkali-kali Zura memutar hasil rekamannya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Aduh anjir bisa gila gue kalau liatin ini mulu. Istighfar Ra ya ampun." Gumam Zura dengan menggelengkan kepalanya.

🥀🥀🥀

ALVANSA (KISAH NYATA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang