"Bin, lo lihat Taehoon?" Jjiksae bertanya pada Yoo Hobin yang sedang main kartu bareng Yeonwoo.
"Dia di rumah, katanya lagi heat." Hobin membalas sembari meletakkan susunan kartu fullhouse ke meja.
Yeonwoo berdecak. Dia kalah kemudian merapikan kartu remi yang mereka mainkan. Lalu menatap Jjiksae yang tampak gelisah.
"Lo kenapa? Segitu khawatirnya sama Taehoon?" Ia bertanya lalu memukul tangan kanan Hobin yang mau mencuri kentang gorengnya.
"Beli, bodoh..!" ujarnya.
Hobin cuma senyum lima jari walau dalam hati sudah menyumpah serapahi Yeonwoo. Dia hanya mau nyomot kentang goreng sebiji doang, si empuh malah pelitnya kebangetan. Padahal yang pesan kentang goreng itu dirinya bukan pemuda itu.
Hanya saja dia pakai duit Yeonwoo bukan uangnya. Jadi, ia tetap ada hak buat makan kentang goreng itu, kan?
"Gue cemas, Taehoon kan belum ada alpha. Pasti dia menderita sendirian.." Jjiksae mengutarakan seruan hatinya.
Hobin dan Yeonwoo yang mendengar sontak tertegun. Ada benarnya, tapi pemuda berambut coklat itu pasti tidak mau sembarang ditandai oleh alpha di luar sana. Makanya memilih untuk melajang di usia remaja.
Alpha di kantor Yoo Hobin Company sebagian sudah memiliki pasangan kecuali Yeonwoo dan Jjiksae. Keduanya masih belum mempunyai niat berhubungan dengan omega atau beta. Sebenarnya mereka menyukai orang yang sama, hanya gengsi mengungkapkan.
Bedanya cuma Jjiksae memendam rasa kalau Yeonwoo terang-terangan. Namun sayang, Taehoon menolaknya mentah-mentah. Membuat pemuda nerd itu galau tujuh hari tujuh malam seperti anak gadis patah hati.
Galaunya itu nggak normal. Dia menyetel musik dengan volume kenceng. Bikin kaget orang satu kampung, mana waktu di kantor demen nyanyi lagu sedih. Apalagi yang tema atau liriknya tentang patah hati.
Hobin dan Jjiksae sampai pusing setengah mati. Mau gebukin, tapi kasian. Kalau nggak digebuk malah makin menjadi-jadi tingkahnya. Jadi waktu itu Jjiksae langsung membujuk Taehoon supaya mau kencan sama Yeonwoo.
Jjiksae aslinya nggak rela. Merutuki ide gilanya dalam hati, tapi tidak ada cara lain. Kalau Yeonwoo tak dibuat bahagia, kantor mereka bisa dijadikan sasaran amukan massa. Ia baru saja menikmati hasil jeri payahnya menjadi NewTuber. Masa harus kandas gara-gara teman galau?
Yang benar saja! Jjiksae emang nggak rela, tapi kalau demi uang. Boleh-boleh saja, cuma jangan salahin dia kalau ada paku tertanam dalam tumbuh.
"Tenang, gue bentar lagi jadi mate-nya kok!" ucap Yeonwoo penuh percaya diri. Membuat Jjiksae dan Hobin melongos, menahan tangan mereka supaya tidak mendarat di pipi atau kepala pemuda itu.
Muka Yeonwoo mode percaya diri itu ngeselin sumpah. Bawaannya pengen nampol, tapi nggak bisa dilepaskan. Takut kena tonjok, soalnya sakit kalau kena pukul. Mana pemuda nerd itu jagoan karate. Bisa bonyok wajah mereka cuma gara-gara mukulin Yeonwoo.
"Ck, palingan lo kena tolak lagi." Jjiksae mencibir. Jujur, hatinya berdenyut lara ketika Yeonwoo mengucapkan kalimat tersebut.
Jjiksae sadar. Dia nggak pantas jadi mate dari Taehoon. Namun hatinya tak rela jika Yeonwoo menjadi mate pemuda itu. Rasanya seperti ada batu yang menghantam dadanya, sakit sekali.
Akan tetapi dia tidak bisa egois. Semisal memang Yeonwoo takdir Taehoon. Ia akan merelakan agar pemuda itu bisa bahagia bersama pasangannya. Jjiksae hanya bisa melihatnya dari jauh sebagai teman.
Menjaga zona aman supaya perasaannya tak terus tumbuh dan berkembang. Dia tidak bisa terus tersakiti oleh rasa yang terkubur di dalam hati. Itu akan merugikannya kelak, bisa saja di masa depan ada orang yang mencintainya dengan tulus.
Namun terhalang oleh rasa lama yang sukar hilang. Jjiksae tidak mau pasangannya nanti merasakan apa yang dirasakannya saat ini. Cinta sepihak itu menyakitkan, tak bisa terungkap dan tak bisa terbalaskan.
Benar-benar merugikan diri sendiri dan seolah-olah menenggelamkan jiwa serta raga ke dalam laut penyesalan.
"Kalau ditolak, gue coba terus sampai diterima..! Gue nggak boleh putus asa demi cinta, Taehoon!" Yeonwoo membalas cibiran Jjiksae.
Dia pantang menyerah jika menyangkut perasaannya. Karena rasa itu patut diperjuangkan, bukan dipasrahkan. Namun bila rasa tersebut menyakitkan seseorang, maka harus dilupakan dan mundur.
Itu adalah sikap sebagai laki-laki yang memperjuangkan cintanya. Jadi, semasih Taehoon tidak tersakiti oleh rasa di benaknya. Ia masih bisa untuk terus berjuang, menaklukan hati Taehoon yang sedingin es.
Jjiksae yang mendengar kalimat penuh percaya diri cuma bisa tersenyum. Dia tidak habis pikir, kenapa ada orang seperti Yeonwoo di dunia ini?
!¡ Just Friend ¡!
Beberapa hari kemudian...
"Taehoon..!" Jjiksae memanggil sosok berambut coklat yang tengah berbaring di sofa panjang. Pemuda itu nampak serius bermain dengan game di HP-nya.
"Hm.." Taehoon berdeham, menjawab panggilan Jjiksae yang kini berada di belakang sofa. Ia tahu pemuda berambut kuning itu tengah menatapnya sekarang, tapi fokusnya masih terkunci pada layar handphone-nya.
Game yang ia mainkanterlalu menyenangkan, bikin kecanduan. Kedua ibu jarinya sudah seperti berolahraga karena terus berpindah untuk menekan-nekan layar. Dia tak peduli dengan sosok yang menatapnya. Gamenya lebih seru.
Jjiksae yang melihat Taehoon tak peduli dengan keberadaannya pun tersenyum miris. Lalu mengendus aroma asing yang menyapa indra penciumannya. Kedua matanya sontak membola kala menyadari sesuatu.
"Hoon, aroma lo.." Ia menggantungkan kalimatnya saat Yeonwoo keluar dari ruang rapat bersama Hobin.
"Aroma Taehoon kenapa?" Hobin bertanya sembari mendekat ke arah Jjiksae. Dia penasaran, kenapa temannya terlihat terkejut dan.. sakit hati..?
"Aromanya kaya Yeonwoo.." sambung Jjiksae. Kalimat itu membuat Taehoon yang sedang main game menjatuhkan handphone ke wajahnya. Dia salah tingkah sendiri. Sementara si pemilik nama justru tersenyum.
"Emang, Taehoon sekarang mate gue. Makanya gue ninggalin aroma gue di tubuhnya supaya nggak diembat siapapun," balas Yeonwoo seraya mendekat ke arah Taehoon yang gelagapan.
Lalu duduk di sofa single yang berada di samping sofa panjang Taehoon. Dia menatap pemuda berambut coklat yang membuang pandangan, enggan menatapnya karena malu. Ia terkikik tanpa sadar kemudian mengusap surai mate-nya yang terasa halus
Taehoon yang mendapat perlakuan hangat tersebut pun mendengus. Namun ia tak bisa menyembunyikan rona merah yang menjalar di pipinya hingga telinga. Perubahan ekspresinya membuat dua orang lain yang ada di sana melongo.
Namun salah satunya juga merasa hatinya tertusuk ribuan belati. Jjiksae tak lagi memiliki kesempatan. Kini saatnya ia mundur, merelakan Taehoon yang tampak bahagia menjadi mate Yeonwoo.
Jjiksae harus sadar batasan sekarang. Temannya sudah menjadi milik orang lain. Ia tak boleh terlalu berharap dengan rasa di benaknya.
Itu bisa menyakitinya di kemudian hari. Jjiksae pun tersenyum, memandang Taehoon yang berteriak kesal karena Yeonwoo terus menggodanya. Sedangkan Hobin mengompori, menyuruh pemuda itu untuk memukul alpha tampannya.
Dadanya memang terasa sesak seperti tertimpa batu. Namun melihat pemandangan seperti ini membuatnya tersenyum tanpa sadar. Jjiksae sudah berada di zonanya. Ia adalah teman dan seterusnya tetap demikian.
!¡ Just Friend ¡!
![](https://img.wattpad.com/cover/324991891-288-k207194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend [Short]
FanfictionIni kisah singkat Jjiksae yang menyukai salah satu dari teman omega-nya. Seong Taehoon. Sayangnya hubungan mereka tak lebih sekedar teman. Alpha: Jjiksae Omega: Taehoon Ini tidak ada sangkut pautnya dengan How To Fight. Gue cuma minjam karakter dar...