Chap #01

8 2 0
                                    

"Kring!" Bunyi notifikasi chat masuk di whatsup seorang Arkan Syahputra.

Petang itu, cowok yang sering dipanggil Arkan itu sedang tidur santai di ruang nonton rumahnya. Mengenakan kaos lengan pendek celana sepaha, cowok itu melipat kedua tangannya di belakang kepalanya sebagai alas, menggantungkan 1 kakinya ke kakinya yang 1nya & menggoyangkannya pelan.

Arkan sedang gabut, gak tau mo ngapain. Nonton? Gak ada acara tv yang menurut Arkan menarik di saat itu. Game-an? Hehehe, gak doyan, mon maap. Drakoran? Gak, thanks. Wattpadan? Lagi mager yorobun. Hangout bareng bestoi? Hehehe, sayangnya gak ada yg bener-bener deket. Sekalipun ada, kebanyakan dari mereka direpotkan dengan pacar mereka. ARGH! GABUT!

Begitulah risiko yang harus ditanggung Arkan, si anak tunggal dari nyokap single parent super sibuk kerja. (Baca = berangkat sebelum subuh, pulang setelah isya).

Penasaran, Arkan meraih ponsel layar sentuh yang diletakkannya tidak jauh disebelahnya, mengusap layar guna membuka kunci, & mengeceknya.

Benar. Cuma mengusap. Arkan terlalu malas menggunakan pola, sandi, ataupun pin. (1) ribet. Dia gak suka. (2) gak ada rahasia apapun kayak video mesra bareng doi, foto mesra bareng doi, hingga video video asusila. (Baca = film biru).

Sebentar. Emang Arkan ada doi? Wkwkwk, kaga! Cowok itu jomblo gak laku laku sekalipun udah promoin diri kayak barang di grup grup FB maupun aplikasi aplikasi cari jodoh manapun.

Di real life? Arkan terlalu pemalu untuk memulai lebih dulu.

Kebetulan, sejak tadi Arkan tidak mematikan data selulernya. Sehingga cowok itu bisa langsung membaca chat masuk di Wa-nya tersebut.

"Halo, Assalamualaikum." Demikian chat masuk tersebut.

Chat masuk yang auto membuat Arkan memutar bola mata malas. Dari nomor baru. Arkan duga, setelah Arkan balas, si pengechat duluan akan memperkenalkan diri, lalu Arkan merasa harus balas memperkenalkan diri, lalu 'salam kenal y?' Atau, 'jauh y?' Lalu berujung menjadi tambah-teman-cuma-buat-jadi-penonton-story.

Biaso.

Tapi tidak! Arkan merasa harus menjawab salam si pengechat duluan tersebut. Hukum hakamnya wajib. Dapat pahala. Jangan songgong.

"Halo juga. Waalaikumsalam wr.wb *_* . Siapa y?" Ketik tanya Arkan.

Kling! Tak butuh waktu lama buat si pengechat menjawab.

"Perkenalkan. Saya Rayyan Nagaara. 19 tahun. Dari Banjarmasin. Saya melihat postingan penawaran diri kamu di grup FB. Dan jujur saya tertarik."

Ooo. Arkan cuma ber-oh ria sambil menganggukan kepala pelan.

Terkesan acuh? Wajar saja. Sudah banyak yang mengajaknya kenalan sejak dia menawarkan diri tersebut. Awal awal antusias, ujung ujungnya flat. Memboringkan. Lalu hilang tanpa bekas, gak tau kemana.

Memberikan harapan di depan, mengecewakan di belakang. Istilah jaman sekarangnya ghosting.

Tapi biarkan Arkan berpikiran positif dulu. Apa salahnya dicoba? Tidak semua manusia itu sama. (Baca = jahat.)

"Oala. Terus?" Ketik tanya Arkan.

"Saya suka kamu. Saya mau kamu jadi pacar saya. Apakah kamu mau?"

To the point yg langsung membuat Arkan tertawa. Nyaris ngakak kalo tak ditahan dengan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Anak ini... HAHAHA... kok lucu ya? Meski terkesan memalukan. Gimana ya? Mereka kan baru (meski menurut Arkan belum) kenalan. Apakah dia tidak punya iktikad PDKT dulu minimal 1/2 bulan? Atau minimal, 1/2 minggu? Dah kayak orang kebelet pipis saja. HAHAHA...

Cinta Yang Sama (Antara Real Life & Virtual)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang