#BAB I; Pertemuan

309 56 23
                                    

Angkasa yang sudah menghitam akhirnya menurunkan air, orang-orang di jalan menghentikan aktivitas mereka dan menepi untuk meneduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Angkasa yang sudah menghitam akhirnya menurunkan air, orang-orang di jalan menghentikan aktivitas mereka dan menepi untuk meneduh. Sama halnya dengan seorang perempuan yang kini tengah berteduh di sebuah pohon rindang. Menjulurkan tangannya, merasakan rintik air yang jatuh. Dia suka sensasi saat air menyentuh permukaan kulitnya, rasanya dingin dan menyenangkan.

Beberapa hari yang lalu, dia pindah ke kota ini bersama keluarganya. Meninggalkan kota lama mereka dengan alasan yang selalu sama. Sebenarnya, perempuan itu benci gagasan untuk pindah dari kota satu ke kota lainnya. Malas untuk berkenalan dengan orang baru tentu menjadi penyebab utamanya. Harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, juga sangat sulit baginya. Dia adalah tipe penyendiri yang hanya ingin ketenangan. Dia juga berharap suatu saat nanti bisa tinggal di satu tempat selamanya, tanpa perlu pindah lagi kemanapun.

Kota ini dikenal memiliki curah hujan tinggi saat musim penghujan. Kota ini juga dikelilingi bukit dan hutan serta dialiri oleh sungai, tempat yang sangat cocok untuk dia tinggali bersama keluarganya. Hari ini adalah hari pertamanya disekolah baru setelah pindah. Cukup menguras energinya karena banyak sekali orang yang ingin berinteraksi. Mengajak berkenalan atau hanya sekedar memuji kulit putihnya yang pucat.

Sedang asyik dengan pikirannya, suara klakson mobil mengagetkannya. Sebuah mobil hitam sudah ada dihadapannya. Terdengar suara klik, yang tandanya pintu mobil itu dibuka. Perempuan itu tanpa basa-basi naik kesana, karena dia tahu betul siapa pemilik mobil hitam itu. Setelah duduk, dia sedikit mengusap rambutnya yang basah.

"Bagaimana hari pertamamu di sekolah?" tanya seorang pria yang duduk di kursi kemudi.

Sedikit memutar bola matanya malas, perempuan itu menjawab, "Seperti biasa, sangat banyak manusia."

Pria itu terkekeh, "Bukankah, kau seorang half? Harusnya kau tidak punya masalah menyium darah mereka," ujarnya dengan nada meledek.

"Walaupun aku seorang half, aku juga termasuk kedalam golongan vampire. Tentu saja, saat mencium darah mereka tenggorokanku terasa kering." Dahyun, perempuan itu menimpali.

Setelah beberama lama berkendara dan akan sampai ke rumah, Dahyun tiba-tiba menatap pria yang berada di sebelahnya. Tentu saja, yang ditatap merasa aneh. "Ada apa?" tanya Vernon.

"Oh, ya, aku lupa. Kenapa kau bisa menjemputku? Rumahmu kan cukup jauh dari sini," tanya Dahyun.

Rumah Vernon memang cukup jauh, itu berada di kota lain. Jika berkendara, membutuhkan waktu beberapa jam. Vernon tinggal bersama kakaknya yang merupakan saudara jauh keluarga Dahyun.

"Jaebom samchon memanggil aku dan Rose nuna," ucap Vernon.

"Abeoji?"

"Hmm," Vernon menjawab sekenanya.

Tak berselang lama, sampailah mereka di rumah keluarga Dahyun. Jujur saja, Dahyun menyukai rumah barunya ini ketimbang yang lama. Rumah ini didominasi oleh kaca dan kayu, serta letaknya yang jauh kedalam hutan membuat suasananya sunyi dan tenang. Jauh berbeda dengan ibu kota yang berisik.

La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang