5. Pot

16 12 1
                                    

"Disaat kemarin penuh cacian maki ku keluarkan, tapi kamu masih tetap mau menolongku"


♡♡♡

Setelah makan, Ava turun ke lantai bawah. Tempat persembunyiannya yang telah dibersihkan rapi hingga membuat Ava nyaman seperti layaknya kamarnya sendiri.

Ruang itu juga telah disandi dan hanya Ava yang mengetahui kata sandinya karena dia sendiri yang buat.

Setelah makan, Ava turun ke lantai bawah. Tempat persembunyiannya yang telah dibersihkan rapi hingga membuat Ava nyaman seperti layaknya kamarnya sendiri.

Ruang itu juga telah disandi dan hanya Ava yang mengetahui kata sandinya karena dia sendiri yang buat.

Dia menuliskan nama Livia beserts foto Livia dan ia tempelkan pada papan tulis kaca miliknya. Dia lalu duduk di sofa dan menyilangkan kakinya.

Tiba-tiba ia melamunkan kejadian tadi. Saat Ardan membela Livia. Lamunan Ava tersadarkan.

"Ah ngapain juga gue mikirin tu cowok! Udah jelas mereka saling suka pasti." Ucap Ava mengatakan pendapatnya sendiri

Ava pun kembali naik keatas dan menuju kamarnya. Ia pun tidur.

Keesokan harinya, Ava yang hendak masuk kelas, kepaspasan dengan Ardan di luar kelasnya.

Kedua tangan Ava menyigap di depan dadanya dan berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke Ardan yang berrdiri di ambang pintu kelasnya.

Setelah Ava melewatinya, Ardan menunduk dan mengernyitkan dahinya bingung melihat keanehan Ava saat menghadapi dirinya. Ia pun lalu masuk ke dalam kelasnya.

Pelajaran terakhir, Ava ada kelas jam olahraga. Apalagi saat jamkos begini. Sangat gabut karena tidak melakukan apa-apa.

Yang cowok asyik bermain sepak bola dan yang cewek asyik ngerumpi dan nggibah kemana-mana. Hal itu sungguh membuat malas seorang Ava.

Apalagi dia tidak terlalu suka bergaul dengan teman cewek sekelasnya kecuali Ify.

"Ify, gue ke toilet dulu yaa" ucap Ava berdiri meninggalkan tempat.

Lalu dia berjalan dari tengah lapangan hendak menuju ke lorong. Masih berada di tepi lapangan. Tiba-tiba ada orang yang sengaja melemparkan pot yang tertata rapi di balkon lantau atas. Pot itu hampir mengenai kepala Ava.

Makin terkejutnya, melihat Ardan yang datang entah darimana seketika langsung menarik Ava kedalam dekapannya. Dan membiarkan kepalanya yang terkena pot itu.

Pot itu pecah setelah mengenai kepala Ardan. Apalagi pot itu bukan sekadar pot plastik tapi terbuat dari batu hias yang indah dan unik.

Ardan langsung tumbang dan jatuh pingsan. Semua teman sekelas Ava terkejut melihat kejadian itu dari kejauhan.

Apalagi Ava sendiri yang berada didalam dekapan Ardan saat ditolong. Ia teriak terkejut mendapati Ardan yang terluka menggantikannya.

Kepala Ardan mengeluarkan darah segar setelah itu. Dan darah itu bahkan mengalir juga di lantai lapangan.

Teman-teman cowok kelas Ava langsung berdatangan menghampiri mereka berdua. Dan langsung membawa Ardan ke UKS.

Ify berlari menghampirinya.

"Ava, lo gapapa?" Panik Ify

Lamunan Ava buyar. Ia sungguh sangat syok mendapati kejadian ini. Sungguh diluar perkiraannya kalau Ardan akan nekat menolongnya dan menggantikannya terluka.

Hal itulah yang membuat Ava sangat terkejut.

Disaat kemarin dia telah memakinya habis-habisan. Lalu hari ini, Ardan masih berniat untuk menolongnya.

Ava berbalik dan langsung berlari menghampiri mereka menuju ke Uks. Melihat Ardan tengah ditangani dengan dokter yang bekerja di Uks itu. Ava tidak terfikirkan untuk segera mencari dalangnya tapi dia fokus menunggu kabar dari kondisi Ardan.

Setelah dokter menangani kondisi Ardan, dia keluar dan memberitahukan kalau Ardan tidak apa-apa. Semua temannya lega dan langsung kembali menuju kelas masing-masing.

Mereka kira pot itu hanya tak sengaja terjatuh dari atas. Tapi yang Ava yakini kalau pot itu ada yang sengaja melemparnya.

Ardan masih pingsan karena benturan dari pot itu yang keras.

"Lo balik kelas dulu aja, gue mau bilang makasih sama Ardan kalau udah nolongin gue" ucap Ava

"Lo tau namanya Ardan? Kaget banget gue. Gue kira lo orangnya susah buat diajak kenalan" kekeh Ify

Ava hanya tersenyum datar menanggapinya. Lalu Ify kembali ke kelas terlebih dahulu.

Ava mengeluarkan ponselnya, lalu mengechat Bryan.

"Cek CCTV, siapa yang barusan nglemparin pot itu? Tepatnya jam 11.00 di lantai 2"

Bryan masih offline karena masih ada pelajaran di laboratorium.

Lalu Ava pun melangkahkan masuk ke ruang Uks. Terlihat, Ardan masih pingsan dengan kepalanya yang telah dibalut oleh perban.

Ava melihat wajah Ardan di penuhi dengan keringat dingin. Lalu Ardan tiba-tiba terbangun dan mengejutkannya. Dengan nafas terengah-engah Ardan bangun dari pingsannya.

Lalu ia melihat ke arah Ava yang terbata-bata.

"Lo mimpi buruk?" Tanya Ava

"Mimpi? Gue rasa itu bukan hanya mimpi, tapi realita" ucap Ardan menjawabnya tapi tak menatapnya

Pandangannya masih terfokus satu arah asal dan kosong. Dia terlalu kalut dalam mimpi buruk itu.

Ava mengambil tisu dari kotak tisu yang ada disampingnya. Lalu membersihkannya dari keringat dingin itu. Hal itu dilakukannya tanpa kesadarannya. Tangannya hanya ingin membantu.

Namun tatapan mereka jadi bertemu, saat Ardan berbalik menolehnya. Ava terkejut dan langsung menyodorkan tisu itu ke tangan Ardan. Ardan langsung membersihkan keringatnya sendiri dengan tisu yang sudah disodorkan oleh Ava.

Gerak salting tiba diantara mereka. Suasana menjadi canggung seketika.

"Makasiih ya udah nolongin gue. Gue balik kelas dulu, udah mau ganti pelajaran" tukas Ava langsung terburu-buru pergi. Takut salah gerak saking saltingnya.

Padahal aslinya urusan mata pelajaran tak bermasalah buat Ava, apalagi kalau telat sebentar.






♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

SPAZIO Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

Like Rain🌹💟

SPAZIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang