Jeongguk
Pemandangan lantai satu dan lantai dua berbanding terbalik. Kantor masih cukup lengang di jam tujuh pagi ketika Jeongguk sengaja melewati lantai bawah untuk mengisi botol air mineral yang menemaninya nanti di bangku. Sampai kembali di lantai atas ia bisa lihat pemandangan sehari-hari divisi animator. Joy punya bantal empuk untuk menemaninya tidur di bangku. Perempuan itu mendengkur lirih dan tidak mengindahkan satu shot yang menunggu untuk diselesaikan. Gadis yang lain tidak kalah unik. Chaeyoung menenteng sebungkus es krim dan tidak melepas pandangan dari layar monitor. Dipagi yang bahkan satpam enggan menyalakan AC, ia justru seperti kepanasan. Di sampingnya duduk Seulgi dengan bentangan notes retake dari client yang mencoba ia rapikan kembali supaya lebih enak dibaca. Satu kacamata bertengger di hidung dan wajahnya lumayan dekat dengan monitor.
Jemari Jeongguk menarik selimut lipat yang sengaja ia tinggalkan di kantor. Membentangkannya lebar-lebar dan menyelimuti tubuh Seulgi yang entah sudah berapa jam belum makan. Sang empunya cuma menoleh sebentar dan kembali fokus ke susunan kalimat yang ditulis pakai Bahasa Inggris itu. "Aman?" bisik Jeongguk sembari menduduki kursi kosong di sampingnya. "Retake HD bisa dikasih ke junior. Middle sama senior bisa selesaikan rough buat minggu ini."
"Sebenarnya ndak ada yang harus dikhawatirkan." Seulgi menarik secangkir teh yang sudah tidak lagi panas. Menyeruputnya perlahan dan membenahi posisi selimut di tubuhnya yang hampir jatuh. "Cuma masalahnya, ada banyak shot retakenya yang ditahan sama Dublin."
"Sudah tanya mereka, kenapa?"
"Katanya ada asset yang bermasalah," kata Seulgi, "sama katanya ada kamera yang mau mereka ganti."
"Retake HD mau ganti kamera?" Jeongguk sedikit memekik. "Kamu sudah tanya mereka kalau yakin ndak reanimate(mengulang pekerjaan animate dari awal) semua itu gerakannya?"
"Resiko, kayaknya, bli Jeongguk."
"Ya, jangan." Telapak Jeongguk berhasil merebut mouse Seulgi yang ditinggalkan pemiliknya. "Biar aku yang ngomong ke mereka. Siapa mau reanimate berapa shot itu, coba? Sudah gila," racaunya sendiri. "Sudah berapa hari email dari mereka masuk?"
Seulgi menimbang. "Sekitar dua hari."
"Dua hari terbuang," gumam Jeongguk. "Bukan salah kamu, kok, mbak. Karena kamu ndak tahu prosedur mengerjakannya, aku kasih tahu. Kalau sudah retake HD, jangan mau mereka tahan shot buat ganti kamera. Bisa-bisa malah nambah karakter, nanti kalau di kameranya ndak kelihatan."
"Jadinya diapakan? Dinego?"
"Bilang ke aku dulu shotnya yang mana saja." Telunjuk Jeongguk cekatan menekan tombol mouse guna menemukan folder episode yang tengah teamnya kerjakan sampai lembur-lembur begini. "Episode dua kosong tujuh, kan, yang retake HD?"
"Iya." Seulgi tidak mau kalah. Ia juga ikut berperan sebagai menunjuk arah. "Yang itu foldernya." Sewaktu kursor itu mendarat di folder yang benar, ia menghela napas lega. "Kalau yang rough itu dua sebelas."
"Teamnya siapa yang mengerjakan rough?" Tanpa menoleh dan masih sibuk dengan apa yang harus ia kerjakan, Jeongguk bertanya. Satu email harus dikirim sebagai tanda bahwa keberatan dan jikalau sesuatu seperti reanimate di detik-detik terakhir, cabang kantor Indonesia tidak disalahkan. "Aku sudah ketik emailnya. Nanti kalau ada kabar, tolong langsung bilang, ya, mbak. Soalnya buat retake HD, kan, waktunya sebentar. Cuma empat hari."
"Okay." Seulgi manggut-manggut. "Kalian hebat, ya, bisa selesai cuma empat hari."
"Kalau ndak selesai, ya, aku atau mbak yang disalahkan." Kalimat itu disusul kekehan ringan dan menemani Jeongguk melangkah menuju bangkunya sendiri. Beberapa kali ia harus membenahi posisi tidur para animator yang sedikit nyentrik. Berpotensi jatuh atau bisa membuat mereka nyeri sendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewananda [kookmin]
Fanfiction[ ON REVISION WITH ADDITION SCENE ] : KookMin Indonesian's Mythology: Legenda Naga Basuki Ia tidak pernah menanti sebuah ampunan yang datang dari Sang Hyang Widhi. Biarlah nanti ia menerangi jalannya sendiri. Tapi mengapa sosok itu datang dan membua...