hai teman2... aku punya cerita baru.. semoga suka ya!! jangan lupa di like dan komen. aku masih sangat Amatir dan komen kalian sangat membantu proses kelancaran menulis aku..
Hati-hati dalam menempatkan hati
@kaykaravel
Senyumku seketika pudar. Jantungku bergetar dua kali lebih cepat. Pikiranku kosong, tanpa aku sadari air mataku pun luruh menahan rasa sakit yang menghantam hatiku. Aku semakin meremas dadaku berharap akan sedikit menghilangkan rasa sakit yang sedang bersarang disana.
"aku salah apa?" tanyaku lirih tanpa berniat menyembunyikan tangisku yang mulai terdengar.
"kamu gak salah apa-apa Shiv" ucap dia yang diseberang sana. Aku menggeleng sekuat tenaga mendengar ucapannya.
"kalau aku gak salah, kenapa kamu begitu tega?aku kurang apa lagi?kita kebal bukan sehari dua hari tapi sudah bertahun-tahun Leo" ucapku semakin frustasi.
Diseberang sana, Leo menghembuskan nafas kasar. Mungkin dia tidak ingin menyakitiku secara langsung tapi apa yang telah dia perbuat sangat membuat aku hancur berkeping-keping. Hubungan aku dengan Leo sudah berjalan Lima tahun lamanya. Banyak kenangan yang telah kami lalui Bersama, canda tawa tergiang jelas dalam ingatanku bagaikan kaset film yang sedang di putar.
"aku mau dengar alasan yang logis Leo, bukan pernyataan ambigu seperti ini" ucapku mulai tenang.
"maafkan aku Shiva, aku khilaf, khilaf dengan segala kesalahn yang telah aku perbuat. Aku tidak mampu membagi hati ini untuk dua cinta." Aku mendengarkan ucapan Leo dengan seksama. Aku mulai mencermati apa yang dia katakan. Membagi hati? Dua cinta?. Apakah dia selingkuh?
"disini, telah ada hati yang mampu mengisi hari-hari ku" lanjutnya yang membuat aku diam seketika.
Selingkuh. Satu kata itu seketika semakin meremas ulu hati ku. Kekasih yang selalu aku banggakan, dia yang selalu bisa membuat hari-hariku menjadi indah dan dia yang pada akhirnya menghancurkan kisah yang telah lama kami rancang dengan begitu indah.
Tanpa mengatakan sepatah katapun aku langsung mematikan sambungan telpon secara sepihak. Lagi, aku mulai menangis sejadi-jadinya. Tidak mudah bagiku untuk menerima kenyataan ini. Sungguh, dalam rancangan hidupku, aku tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba. Hari yang mana hatiku akan sehancur ini.
Aku sangat sadar, bukanlah hal yang mudah untuk melakukan hubungan jarak jauh. Indonesia dan Australia. Bukan hanya jarak yang memisahkan akan tetapi waktupun seakan sedang menguji dan mempermainkan hubungan kami. Satu tahun terakhir ini aku sangat menyadari perubahan hubungan kami yang mulai renggang dan bisa dibilang sudah di fase jenuh. Tapi, dengan berasaskan nama cinta, aku yakin ini semua hanyalah cara tuhan menguji kesetiaan kami. Tidak sekalipun aku membayangkan akan berpisah dengan dia.
Satu tahun ini, aku memang sangat disibukkan dengan program pertukaran pelajar yang telah membawaku ke negeri kanguru ini. Menjadi siswi pertukaran pelajar di negeri yang sangat berbeda dengan negeri sendiri bukanlah hal yang mudah. Budaya, Bahasa sampai pergaulan menjadi tantangan tersendiri buat aku.
Selama ini dia sangat perhatian dan begitu memahami apa yang tengah aku kerjakan. Tidak sekalipun dia mengeluh karena perbedaan waktu yang mengharuskan kami untuk saling memahami. Dan, ya sudahlah nasi telah menjadi bubur. Aku akan mencoba menghargai keputusanya. Meskipun keputusannya sangat menyakiti hati ini dan akupun tidak tahu kapan siksaan ini akan berakhir.
Satu bulan kemudian...
Aku tersenyum seraya menghirup udara Jakarta yang masih sama persis dalam ingatanku. Setahun aku meninggalkan Jakarta, banyak hal yang telah berubah termasuk hatiku. Aku datang dengan pribadi yang lebih kuat dan hati-hati dalam menetapkan hati.
Namaku Shivana Resti Aprillia. Sahabat-hahabatku biasa memanggil aku dengan sebutan Shiva. Aku terlahir sebagai anak tunggal. Banyak yang bilang aku sangat beruntung, terlahir dari keluarga yang cukup berada dan bahagia dengan fisik yang bisa dikatakan sangat menarik. Bibir tipis kemerahan tanpa pewarna bibir, kulit putih bersih, gigi putih rapih dan hidung bangir dengan rambut sebahu yang menambah keindahan ciptaan tuhan untukku.
Aku keluar dari Bandara Soekarno-Harta dengan membawa barang bawaanku yang cukup banyak. mataku celingukan kesana kemari mencari kehadiran sahabat-sahabatku yang katanya ingin menjemputku di bandara.
"udah setengah jam kok gak nongol juga sih?" ucapku mulai Lelah menunggu.
Sebenarnya orang tuaku ingin datang menjemput. Akan tetapi aku tolak karena aku yakin banget kalau mereka menjemput aku sekarang, bisa dipastikan mereka akan meng-cancel meeting penting mereka.
"Shivaaa....." aku menutup kedua gendang telingaku dan refleks mengelus dadaku pelan untuk menghilangkan rasa terkejutku.
Satu persatu sahabat-habatku memelukku erat sampai aku kesusahan bernafas. Ya, aku sangat merindukan mereka.
"kok kamu makin cantik aja sih Shiv" ujar Lala membuatku tersenyum. Namanya Laela Sanjaya. Anaknya periang dan sangat manis dengan kedua lesung pipi yang menghiasi wajahnya. Dia lebih suka dipanggil Lala, katanya nama Laela gak cocok dengan dia. Padahal yang aku tahu nama itu pemberian dari kedua orang tuanya.
"aku lebih senang dipanggil Lala Shiv. Kamu bisa bayangin gak sih nama aku tuh hanya satu kata Laela dan Sanjaya itu nama keluarga aku. Apa orang tua aku lagi malas mikir nyari nama buat akua pa gimana sih" ujar lala kala itu Ketika menjelaskan perihal nama panggilannya.
"aku kangen banget Shiv" sekarang giliran Anggi yang memelukku erat. Anggi Larasati. Gadis cantik nan lembut yang menjadi incaran anak-anak Tunas Bangsa. Anggi merupakan sahabat aku dari SMP.
"aku juga kangen banget sama kamu Nggi" Ucapku seraya mengurai pelukannya, " kamu sih, keasikan ngebucin sama si Noah-Noah itu" lanjutku seraya merayunya. Ya, Anggi sudah memiliki kekasih. Dan bisa dibilang mereka itu adalah couple terbucin di Tunas Bangsa.
"ah. kamukan juga dulu bucin juga Shiv sama si Leo-Leo itu" ucap Lala yang seketika membuatku terdiam.
Anggi mencubit lengan Lala pelan. Ya, aku menceritakan tentang kandasnya hubungan aku dan Leo ke mereka. Dan mungkin saja rata-rata anak Tunas Bangsa sudah mengetahui perihal putusnya aku dengan dia. Apalagi sekarang dia sudah punya yang baru. Tapi, ya sudahlah, Namanya juga masa lalu..
"are you oke?" tanya Anggi pelan membuatku tersadar.
"yes, I'm oke. Why not?" ucapku seraya tersenyum ringan.
"I'm so sorry Shiv.. aku gak bermaksud buat ngingatin kamu sama si brengsek" ucap Lala merasa bersalah.
"it's oke La, dia masih teman sekelas kita kok and let it flow" ujarku tenang dan aku sudah berjanji sama diri aku sendiri, dia hanya masa lalu yang gak perlu aku kenang dan maybe itu cara tuhan menegur aku untuk lebih hati-hati lagi tuk menempatkan hati.
Kamipun memasukkan barang-barangku kedalam mobil yang di kendarai Lala dan meninggalkan Bandara langsung menuju rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIVAGRA
Teen Fictionluka ini masih basah dan tiba-tiba kamu datang dengan sejuta kasih yang membuat aku bingung. apakah kamu penawar luka ku ataukah pengukir luka baru.